Berita Lembata
Pasar Barter Adonara Bukan Sekedar Melarang Transaksi Uang
Pasar barter digelar oleh Komunitas Pekka Abadawa di Dusun IV Walang Baran Tawan, Desa Nisa Nulan, Kecamatan Adonara, Sabtu 23 April 2022.
Laporan Reporter TRIBUNFLORES.COM, Amar Ola Keda
TRIBUNFLORES.COM,LARANTUKA-Tak terasa sudah 20 tahun Serikat Pemberdayaan Perempuan Kepala Keluarga (Pekka) berkarya di Pulau Adonara, Kabupaten Flores Timur (Flotim). Sebagai organisasi berbasis massa yang otonom, Pekka yang dibentuk di Pulau Adonara pada tahun 2002 berperan aktif melakukan pemberdayaan terhadap perempuan kepala keluarga.
Pekka dinilai mampu membuat perubahan sosial dengan mengangkat martabat para janda di tengah masyarakat yang selama ini memiliki stigma negatif. Banyak ibu-ibu buta aksara pun mulai melek membaca lewat Akademi Paradigta, salah satu program Pekka untuk mengembangkan potensi kepemimpinan perempuan yang dapat terlibat aktif dalam proses pemberdayaan masyarakat dan pembangunan di wilayahnya.
Selain pemberdayaan di bidang pendidikan, Pekka pun aktif melakukan program pemberdayaan ekonomi anggotanya. Salah satunya melalui pasar barter dengan mengusung tema, "Pekka Berdaulat, Mendobrak dan Merubah Dunia".
Pasar barter ini pun mulai digelar di komunitas Pekka Abadawa, Dusun IV Walang Baran Tawan, Desa Nisa Nulan, Kecamatan Adonara, Sabtu 23 April 2022.
Baca juga: Perekrut Pekerja Migran Indonesia Diperiksa Penyidik Polres Flores Timur
Menariknya, semua pelaku pasar barter dilarang menggunakan uang saat melakukan transaksi. Barang ditukar dengan barang. Bahkan, ibu-ibu yang barangnya tidak habis ditukar, maka barangnya itu menjadi tanggungjawab Pekka Produksi untuk menjualnya.
"Intinya, tidak ada barang yang dibawa ibu-ibu dibawah kembali ke rumah. Itu menjadi tanggungjawab Pekka Mart wajib memasarkannya. Filosofi Pekka itu gotong royong atau gemohing. Tidak boleh susahkan anggotanya," ujar
Pengawas Federasi Pekka Indonesia, Bernadete Langgobelen.
Menurut perempuan perintis Pekka NTT ini, mental para petani termasuk ibu-ibu kepala keluarga saat ini sudah instan. Karena itu Pekka ingin melakukan gebrakan dengan mengkampanyekan wajib makan apa yang ditanam sendiri lewat pasar barter.
"Awal saya bawa Pekka kesini, saya tidak mau mulai dengan simpan pinjam uang. Tapi dengan hasil tanaman di kebun sendiri," katanya.
Baca juga: Ada Patung Kristus Raja di Waibalun, Ini Pantangan Saat Berkunjung ke Nuha Waibalun Flores Timur
Kehadiran Pekka, kata dia, untuk menolong ibu-ibu, karena Pekka dibangun tidak dengan tujuan mencari keuntungan. Pekka merupakan lembaga sosial, tidak mengejar nirlaba, melainkan aktif berbisnis sosial dengan semboyan gemohing.
"Kerja produksi untuk memproduksi bukan produksi untuk menghabiskan. Pasar barter ini merupakan gerakan sosial Pekka dengan filosofi gemohin yang saat ini kita kembali aktifkan," tegasnya.
Ia menambahkan, saat ini pasar barter masih sebatas anggota Pekka. Ke depan, pengurus Pekka berencana membuka pusat pasar barter tetap dengan melibatkan masyarakat umum.
"Konsep yang saya tawarkan akan ada pusat pasar. Mudah-mudahan Adonara bisa jadi pusat pasarnya, yang akan didatangi warga dari Pulau Alor, Lembata, Larantuka dan Solor. Saat lounching nanti ada festival budaya dan aksi sosial dengan melibatkan masyarakat umum," tutupnya.