Hari Kartiini
Yovita Mariati Tanpa Pamrih 34 Tahun untuk Bayi dan Balita
Semangat Yovita Mariati menjalani pengabdian menjadi Kader Posyandu benar-benar teruji selama 34 tahun sejak menamatkan pendidikan SMA tahun 1988.
Penulis: Egy Moa | Editor: Egy Moa
TRIBUNFLORES.COM,MAUMERE-Semangat Yovita Mariati (54) mengebu-gebu seperti juga kebanyakan gadis-gadis seusianya di tahun 1988 di Kota Maumere, Pulau Flores.
Setelah menyelesaikan pendidikan di SMAN 1 Maumere, mereka akan berangkat ke kota-kota besar melanjutkan ke bangku pendidikan tinggi. Yovita punya keinginan besar kuliah di Undana Kupang.
Namun, keinginan itu harus dipendam dalam hati. Menjadi anak kedua tertua dari tujuh bersaudara, Yovita harus mengalah kepada adik-adiknya. Ekonomi orangtuanya, Marselinus Kekon Kota, dan Maria Agneta tak kuat mewujudkan cita-citanya melanjutkan pendidikan tinggi.
Memulai perjuangan baru dilakoni Yovita. Saat itu, Kelurahan Kabor di Kota Maumere membutuhkan tenaga Kader Posyandu untuk wilayah kelurahan persiapan Nangalimang.
Baca juga: Warga Sikka Kerumun di TKP Sebuah Mobil Terperosok ke Selokan
Punya modal ijazah SMA, Yovita mencoba peruntungan menjadi Kader Posyandu menjadi titik awal usahanya memiliki aktivitas. Honor Rp 5.000/bulan diterima setahun sekali, tak mengapa daripada mengantungkan hidup sepenuhnya kepada orang tuanya yang memiliki tangungan tujuh anak.
Bekerja sehari sebulan menimbang bayi dan balita di Posyandu, Yovita harus juga menekuni usaha yang lain. Pilihanya dijatuhkan pada tenun ikat.
Terlahir dan besar di Kampung Baluele, Desa Manubura, Kecamatan Nele, 3 Mei 1967, Yovita punya gambaran yang kuat menekuni tenun ikat. Menyaksikan keseharian sang ibu, Maria Agneta membuat tenunan tak sulit bagi Yovita untuk mulai menekuninya.
Lagi pula,sekitar setahun setelah selesai pendidikan itu ia telah menjalin hubungan dengan Vinsensius Yulianus. Mau tak mau, ia harus bekerja membantu suaminya berprofesi sopir.
Baca juga: Prajurit TNI di Sikka Dampingi Petugas Posyandu Berikan Makanan Tambahan untuk Balita
“Ke Pos Yandu hanya sebulan sekali. Begitu juga kalau ada panggilan kegiatan di Puskesmas Kopeta (Maumere). Saya akhirnya juga menjadi Kader KB, karena saat itu saya sudah bersuami,” kisah Yovita di kediamannya,Senin 18 April 2022.
Menyandang tambahan pekerjaaan menjadi Kader KB, Yovita memiliki wilayah tugas melakukan pendataan di wilayah RT 11, 16,17 dan 18 Kelurahan Kabor di Nangalimang.
Tugas tambahan hanya diberi upah ketika ada kegiatan dilaksanakan penuh tanggungjawab, tanpa memilikirkan besarnya upah atau honor yang diberikan.
“Saya kerja saja. Saya memang suka kerja sukarela. Diberi upah berapa saja saya terima saja. Toh saya juga punya pekerjaan utama di rumah membuat tenun ikat,” kata Yovita.
Baca juga: Jalan Rusak, Kades di Sikka Akui Warga Sering Gotong Jenazah hingga 7 KM
Ketika wabah penyakit demam berdarah dengu (DBD) melanda seluruh Sikka mendatangkan belasan korban, predikat tambahan disandang Yovita. Tugas baru menghampirinya menjadi kader jentik memantau jentik nyamuk DBD di rumah-rumah warga.
Bahkan ketika pandemic Covid-19 melanda seluruh dunia, Yovita tak ketinggalan tugas. Ia menjadi relawan Covid di Kelurahan Nangalimang.
Kader Posyandu dilakoninya sejak 1988 dijalaninya dengan setia sampai hari ini. Dedikasinya kepada bayi dan balita diapresiasi pemerintah pusat. Dia dianugerahi penghargaan Perempuan Berjasa dan Berprestasi di bidang kesehatan oleh Organisasi Aksi Soliaritas Era (OASE) Kabinet Indonesia.
Bertepatan perayaan HUT ke-144 RA Kartini,Kamis 21 April 2022, Yovita menerima penghargaan di Istana Negara, Jakarta.*
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/flores/foto/bank/originals/KADER-POSYANDU-DARI-SIKKA.jpg)