Berita Manggarai Barat
Bayi di Manggarai Barat Idap Hidrosefalus, Keluarga Pasrah Tak Punya Biaya Berobat
Bayi di Manggarai Barat itu Idap Hidrosefalus masih usia 1 tahun. Keluarga Pasrah Tak Punya Biaya Berobat. Bayi Manggarai Barat bersama orangtuanya.
Laporan Reporter TRIBUNFLORES.COM, Berto Kalu
TRIBUNFLORES.COM, LABUAN BAJO - Kondisi Maria Novantri Anul kian memprihatinkan, Balita 1 tahun asal Kampung Golo Karot, Kelurahan Tangge, Kecamatan Lembor, Kabupaten Manggarai Barat, NTT ini mengidap penyakit Hidrosefalus sejak usia enam bulan.
Orang bayi, Stanis Mbaling (35) dan Rofina Nunur (35) hanya bisa pasrah dengan kondisi anak bungsu dari tiga bersaudara ini. Sebab mereka tak punya biaya untuk menjalani operasi di rumah sakit.
Ibunda Maria, Rofina Nunur mengatakan, buah hatinya itu lahir dalam keadaan normal.
Namun, anaknya menangis selama sepekan pada usia enam bulan.
Ia seperti merasakan kesakitan yang luar biasa. Padahal sebelumnya tidak pernah seperti itu.
Baca juga: Polisi Kesulitan Identifikasi Potongan Jari Manusia dalam Sayur Lodeh di NTT
"Setelah satu minggu dia menangis terus, mulai tampak bengkak di area kepala dan badannya kaku," kenang Rofina saat dihubungi dari Labuan Bajo, Kamis 15 Desember 2022.
Rofina mengatakan, dari hasil pemeriksaan di puskesmas Wae Nakeng menunjukkan anak mereka ternyata menderita hidrosefalus. Selain menjalani pemeriksaan di puskesmas, keluarga juga sempat membawa Maria ke RS Siloam Labuan Bajo. Pihak RS Siloam Labuan Bajo kemudian menyarankan agar Maria dirujuk ke Bali.
Namun karena keterbatasan ekonomi, keluarga memutuskan untuk tetap merawat Maria di rumah.
"Kami tidak ada uang. Kami rawat di rumah saja sementara. Mau makan saja susah, apalagi pergi dan hidup selama di Bali butuh biaya banyak," ujar Rofina.
Diketahui, ayah Maria hanya petani yang bekerja serabutan. Sedangkan ibunya menghabiskan banyak waktu di rumah mengurus sang anak.
Mengurus Maria di rumah hanya bisa dilakukan Rofina. Anaknya tidak mau digendong oleh siapapun bahkan oleh ayahnya sendiri. Rofina mengaku beban hidup terasa berat saat merawat buah hati di tengah keterbatasan ekonomi. "Yang buat saya semakin beban dan pusing, saat saya mau ini, mau itu, tidak ada uang," ucapnya.
Baca juga: BPJS Kesehatan Luncurkan Data Sampel Terbaru dan New Mobile JKN
Saat ini, kata dia, Maria tidak bisa mengonsumsi makanan lain selain bubur dan susu. Karena sulitnya ekonomi, ia pernah meminta keluarga untuk membeli susu, hal itu terpaksa ia lakukan karena tidak memiliki uang sepeser pun.
"Kalau tidak begitu, dia mau makan apa. Terpaksa saya ngemis dengan keluarga untuk bisa beli susu," katanya.
Sang ayah, Stanis Mbaling, mengaku hanya mendapat upah Rp 70 ribu sehari dari kerja serabutan. Uang hasil kerja itu hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan Maria. Dan semenjak anaknya mengidap Hidrosefalus, ia tidak lagi bisa bekerja seperti biasa. Lebih banyak waktu ia gunakan untuk mengurus putri bungsunya itu.
"Sejak dia sakit, keluarga kami juga turut sakit. Ekonomi keluarga saya lumpuh. Tidak bisa berbuat banyak," ungkap dia.
Ia mengharapkan uluran tangan berbagai pihak untuk membantu keluarganya. Sejauh ini anaknya belum mendapat bantuan dari pemerintah. "Kami hanya bisa berdoa semoga ada yang bisa membantu anak kami. Kami ingi dia mendapatkan pengobatan sesuai arahan dokter," pintanya.