Berita Kota Kupang
Disertasi Komunikasi Pastoral Lintas Budaya di Perbatasan RI-RDTL,Romo Maxi Raih Gelar Doktor
Romo Maksi Un Bria sukses mempertahankan disertasinya dalam ujian doktoral di Universitas Usaid Jakarta Selatan, Rabu 30 Maret 2022.
Laporan Reporter TRIBUNFLORES.COM, Ray Rebon
TRIBUNFLORES.COM, KUPANG- Sidang promosi doktoral merupakan bentuk dari seorang yang telah berhasil menuntaskan studi program doktor yang sudah diteliti nantinya akan dipertanggungjawabkan dalam tugas akhirnya.
Hari Rabu 30 Maret 2022, RD. Maxi Un Bria, Pr mengikuti sidang terbuka promosi doktoral secara offline maupun online. Sebanyak 50 orang peserta offline dan peserta online sebanyak 300 orang mengikuti sidang promosi berlangsung di Sekolah Pascasarjana Universitas Usahid di Jalan Sudirman Jakarta Selatan.
Romo Maxi mempertahankan disertasinya "Komunikasi Pastoral Lintas Budaya di Wilayah Perbatasan RI-RDTL" (Studi Komunikasi lintas budaya di Kabupaten Belu, Malaka dan Distrik Maliana RI-RDTL). Promotor sidang tersebut adalah, Prof. Alo Liliweri, MS dan Co-Promotor Dr. Titi Widyaningsih.
Hadir dalam Sidang terbuka para romo unio Keuskupan Agung Kupang, Rm. Rudy Tjung Lake, Rm. Yustinus Phoa, Rm. Kripinus Saku, Rm. Maxi Amfotis.
Baca juga: Gubernur NTT; Tak Percuma Darah Wilson Here untuk Menjaga Negara
Gubernur NTT, Dr. Victor Laiskodat juga hadir memberi pertanyaan kehormatan demikian juga Pater Dr. Gregorius Neonbasu, SVD yang mengajukan pertanyaan kehormatan. Hadir pula Sekretaris Eksekutive Kantor Konfrensi Wali Gereja Indonesia ( KWI) Rm. Siswantoko, Pr dan Sekretaris Exekuitive Komisi Kerasulan Awam KWI.
Kepada TribunFlores.com, Romo Maxi mengatakan Inti dari disertasi ini kompetensi komunikasi lintas budaya sangat dibutuhkan dalam kerja pastiral di era global dan masyarakat multikultural.
Selain itu kata Romi Maxi para agen gereja dan agen masyarakat di berbagai bidang dituntut memiliki kompetensi komunikasi antar dan lintas budaya demi mewujudkan communio/persekutuan dan progressio_ pembangunan manusia seutuhnya.
Relevansi dari komunitas lintas budaya bukan hanya dibutuhkan oleh agen pastoral, melainkan para agen-agen lain dalam masyarakat baik dalam bisnis, politik, tata pemerintah dan lainnya.
Baca juga: Seorang PMI Asal NTT Terbebas dari Hukum Mati di Malaysia
Dalam komunikasi lintas budaya ini diharapkan dapat membangun harmonitas dan juga terbangun bersama pemahaman perbedaan-perbedaan identitas dan entitas yang dimiliki oleh masyarakat.
Menurut Romo Maxi kompetensi lintas budaya yang dimiliki oleh agen pastoral maupun agen masyarakat akan membantu masyarakat untuk membangun harmonitas bersama guna bersatu hidup berdampingan terutama dan terarah menuju Comunio dan progresio.
Lanjut disampaikan Romo Maxi disertasinya menarik untuk didalami dan dijadikan rujukan dalam kegiatan-kegiatan kedepan, karena berdasarkan pembejaran dan pendalaman riset-riset terkait atau yang terdahulu, "mereka mengaskan dan meyakinkan bahwa kemampuan komunikasi pastoral dan komunikasi lintas budaya akan mendukung terwujudnya kolaborasi yang solit", katanya
"Apabila orang tidak punya kemampuan di dalam komunikasi lintas budaya dan latarbelakang budaya didalam sebuah perusahaan maupun tempat lainnya akan melahirkan rasa tersinggung, salah paham yang akan tercipta konflik interest", ungkap Romo Maxi.
Baca juga: Bank NTT Lewoleba Suntik Bantuan Rp 75 Juta Ke Bumdes Hadakewa
Disampaikan Romo Maxi kegiatan sidang promosi doktoral ini merupakan suatu kesempatan untuk menjadi inspirasi dan sebuah motivasi bagi warga dalam dunia pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi.
"Hari ini secara pribadi saya gembira karena uji komunikasi di program pascasarjana di Universitasi Usahid Jakarta diselesaikan dalam tempo 2,5 tahun dengan predikat cumlaude."