30 Tahun Tsunami Flores
Teater Simfoni Ami Norang, Mengenang 30 Tahun Gempa dan Tsunami Flores Bius Penonton
Teater itu dipentaskan dalam rangka mengenang bencana alam gempa dan Tsunami Flores 30 tahun silam tepatnya 12 Desember 1992.
Laporan Reporter TRIBUNFLORES.COM, Kristin Adal
TRIBUNFLORES.COM, MAUMERE- Seniman Sanggar Bentara Zaman (Benza) dalam Teater "Simfoni Ami Norang" membius penonton di lapangan Gereja Katedral St. Yoseph Maumere, Senin 12 Desember 2022 malam.
Teater itu dipentaskan dalam rangka mengenang bencana alam gempa dan Tsunami Flores 30 tahun silam tepatnya 12 Desember 1992.
Teater ini menghadirkan peristiwa 12 Desember 1992 dimulai dari mimpi yang dialami dan tanda-tanda alam yang dilihat para korban sebelum terjadinya peristiwa gempa dan Tsunami. Para seniman melakoni peran mereka penuh penghayatan.
Kurang lebih 30 seniman bermain dalam teater ini, mereka di antaranya anak-anak TK, SD, SMP, SMA, guru dan ibu rumah tangga. Di hadapan ratusan penonton mereka memperagakan adegan dari naskah yang telah ditulis oleh alamarhum Herman Yosep, pendiri Sanggar Benza.
Baca juga: 30 Tahun Gempa dan Tsunami Flores, BEM Fakultas Hukum Unipa Gelar Aksi Solidaritas di Kota Maumere
Pantuan TribunFlores.Com, teater ini diperagakan dalam empat babak. Pada bapak pertama tampak pemeran teater ini mengisahkan mimpi. Menyadari tanda-tanda alam yang penuh arti dan menjadi misteri.
Dalam babak pertama tergambar jelas bahwa masyarakat kala itu mencurigai tanda-tanda alam ini. Cuaca yang sangat panas dari biasanya di Maumere, binatang dari hutan, kera, ular dan binatang hutan turun dari Iligai (nama gunung) menuju kampung Hokor.
Babak pertama, penonton yang hadir tertawa riuh dengan tingkah kocak pemeran teater ini. Sesekali dialog menggunakan bahasa Sikka. Saat berpindah ke babak kedua. Tiba-terjadi guncangan dan orang-orang berhamburan menyelamatkan diri.
Dalam lakon Ini adalah para pemain beradegan dengan sungguh mengaduk emosi penonton. Teriakan minta tolong, rumah yang hancur, korban luka-luka, mayat-mayat bergelimpangan dan tangisan duka menggema.
Baca juga: Kilas Balik 30 Tahun Gempa Flores, Prof Yoyong Harap Unipa Buat Peta Kerentanan Tsunami di Sikka
Pada babak ini semua penonton yang sebelumnya terpingkal-pingkal dalam adegan babak satu langsung membisu. Semua mata tertuju pada panggung dan ada berapa merekam adegan babak kedua ini.
Diana Muskananfola, salah satu penonton ikut membisu. Ia mengatakan merinding dengan adegan para seniman Sanggar Benza. Meskipun satu bulan di Maumere tetapi melalui teater ini membawa Diana dalam perstiwa pilu 30 tahun gempa dan Tsunami Flores.
Memasuki babak ketiga, para seniman ini menyampaikan fungsi konstruksi rumah bambu yang masih kokoh dari hantaman gempa. Namun di balik peristiwa ini, sisi kemanusiaan melampaui agama, sosial, budaya, ekonomi dan politik. Semua bahu membahu menolong satu sama lain.
Tak lupa dalam babak ketiga ini mereka menyentil peran Badan Penangulangan Bencana Daerah dalam upaya mitigasi bencana.
Di akhir babak keempat semua penonton tertegun mendengar narator membacakan naskah. Sang narator mengajak untuk memperingati moment 30 tahun gempa dan Tsunami Flores dengan membangun, memelihara solidaritas dan waspada terhadap bencana.
Ditemui usai pentas, sutradar dalam teater " Simfoni Ami Norang ", Ildefonsia atau kerap disapa Ivon mengungkapkan rasa bangga dan kagum untuk para pemain teater.
Baca juga: Unipa Maumere Gelar Seminar Nasional Kilas Balik 30 Tahun Gempa Flores 1992
" Saya terharu melihat penampilan mereka. Meskipun latihan hanya satu minggu namun hari ini mereka menampilkan yang terbaik," tutur Ivon.
Ivon menuturkan bahwa naskah teater ini telah ditulis sejak 12 Desember 2004 oleh Herman Yoseph. Naskah teater ini pertama kali dipentaskan di Gelora Samdor Maumere pada tahun 2006, pementasan kedua dilakukan pada tahun 2007 dan ketiga dipentaskan pada 2022.
" Ini adalah kali ketiga kami pentaskan teater ini. Kami akan terus menyadarkan masyarakat melalui seni tari dan drama untuk waspadah terhadap bencana alam. Melalui naskah yang kami peragakan dalam tetater ini, saya kira para penonton dapat membaca pesan tersirat dalam teater ini" tandas Ivon.
Sementara itu, Klaudia Laurensia Rakha (berperan sebagai mama Katarina) yang ikut bermain dalam teater ini mengungkapkan rasa bangga. Ia senang karena pentas kali ini disaksikan ratusan mata penonton. Ia berharap semua pesan yang tersirat dalam adegan tersampaikan dengan baik dan membawah perubahan dalam mitigasi bencana alam.
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/flores/foto/bank/originals/Seniman-Sanggar-Bentara-Zaman-saat-memperagakan-adegan-babak-kedua.jpg)