Berita Sikka

Cerita Pria Asal Makassar, Nekat Rantau Jual Buah-buahan di Maumere, Sikka

"Anak ada lima orang. Tiga masih sekolah sementara dua sudah berhenti. Besok anak saya mau ambil SKHUN, jadi saya pikir juga dengan biaya masuk SMA,"

Editor: Gordy Donovan
TRIBUNFLORES.COM/PAULUS KEBELEN
JUAL BUAH- Toko buah milik Faisal di Kota Maumere, Minggu 12 Juni 2022. 

Laporan Reporter TRIBUNFLORES.COM, Paulus Kebelen

TRIBUNFLORES.COM, MAUMERE - Faisal (33) sosok ayah muda nekat merantau dari Makasar untuk menjadi pengusaha buah-buahan di Kota Maumere, Kabupaten Sikka.

Faisal mulanya bekerja sebagai salah satu karyawan tetap bidang perhotelan. Karena berniat mencari tantangan baru, ia memutuskan hijrah dari kota daeng Makasar pada awal tahun 2019.

Sebelum membuka toko buah sendiri, pria berkepala tiga ini sempat berjualan di Pasar Alok Maumere, sebuah pusat transaksi ekonomi masyarakat terbesar di Nian Tana Sikka.

Baca juga: Kisah Pasutri di Sikka Jual Ikan Demi Biaya Sekolah Anak hingga Sarjana

 

"Saya asalnya dari Makasar, merantau ke Maumere tahun 2019. Kebetulan ada ipar yang sudah lama tinggal disini. Kami mulai pertama itu di Pasar Alok," cerita Faisal saat diwawancarai wartawan, Minggu 12 Juni 2022.

Ia berkisah, usaha toko buah cukup menjanjikan untuk memenuhi kebutuhan keluarga hingga tabungan persiapan biaya pendidikan anaknya kelak.

"Minat konsumsi buah masyarakat disini cukup tinggi, terlebih saat memasuki hari raya besar, pesanan meningkat tajam hingga tiga kali lipat," tuturnya.

Selain dari toko, metode pelayanan juga menggunakan platform media sosial seperti Instagram dan facebook. Menurut dia, dengan memanfaatkan media sosial akan memudahkan pelanggan yang memesan dalam jumlah banyak.

"Toko saya namanya Fadlan Buah. Saya biasa posting penjualan di media sosial. Pelanggan yang kami layani khusus dalam wilayah kota saja," katanya.

Baca juga: Masyarakat Bisa Pantau Live Score Peserta Seleksi Catar Kemenkumham

Faisal menyebut, sebagain besar buah-buahan tersebut datang dari wilayah Maksar dan Surabaya. Sementara produk buah hasil petani lokal diperoleh dari wilayah Kecamatan Magepanda.

"Kalau semangka lokal kami belinya dari Magepanda. Buah yang tersedia ada apel, anggur, semangka, melon, jeruk, salak," papar Faisal.

Dalam sehari, omset penjualan bisa mencapai jutaan rupiah, apa lagi saat hari raya besar seperti hari raya keagamaan dan pergantian tahun.

Sebagai pengusaha buah yang sedikit lagi memasuki usia baya (35), Faisal mengaku senang karena menjadi pengusaha bisa menjadi pemimpin untuk diri sendiri, keluarga, dan orang lain.

Suka dan duka selama dua tahun merintis usaha mampu membuatnya tegar menghadapi tantangan, khususnya saat pandemi covid-19 dengan pemberlakuan kebijakan PPKM secara ketat.

"Covid memang masalah, ekonomi mandek semua. Buah-buahan mudah rusak karena pembeli nyaris tidak ada," pungkasnya.

Baca juga: Kapolres Sikka, Bupati dan DPRD Apresiasi Bripka Vinsen yang Dirikan Sekolah Gratis di Sikka


Pasutri Jual Ikan

Sementara itu, terik matahari di jagat Kota Maumere, Kabupaten Sikka terasa panas bak sedang terpanggang dalam perapian iklim.

Bolak-balik kendaraan roda dua maupun roda empat tampak ramai melintasi area kompleks Pensip, Kelurahan Waioti, Kecamatan Alok Timur, Minggu 12 Juni 2022.

Dibalik sumpeknya hawa kota, terdapat pasangan suami istri (Pasutri) sedang berjibaku menjual ikan. Lokasi jualannya berada persis pada Gapura 'Selamat Datang di Kota Maumere'.

Sebelum menepi ke pinggir Gapura, bola mata pasutri bersahaja itu sudah lebih dulu menyambut kedatangan pembeli yang mampir sejenak di tempat jualannya.

"Selamat berhari minggu juga. Nama saya Maria Yuyun, suami saya namanya Virgius. Kami tinggal di pinggir pantai Kelurahan Waioti," sahut Maria Yuyun saat diwawancarai TRIBUN.FLORES.COM.

Menjual ikan pinggir jalan sudah jadi mata pencaharian mereka selama kurang lebih 12 tahun. Setiap hari, keduanya berbagi tugas jaga jika salah satu dari mereka belum makan pagi atau malam. Kadang pasutri itu ditemani anaknya ketika liburan dan selepas pelajaran sekolah.

Baca juga: Renungan Katolik Hari Ini, Dalam Allah Tritunggal Ada Satu Kesatuan yang Tak Terpisahkan

"Kami baku ganti. Jam makan siang, salah satu dari kami pulang makan lalu istirahat sebentar. Setelah itu kami gantian lagi sampai malam hari," jelasnya.


Biayai Sekolah Anak

Wajah pasutri itu sontak bercahaya saat pengendara membeli beberapa ekor ikan yang terutas dari daun lontar.

Adakalanya calon pembeli hanya sekadar tawar lalu pergi, namun mereka sama sekali tak kesal apa lagi menaruh dengki.

Dari hasil menjual ikan, Kata Maria Yuyun, uangnya akan dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan keluarga sehari-hari hingga biaya pendidikan anak.

"Anak ada lima orang. Tiga masih sekolah sementara dua sudah berhenti. Besok anak saya mau ambil SKHUN, jadi saya pikir juga dengan biaya masuk SMA," ceritanya.

Ikan yang mereka jual dibanderol dengan harga Rp.10.000 sampai Rp.20.000. Dalam sehari, pasutri bersahaja itu membuat target satu boks ikan habis terjual.

Baca juga: Masyarakat Bisa Pantau Live Score Peserta Seleksi Catar Kemenkumham

"Beli dari nelayan, satu boks hampir 600 ribu. Satu hari bisa satu boks, kalau rejeki lagi baik, satu hari penuh bisa dua boks," tuturnya sambul melebarkan senyum.

Ia mengatakan, jikan musim angin kencang, harga ikan menukik tajam sehingga mereka kesulitan memutar modal. Yuyun hawatir jika menaikan harga, para pembeli enggan mampir.

Kendati demikian, Yuyun bersama suami tak patah arang. Menurut mereka, rejeki setiap orang sudah diatur oleh yang maha kuasa.

Berita Sikka lainnya

Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved