Berita Lembata
Polemik Guru Honor SDK Santo Tarsisius Lewoleba Jangan Korban Peserta Didik
Sejumah guru honor SDK Santo Tarsisius Lewoleba menemui Kepala Dinas P dan Lembata menyampaikan pemberhentian secara sepihak oleh yayasan.
Laporan Reporter TRIBUNFLORES.COM, RICKO WAWO
TRIBUNFLORES.COM, LEWOLEBA-Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Lembata, Anselmus Bahi berharap polemik pengalihan kepemilikan SDK 1 Santo Tarsisius Lewoleba tidak mengorbankan anak-anak sekolah sebagai peserta didik. Apapun yang terjadi, kata dia, semua murid yang bersekolah di sana merupakan anak-anak Lembata yang harus dibina dan dididik.
Pernyataan ini dia tegaskan saat belasan guru honor SDK 1 Santo Tarsisius Lewoleba menemui dirinya di Kantor Dinas Pendidikan Lembata, Senin, 25 Juli 2022.
Ansel Bahi juga mendengar aspirasi para guru tersebut yang merasa nasib mereka tidak jelas pasca pengalihan pengurus sekolah dari Yayasan Pendidikan Umat Katolik Lembata (Yapenduklem) ke Yayasan Maria Bintang Samudera. Mereka meminta Pemda Lembata melalui Dinas Pendidikan menjembatani pihak-pihak yang berselisih untuk duduk bersama.
"Intinya anak anak tidak boleh dikorbankan. Sekolah, yayasan dan komite ada untuk anak anak. Kalau anak anak korban maka pemerintah akan ambil peran di sana," ujarnya.
Baca juga: SMS Satuan Polisi Pamong Praja Menyapa Sekolah Diluncurkan Penjabat Bupati Lembata
Tak ingin mendapat informasi sepihak, Ansel berujar dirinya juga akan bertemu dengan pihak yayasan Maria Bintang Samudera sebagai lembaga yang baru dipercaya mengelola sekolah berusia 72 tahun tersebut. Dia ingin mengurai benang kusut perihal masalah ini.
Selama ini, tambahnya, belum ada ruang komunikasi atau kesempatan duduk bersama di antara pihak-pihak yang bertikai. Oleh sebab itu, dalam waktu dekat, dia akan memfasilitasi semua pihak untuk duduk bersama.
"Saya ingin menjembatani pikiran masing-masing pihak. Masih ada ruang untuk duduk bersama satu dua hari ke depan," imbuhnya.
Persoalan pemutusan hubungan kerja yang dianggap sepihak dilakukan Yayasan Maria Bintang Samudra kepada 18 tenaga honorer pada SDK 1 Santo Tarsisius-Lewoleba mulai memanas.
Baca juga: Final Wanted Cup, Duel Para Gelandang Terbaik di Tanah Lembata
Hal ini diketahui pasca pertemuan antara pihak Komite Sekolah bersama para orang tua/wali murid, Senin, 25 Juli 2022 di aula SDK 1 Santo Tarsisius-Lewoleba. Ironisnya Komite Sekolah justru merasa selama ini tidak pernah diinformasikan atas beragam keputusan yang dilakukan sejak peralihan dari Yapenduklem ke Yayasan Maria Bintang Samudra.
Dalam pertemuan yang dihadiri ratusan orang tua/wali murid dari Sekolah Dasar unggulan terakreditasi A dalam Kota Lewoleba ini, baik orang tua maupun komite sekolah menyayangkan sikap yang diambil Yayasan Maria Bintang Samudra dengan memberhentikan 18 tenaga honorer yang telah mengabdikan diri cukup lama tanpa memberikan jawaban atas pertanyaan mereka pasca pertemuan yang digelar 15 Juli lalu.
Buntut dari kegelisahan akan nasib anak-anaknya beberapa orang tua murid bersama perwakilan komite sekolah sepakat bertemu Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Lembata. Pertemuan ini juga dihadiri oleh Ketua Komisi I DPRD Lembata, Yosep Boli Muda.
Belum ada penjelasan resmi dari pihak Yayasan Maria Bintang Samudera perihal polemik ini.