Berita Flores Timur

Cerita Nenek Benedikta, Penenun di Flores Timur Binaan Pertamina Raup Omzet Jutaan Rupiah

Selama menjadi penenun telaten, Benedikta sering kesulitan mendapatkan benang, alat pewarna, dan bahan-bahan lainnya lantaran belum didukung modal.

Editor: Gordy Donovan
TRIBUNFLORES.COM/PAUL KEBELEN
TENUN - Benedikta Boleng Kein (73), penenun asal Desa Lamawalang, Kecamatan Larantuka, Kabupaten Flores Timur binaan PT Pertamina (Persero), Sabtu 3 Desember 2022. 

Laporan Reporter TRIBUNFLORES.COM, Paul Kebelen

TRIBUNFLORES.COM, LARANTUKA - PT Pertamina (Persero) mendukung pelaku UMKM lokal agar usahanya berkembang.

Dampak dukungan melalui pinjaman bunga rendah dialami Benedikta Boleng Kein (73), penenun asal Desa Lamawalang, Kecamatan Larantuka, Kabupaten Flores Timur.

Ditemui hari Sabtu 3 Desember 2022 siang, nenek Benedikta tampak cekatan merekatkan benang. Gurat wajahnya yang keriput menjadi tanda bahwa Benedikta sudah makan garam soal menenun.

Selama menjadi penenun telaten, Benedikta sering kesulitan mendapatkan benang, alat pewarna, dan bahan-bahan lainnya lantaran belum didukung modal.

Baca juga: Emanuel Bersyukur Usaha Madu Hutan di Flores Timur Melejit Berkat Dukungan Pertamina

 

Padahal, produktifitas wanita kelahiran tahun 1949 ini mampu menghasilkan dua sarung dalam seminggu. Kualitas tenun motif Lamaholot pun amat terjaga.

Memasuki awal tahun 2020, ada seorang pegawai koperasi menyampaikan informasi bahwa PT Pertamina memberikan dukungan bagi pelaku UMKM lokal lewat pinjaman dengan bunga 3 persen.

Informasi itu disambut gembira. Benedikta langsung membereskan kelengkapan untuk meminjam uang sebesar Rp 50 juta. Nominal itu dimanfaatkan sebagai modal penunjang usaha tenun yang ditekuni sejak 20 tahun lalu.

"Sangat mendukung sekali. Bunganya sangat rendah sehingga membantu saya mengembangkan usaha," ujar Benedikta.

Menurut dia, angsuran via transfer bank BRI terus turun setiap tahunnya. Pada 2021 kemarin, angsuran bulanan mencapai Rp 1,5 juta, namun sekarang sudah turun menjadi Rp 1,4 juta.

"Sekarang sisa 11 bulan. Bunganya terus berkurang. Tahun depan akan berkurang lagi, kemungkinan angsurnya dibawah Rp 1,4 juta," ucapnya sambil tersenyum.

Baca juga: Atasi Kelangkaan Minyak Tanah di Kupang, Pertamina Tambah Kuota, Warga Tidak Boleh Panik

Berkat pinjaman itu, jelas Benedikta, usahanya kian berkembang. Beberapa kali sarung tenunnya laku sampai ke Kota Kupang. Warga setempat juga selalu pesan dan mengakui kualitas tenun miliknya.

Dalam sebulan, sedikitnya lima lembar tenun laku terjual dengan harga Rp 800 ribu sampai Rp 1,2 juta per lembar. Ia bersyukur lantaran usaha itu mampu memenuhi kebutuhan hidup, apa lagi menenun merupakan warisan leluhur perempuan secara turun temurun.

"Sebulan bisa Rp 5 juta. Yang paling mahal itu Senai (sarung khusus laki-laki) karena kainnya dobel. Harganya bisa Rp 1,2 juta," jelasnya.

Halaman
12
Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved