Berita Ende
Pesan Uskup Agung Ende di Konferda WKRI, Bukan Hanya Untuk Umat Katolik
Uskup Agung Ende, Mgr.Vincentius Sensi Potokota mengingatkan WKRI Ende jangan hanya dikenal karena jargon-jargon luar biasa tetapi dalam karya nyata.
"Jadi, ormas perempuan - perjuangan kesetaraan dan keadilan gender bukan diimpor dari negara barat, di tanah air ini sudah lahir organisasi perempuan sejak lama," ungkapnya.
Dia mengatakan, WKRI bersama Aisyiyah, Wanita Taman Siswa dan organisasi pemuda lain zaman itu
memprakarsai terselenggaranya KOWANI - Kongres Wanita Indonesia pertama pada 22 - 25 Desember 1928.
Dengan kiprahnya ini, Wanita Katolik RI mendapat 2 penghargaan dari Pemerintah RI yakni Penghargaan Ormas Bidang Kategori Khusus Bakti Sepanjang Hidup – dari Kemendagri bulan November 2018 dan Organisasi Perempuan yang Terlibat Dalam Kongres Perempuan I Pada 22-25 Desember 1928.
Baca juga: Lampu Kuning Kekerdilan Anak di Ngada, Nagekeo, Ende, Sikka dan Flotim
"Dan, hingga saat ini masih berperan dalam memajukan kesejahteraan perempuan Indonesia," tambahnya.
Justina mengatakan, tahun 2024 nanti Wanita Katolik RI akan merayakan ulang tahun ke-100. Dia berharap semoga keberadaan Wanita Katolik RI berlanjut semakin bermanfaat bagi orang banyak sampai seribu tahun lagi.
Konferda IV DPD Keuskupan Ende Ende mengusung tema besar Kongres XX Wanita Katolik RI Tahun 2018 yaitu Wanita Katolik RI Ambil Bagian Berjuang Mewujudkan Masyarakat Sejahtera, Bermartabat dan Berkeadilan dalam Bingkai Kebinekaan.
Dengan tema ini Kongres Tahun 2018 mengusung 3 isu keprihatinan, yakni, terorisme-radikalisme, korupsi dan krisis lingkungan hidup.
Baca juga: RSUD dan Dinas Kependudukan Target Pembenahan Pelayanan Publik di Ende
"Kita menyatakan mau melawan kebatilan dengan menegakkan kebenaran dan kebaikan. Wanita
Katolik RI harus berdaya guna bagi martabat dan kemaslahatan orang banyak," ungkapnya.
Dia menegaskan, WKRI, siap bergandeng tangan dalam rangka menyejahterakan masyarakat khususnya di wilayah kerja Ende - masalah perempuan dan anak: kekerasan (khususnya KDRT dan kekerasan seksual), stunting, perkawinan anak, kesehatan reproduksi serta peningkatan ekonomi keluarga.