Berita NTT

Ketua Prodi Gizi Poltekkes Kemenkes Kupang; Perlu Mitigasi di Posyandu Atasi Stunting di NTT

Ketua Prodi Gizi Poltekkes Kemenkes Kupang,Agustina Setia mengatakan permasalahan stunting perlu diperhatikan mitigasinya di Posyandu.

Editor: Egy Moa
HO-DOK.BKKBN
Info grafis sebaran data stunting di Nusa Tenggara Timur per tahun 2021. 

Laporan Reporter TRIBUNFLORES.COM, Irfan Hoi

TRIBUNFLORES.COM, KUPANG-Ketua Program Studi Gizi Poltekkes Kemenkes Kupang, Agustina Setia, SST., M.Kes, mengatakan permasalahan stunting perlu diperhatikan mitigasinya di Posyandu dan beberapa faktor lainnya.

Ia menjelaskan stunting disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya gizi, lingkungan dan pelayanan kesehatan. Stunting menurut dia, baru ketahuan pada umur 24 bulan atau 2 tahun anak.

Faktor gizi, kata dia, adalah soal asupan zat gizi dalam 1000 hari pertama kehidupan (HPK) yaitu mulai dari ibu hamil sampai anak berumur 24 bulan. Pada masa ini, gizi pencegahan stunting masih bisa dilakukan dan sebaliknya, bila tidak maka potensi itu akan menetap dan terjadi stunting.

Asupan zat gizi harus seimbang yaitu terdiri nasi ataupun penggantinya, lauk-pauk hewani, lauk-pauk nabati, sayur dan buah, semua itu harus memenuhi syarat baik jumlah maupun frekuensinya. Dalam gizi seimbang berbasis pangan lokal yang murah dan mudah didapat di pekarangan atau kebun.

Baca juga: BKKBN Beberkan Sebaran Data Stunting di Provinsi NTT

Lingkungan artinya kebersihan, BAB (buang air besar) di jamban, pelayanan kesehatan yaitu posyandu dengan kegiatan yang dilakukan oleh, dari dan untuk masyarakat yang bertujuan untuk meningkatkan kesehatan, khususnya kesehatan ibu dan anak.

"Di posyandu ada kader yaitu anggota masyarakat yang secara sukarela bersedia meluangkan waktu dan tenaganya untuk menyelenggarakan kegiatan posyandu," kata dia, Jumat (4/3/2022).

Kader dapat membantu upaya pencegahan stunting dengan penyuluhan kepada orang tua dan memantau pertumbuhan dan perkembangan anak menggunakan Kartu Menuju Sehat (KMS).

"Pemantauan kesehatan secara rutin dapat menjadi screening awal menghindari stunting," sebutnya.

Menurutnya, di posyandu ada kader yaitu anggota masyarakat yang secara sukarela bersedia meluangkan waktu dan tenaganya untuk menyelenggarakan kegiatan posyandu.

Baca juga: Gubernur NTT Dapat Izin Jokowi Pukul Bupati Hingga Kurangi DAK-DAU

"Kader dapat membantu upaya pencegahan stunting dengan penyuluhan kepada orang tua dan memantau pertumbuhan dan perkembangan anak menggunakan KMS, pemantauan kesehatan secara rutin dapat menjadi screening awal menghindari stunting," jelasnya.

Posyandu dan melakukan pengukuran berat badan dan tinggi badan anak-anak secara teratur akan terpantau status gizinya.

Ia menyarankan fungsi posyandu perlu dioptimalkan dalam upaya promotif melalui penyuluhan gizi dan kesehatan. Sementara untuk konsultasi gizi diharapkan setiap desa ada tenaga D3 gizi.

Selain itu, ia menjelaskan peran institusi pendidikan gizi dalam pencegahan stunting di NTT. Di kabupaten Kupang misalnya, bekerjasama dengan dinas ketahanan pangan Kabupaten Kupang untuk melatih PKK dalam pengolahan pangan berbasis jagung, pisang dan daun kelor.

Baca juga: BREAKING NEWS : 12 Warga NTT Meninggal Dunia Akibat DBD

Agustina merekomendasikan empat hal yang bisa dilakukan para ibu yakni IMD (Inisiasi Menyusu Dini),pemberian ASI eksklusif sampai anak umur 6 bulan, memberikan MP-ASI ( Makanan Pendamping ASI) mulai umur 6 bulan dan memberikan ASI sampai anak umur 24 bulan. 

Berita NTT lainnya
 

Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved