AIWW di Labuan Bajo

Wapres RI Ma'ruf Amin Harap AIWW Ada Terobosan Atasi Persoalan Air Bersih di Asia Pasifik

"Saya berharap dari Asia International Water Week ke-2 ini dapat menghasilkan terobosan untuk mengatasi permasalahan air di kawasan kita," katanya.

Editor: Gordy
TRIBUNFLORES.COM/HO-KEMENTERIAN PUPR
SAMBUTAN - Wakil Presiden (wapres) RI, Ma'ruf Amin saat memberikan sambutan pembukaan AIWW Ke-2 di Hotel Meruorah Labuan Bajo, Kabupaten Manggarai Barat, Provinsi NTT, Senin 14 Maret 2022. 

Laporan Reporter TRIBUNFLORES.COM, Gecio Viana

TRIBUNFLORES.COM, LABUAN BAJO - Wakil Presiden (wapres) RI, Ma'ruf Amin berharap Asia International Water Week (AIWW) Ke-2 dapat melahirkan solusi untuk mengatasi permasalahan air di kawasan Asia Pasifik, Senin 14 Maret 2022.

Hal tersebut disampaikannya saat memberikan sambutan pembukaan AIWW Ke-2 di Hotel Meruorah Labuan Bajo, Kabupaten Manggarai Barat, Provinsi NTT.

"Saya berharap dari Asia International Water Week ke-2 ini dapat menghasilkan terobosan untuk mengatasi permasalahan air di kawasan kita," katanya.

Baca juga: Pelajar SMK di Ngada Diduga Dianiaya Pemilik Bengkel, Guru: Itu Bagian Pembinaan

 

Dalam kesempatan itu, Wapres menjelaskan diantara sekian banyak pembahasan terkait air, Wapres menggaris bawahi salah satu isu yang mengemuka dan membutuhkan perhatian di tingkat internasional yaitu ketersediaan air bersih.

Menurutnya, rendahnya akses terhadap infrastruktur dasar yang meliputi air bersih, sanitasi dan air bersih berkorelasi pada penanganan 3 masalah yang saat ini menjadi fokus kerja pemerintah Indonesia.

Ketiga masalah itu, rinci Wapres, yakni pertama penghapusan kemiskinan ekstrem, kedua, pembangunan sumber daya manusia yang unggul dan ketiga penurunan angka stunting.

"Ketiadaan air bersih di suatu wilayah menandai kemiskinan dan ketimpangan, wilayah-wilayah kemiskinan ekstrem umumnya akses terhadap air bersih sangat rendah. Dari 35 kabupaten dengan kemiskinan ekstrem, pada 2021 seluruhnya ditandai dengan fakta adanya penduduk yang tidak memiliki akses air minum yang layak angkanya berkisar antara 4.48 persen sampai dengan 98.21 persen," jelasnya.

Baca juga: Inspirasi Lintas Budaya Hari Ini, Kamu Semua Adalah Saudara

Lebit lanjut, akses terhadap air bersih dan sanitasi yang layak juga menjadi faktor kunci kualitas kesehatan seseorang.

Menurut Wapres, kesehatan yang prima dan pendidikan berkualitas adalah prasayarat utama sumber daya unggul yang saat Ini juga menjadi prioritas pemerintah Indonesia.

Selain itu, lanjut Wapres, upaya penurunan prevalensi stunting juga sangat terkait dengan ketersediaan air bersih dan sanitasi yang baik. Sanitasi dan air yang baik mengurangi banyak penyakit bagi ibu hamil bayi dan balita.

"Ketiadaan sanitasi dan air bersih mengakibatkan bayi rentan terhadap berbagai penyakit, padahal 1000 hari pertama kehidupan menentukan fase-fase kehidupan berikutnya. Penyediaan air bersih menjadi intervensi yang dapat berkontribusi sebesar 70 persen terhadap pencegahan stunting," ujarnya.

Selain itu, pandemi Covid-19 juga berdampak pada peningkatan penggunaan air bersih.

Berdasarkan studi terbaru Indonesia Water Institute, kata Wapres, pada akhir tahun 2020, konsumsi air bersih selama pandemi meningkat 3 kali lipat dibandingkan dengan sebelum pandemi Covid-19 dengan total konsumsi air rumah tangga mencapai 900 liter per hari hingga 1.400 liter per hari.

Baca juga: BREAKING NEWS: Polisi Amankan 17 Unit Sepeda Motor, Diduga Tak Miliki Dokumen Lengkap

"Kompleksnya pengelolaan sumber daya air memerlukan pendekatan berbagai pendekatan dan kebijakan yang melibatkan multi sektoral dan instansi, alokasi dana nasional, dan pengambilan keputusan kolektif," tegasnya.

Menurut Wapres, secara kolektif semua pihak memiliki kesamaan visi yakni ketersediaan air bersih yang cukup untuk semua, untuk itu Pemerintah Indonesia terus berupaya untuk mengelola pemanfaatan air secara berkelanjutan.

Wapres menuturkan, berbagai program telah dilakukan pemerintah Indonesia untuk mewujudkan mimpi tersedianya akses bersih yang cukup, antara lain membangun 61 bendungan selama periode 2015 hingga 2025, untuk mengoptimalkan pemanfaatan air.

Selanjutnya, secara konsisten memanfaatkan potensi air sebagai pembangkit listrik dan floating solar dalam rangka menciptakan energi yang bersih untuk lingkungan.

Pemerintah Indonesia juga membangun 1000 bendungan kecil atau embung, serta fasilitas lainnya untuk mendukung irigasi yang akan menyokong ketahanan pangan.

Selain itu, pemerintah juga mendorong pengelolaan air secara berkelanjutan, melalui manajemen pengelolaan air terintegrasi.

"Dan yang tidak kalah penting, meningkatkan akses terhadap air bersih bagi rumah tangga. Data BPS menunjukkan bahwa tahun 2014 akses rumah tangga terhadap air bersih sebesar 68 persen kemudian meningkat hingga 90 persen pada tahun 2020," jelasnya.

Baca juga: Pesona Jembatan Batu Desa Kojadoi di Sikka

Selain itu, Wapres juga mengatakan air merupakan sumber daya yang sangat mendasar untuk menopang kehidupan dan penentu tercapainya pembangunan ekonomi dan sosial berkelanjutan

Seiring pertumbuhan penduduk dan ekspansi ekonomi yang sangat cepat selama beberapa dekade terakhir, lanjut Wapres, penggunaan air di abad 21 meningkat lebih dari 2 kali lipat dibandingkan dengan pertumbuhan penduduk akibatnya terjadi kesenjangan antara ketersediaan air dan kebutuhan air.

"Hal tersebut mengakibatkan krisis air di sejumlah wilayah di dunia. Kalipun 71 persen bumi ditutup air, hanya sekitar 13 persen air tawar yang dapat dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan air bagi lebih dari 7 milyar manusia. Sekitar 2 per tiga dari jumlah penduduk dari jumlah populasi dunia, mengalami kelangkaan yang parah, setidaknya dalam satu bulan setiap tahun," katanya.

Selain itu, kata Wapres, lebih dari 2 milyar orang hidup di negara yang ketersediaan airnya tidak mencukupi. Diperkirakan tahun 2025, setengah dari populasi dunia akan mengalami kelangkaan air.

"Tahun 2030 sekitar 700 orang dapat mengungsi karena kelangkaan air lebih lanjut
UNICEF menyebut pada tahun 2040, kira-kira 1 dari 4 anak di seluruh dunia, Akan tinggal di daerah yang tingkat kesulitan airnya sangat tinggi," katanya.

Baca juga: Kunjungi Labuan Bajo, Airlangga Serukan Menang Pilpres,Pileg dan Pilkada

Sebagai rumah bagi 60 persen populasi dunia, kawasan Asia Pasifik hanya memiliki 36 persen sumber daya air dunia Sehingga ketersediaan air per kapita terendah di dunia Masalah tersebut diperparah dengan tingkat pencemaran air yang tinggi dengan lebih dari 80 persen air limbah yang dihasilkan di negara-negara berkembang di kawasan tidak diolah

"Hal krusial lain adalah pengambilan air tawar yang tidak berkelanjutan, melebihi setengah dari ketersediaan air, sementara dari hasil penelitian menunjukkan penggunaan air tanah akan meningkat 30 persen pada tahun 2050," katanya. (*).

Berita Manggarai Barat

Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved