Berita Flores Timur
Kekurangan Biaya Finishing, Warga Terpencil di Flores Timur Swadaya Bangun Kapela
"Kalau hujan kami harus cepat-cepat amankan meterial karena sudah susah payah dikumpulkan dengan alat sederhana," ujarnya.
Laporan Reporter TRIBUNFLORES.COM, Paul Kebelen
TRIBUNFLORES.COM, LARANTUKA - Umat Stasi Santu Paulus Tana Belen di Paroki Santu Darius Riang Puho, Keuskupan Larantuka, secara swadaya membangun kapela sejak awal bulan September 2022 memanfaatkan material lokal dan bantuan donatur.
Umat kristian yang menetap di Dusun Tanabelen, Desa Lamatutu, Kecamatan Tanjung Bunga, Kabupaten Flores Timur harus berjalan kaki kurang lebih 3-6 kilometer untuk mengikuti perayaan ekaristi setiap minggu di pusat desa.
Letaknya cukup terisiolir berjarak 40-an kilo meter dari Kota Larantuka. Perjalanan kesana memakan waktu sekira dua jam. Kondisi jalan rusak parah, banyak dakian terjal, bahkan dipenuhi genangan air berlumpur menjadi bukti kesenjangan infrastruktur di wilayah itu.
Ketua Dewan Stasi, Agustinus Diken, mengatakan pengerukan hingga mengangkut material pasir, batu, dan kerikil menggunakan alat sederhana bahkan tangan kosong. Warga tetap berjibaku sampai pembangunan kapela rampung sebelum perayaan Paskah 2023 mendatang.
Baca juga: Jelajah Nada Timor, Ekspedisi Merekam Syair dan Musik Tradisional di Pulau Timor NTT
"Kalau hujan kami harus cepat-cepat amankan meterial karena sudah susah payah dikumpulkan dengan alat sederhana," ujarnya kepada wartawan, Minggu 20 November 2022.
Ia mengatakan, progres pembangunan sudah mencapai 50 persen. Umat laki-laki maupun perempuan dibagi dalam beberapa kelompok. Pengerjaan dilakukan sesuai jadwal yang disepakati bersama.
Namun memasuki beberapa minggu terakhir, pembangunan kapela belum dilanjutkan lantaran kendala finansial. Umat setempat membutuhkan biaya hingga finishing.
"Sekarang belum bisa dilanjutkan karena tidak ada biaya. Kapela ini juga dibantu pihak donatur hasil komunikasi Pastor Paroki kami Romo Poce," jelasnya.
Agustinus tidak mengetahui secara rinci terkait dukungan donatur melalui Pastor Paroki Riang Puho. Agustinus bersama umat sangat berharap bantuan para pihak agar pengerjaan kapela kembali berjalan.
Baca juga: Polisi Tangkap Sopir di Ende, Diduga Garap Paksa Siswi SMP
"Umat juga kontribusi lewat iuran pembangunan, setiap Kepala Keluarga (KK) sebesar Rp 150.000 per tahun. Tetapi banyak yang tidak terkumpul karena memang kondisi disini juga susah," ungkapnya.
Kepala Desa Lamatutu, Vinsensius Umbu Soge mengatakan, warganya sudah lama merindukan rumah ibadah. Khususnya warga di RT 16 Wulukolong yang berjalan kaki ke kapela, menyusuri jalanan tanah berlumut yang saat ini terputus akibat badai seroja bulan April 2021 kemarin.
"Jalan disana sudah dibuka namun putus akibat badai seroja. Mereka tidak punya kendaraan jadi harus jalan kaki sejauh tujuh kilometer. Kalau jarak dengan Dusun Tanabelen itu sekitar 4 kilometer. Kalau kapela selesai dibangun otomatis memudahkan mereka," katanya.