Berita Manggarai Timur

BPBD Koordinasikan Dinas PUPR Manggarai Timur

Bendung Wae Laku Hilir di Kecamatan Borong, Kabupaten Manggarai Timur rusak dihantam banjir bandang di Sungai Wae Laku. 

Editor: Egy Moa
TRIBUN FLORES.COM/ROBERT ROPO
Irigasi Wae Laku Hilir di Kabupaten Manggarai Timur ambruk diterjang banjir, Jumat 17 Juni 2022. 

Laporan Reporter TRIBUNFLORES.COM.COM, Robert Ropo

TRIBUNFLORES.COM, BORONG-Bendung Wae Laku Hilir di Kecamatan Borong, Kabupaten Manggarai Timur rusak dihantam banjir bandang di Sungai Wae Laku. 

Jebolnya bendung itu pada bulan Januari 2022 atau sudah berlangsung enam bulan lamanya dan belum diperbaiki. Akibatnya puluhan petani dari Desa Golo Kantar, Desa Nanga Labang dan Desa Compang Ndejing pemilik lahan sawah menderita.

Kepala BPBD Kabupaten Manggarai Timur, Petrus Subin, Jumat 17 Juni 2022 mengatakan, terkait bencana alam atas kerusakan bendung tersebut Tim BPBD sudah turun langsung ke lokasi usai kejadian. 

Pihaknya juga menurunkan langsung dengan alat berat buldozer, namun tidak bisa dilakukan penanganan darurat sebab harus membutuhkan alat berat jenis exavactor.

Baca juga: Puluhan Petani di Manggarai Timur Tak Bisa Tanam Padi Sawah

"Usai bencana itu, Pak Tarsi Syukur dan Pak Rikard Runggat beritahu dan kami langsung turun ke lokasi bawa dengan loder, karena harus gali material di lokasi sehingga harus pakai eksa,"ujarnya.

Terkait dengan hal ini, kata Petrus, pihaknya juga sudah melakukan koordinasi kepada Dinas PUPR Kabupaten Manggarai Timur terkait permintaan alat excavator. 

"Kita di BPBD hanya sebatas koordinasi dengan PUPR terkait pembangunan bendung ini, karena ini pembangunan kewenangannya ada di Dinas PUPR,"jelas Petrus. 

Kepala Dinas PUPR maupun Kabid Irigasi Dinas PUPR  belum merespon telepon maupun WA  dikonfirmasi.

Baca juga: Momen Tumbuk Sorgum di Kampung Jing Manggarai Timur, Hasilkan Aneka Kue Berbahan Tepung Sorgum

Sementara itu, Aloysius Sani (54), seorang petani setempat,Jumat 17 Juni 2022, mengatakan sejak bulan Januari 2022 lalu bendung tersebut jebol akibat dihantam banjir sungai Wae Laku. Dampak bendung yang rusak itu lahan persawahan Mbocok, Panganjai, Senggok,, Lu'ang Sita, Mongkol, Melabom, Gurung, bahakan sebagian persawahan di Toka kering tak bisa diairi. 

Aloysius mengatakan, luas area persawahan di sejumlah titik itu bisa mencapai 20 hektar lebih dengan pemiliknya mencapai 50 lebih petani. 

Karena tidak ada air yang mengairi persawahan itu, kata Aloysius, mereka tidak bisa tidak bisa menanam padi.

"Sudah 6 bulan ini kami cukup menderita karena kami tidak bisa tanam padi sawah," ujarnya. 

Dikatakan Aloysius, padahal padi sawah itu menjadi sumber hidup bagi keluarganya. Lahan sawahnya bisa menghasilkan padi 600-800 kilogram (Kg).

Baca juga: Siswa SMA Negeri 7 Borong di Manggarai Timur Belajar Menganyam Tikar dan Keranjang Rotan

"Saya hanya mengharapkan kerja sawah ini saja untuk kebutuhan hidup kami. Ini sawah sudah tidak bisa kerja jadi keluarga saya cukup menderita, saya terpaksa butuh harian untuk bisa penuhi kebutuhan hidup kami termasuk biaya sekolah anak,"ungkapnya.

Aloysius juga meminta kepada Pemerintah Daerah untuk bisa membangun lagi bendung yang rusak itu, agar mereka bisa kembali menanam padi. 

"Harapan kami semoga bapak pemerintah bisa perhatikan keluhan kami ini. Kami juga rencana secara swadaya bangun lagi bendung secara manual pakai tumpuk batu dan material lainya biar tahan saja supaya air bisa masuk mengairi persawahan kami," ungkap Aloysius. 

Karena itu, kata Aloysius, mereka berharap agar ada bantuan alat berat (excavator) dari Pemerintah Daerah untuk membantu menggaruk material berupa baru dan pasir di lokasi.

Baca juga: Dinsos Sikka Fasilitasi Pemulangan PMIB Asal Ende dan Manggarai Timur

"Memang kalau mungkin pembangunan permanen lama terkendala anggaran, kita minta bantuan hanya alat berat (eksa) saja untuk bantu gali batu timbun agar air bisa mengalir ke saluran irigasi. Ini harapan kami pertama,"ungkap Aloysius. 

Laserus Gampul (51) petani lainya juga membenarkan hal itu. Ia mengatakan bendung itu ambruk dihantam banjir pada bulan Januari 2022 lalu. Akibat rusaknya bendung itu, puluhan hektar lahan sawah tidak bisa digarap karena kering tidak ada air. 

"Kami tidak bisa kerja karena air tidak ada. Saya punya luas lahan sekitar setengah hektar dengan hasil sekitar setengah ton beras juga sudah enam bulan saya tidak kerja lagi, memang kering total tidak ada air," Ungkapnya. 

Laserus juga berharap agar Pemerintah bisa memperhatikan keluhan mereka itu dimana membangun kembali bendung yang ambruk.

Baca juga: Dinsos Sikka Fasilitasi Pemulangan PMIB Asal Ende dan Manggarai Timur

"Harapan kami mohon perbaiki lagi. Karena kami sudah menderita selama 6 bulan ini, saya harus kerja harian di orang untuk dapat memenuhi kebutuhan hidup kami dalam keluarga,"ungkapnya.

Benediktus Magur (41) petani lainya juga menyampaikan hal yang sama. Ia berharap agar Pemerintah bisa membuka mata untuk membangun kembali bendung yang telah ambruk dihantam banjir bandang Wae Laku pada bulan Januari 2022.

Berita Manggarai Timur lainnya

Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved