Renungan Harian Katolik
Renungan Harian Katolik Kamis 17 November 2022, Berbagi Sukacita dan Pujian Kemuliaan
Renungan Harian Katolik Kamis 17 November 2022. Judul Renungan Harian Katolik hari Kamis yaitu Berbagi Sukacita dan Pujian Kemuliaan.
Pada waktu itu, ketika Yesus mendekati Yerusalem dan melihat kota itu, Ia menangisinya, katanya, “Wahai Yerusalem, alangkah baiknya andaikan pada hari ini juga engkau mengerti apa yang perlu untuk damai sejahteramu!
Tetapi sekarang hal itu tersembunyi bagi matamu.
Sebab akan datang harinya, musuhmu mengelilingi engkau dengan kubu, lalu mengepung dan menghimpit engkau dari segala jurusan.
Dan mereka akan membinasakan dikau beserta semua pendudukmu.
Tembokmu akan dirobohkan dan tiada satu batu pun akan dibiarkan terletak di atas batu yang lain.
Sebab engkau tidak mengetahui saat Allah melawati engkau.”
Demikianlah Sabda Tuhan.
U. Terpujilah Kristus.
Lihat renungan harian Katolik
“Menangis" selalu dihubungkan dengan perasaan sedih ataupun kekecewaan.
Air mata sering kali dimaknai sebagai ungkapan kesedihan dan kekecewaan seseorang.
Begitulah tema bacaan-bacaan hari ini.
Rasul Yohanes dalam Kitab Wahyu mensharingkan penglihatannya bagaimana ia begitu sedih karena orang-orang tidak mampu membuka gulungan Kitab.
"Menangislah aku dengan amat sedihnya, karena tidak seorang pun yang dianggap layak untuk membuka gulungan kitab itu ataupun melihat sebelah dalamnya" (Why. 5:4).
Ada kesedihan, ada kekecewaan terekspresi dari kutipan ini: semua orang dianggap tidak layak.
Tetapi hati Yohanes berubah menjadi sukacita ketika dinyatakan bahwa Singa dari suku Yehuda, yaitu tunas Daud telah menang sehingga la dapat membuka gulungan Kitab itu dan membuka ketujuh meterainya (Why. 5: 5).
Siapa sosok tunas Daud itu? Tidak lain adalah Yesus sendiri.
Dialah yang layak membuka gulungan kitab itu.
Dialah yang menghalau segala kesedihan dan air mata.
Dalam Injil, Yesus yang menangisi Yerusalem.
Mengapa Yesus menangisi Yerusalem?
Orang Yahudi tahu bahwa situasi Yerusalem saat Yesus masuk kota itu adalah situasi damai dan tidak ada peperangan.
Mereka tidak sadar akan bahaya yang mengancam mereka.
Tetapi Yesus tahu bahwa kota ini akan hancur dalam waktu yang tidak lama lagi.
Maka, Yesus menyerukan pertobatan dan pengampunan untuk mengingatkan umat Israel akan hari depan mereka.
Yesus mengajak umat Israel untuk bertobat.
Tetapi seruan tobat dan pengampunan dosa tidak mereka anggapi, bahkan mereka menyalibkan dan membunuh Yesus.
Yesus menangisi kebebalan Yerusalem.
Yesus mencintai mereka, tetapi mereka membalas dengan menghukum mati Yesus.
Ini yang membuat Yesus sedih, sampai Dia menangis.
Jangan-jangan kita pun termasuk orang-orang yang ditangisi oleh Yesus, karena Yesus menemukan kebebalan hati kita.
Yesus melihat kita yang sering kali mengklaim diri sebagai murid Yesus, membanggakan diri sebagai aktivis, tetapi sering kali pula kegiatan dan aktivitas kita hanya untuk menutupi kekurangan dan dosa kita.
Ya Allah, gerakkanlah hati kami untuk hidup sesuai hati nurani kami, sehingga kami selalu menjadi sarana untuk membagikan sukacita dan pujian kemuliaan. Amin. (Sumber: Adiutami).