Ramadhan 2023
Eksotisme Masjid Terapung An-Nur di Kampung Nelayan Wuring Kabupaten Sikka
Masjid Terapung An-Nur, merupakan satu-satunya masjid terapung yang ada di Kabupaten Sikka, Pulau Flores, Nusa Tenggara Timur.
Laporan Reporter TRIBUNFLORES.COM, Kristin Adal
TRIBUNFLORES.COM, MAUMERE- Masjid Terapung An-Nur khas akan eksotisme laut. Berdiri kurang lebih 4 meter di atas permukaan laut. Tepatnya di ujung Kampung Wuring, Kelurahan Wolomarang, Kecamatan Alok Barat.
Kampung Wuring dikenal dengan kampung nelayan yang dihuni sebagian besar Suku Bajo dari Sulawesi. Namun, sebagian kecil warganya berasal dari Suku Buton, Suku Bugis, Suku Lio dan lainnya.
Masjid Terapung An-Nur, merupakan satu-satunya masjid terapung yang ada di Kabupaten Sikka, Pulau Flores, Nusa Tenggara Timur.
Jarak dari Kota Maumere menuju Masjid Terapung An-Nur kurang lebih 4 kilometer. Melawati jalan Trans Flores sebelah utara. Masjid ini terletak di ujung Kampung Wuring. Satu dari tiga masjid yang berada di permukiman padat penduduk ini.
Baca juga: Menyusuri Pasar Senja di Kampung Wuring Maumere, Berburu Ikan Segar & Pakaian Bekas
Idris Bhoka (43), Takmir Masjid Terapung An-Nur kepada TribunFlores.Com, Sabtu 25 Februari 2023 mengatakan, Masjid Terapung dibangun di atas laut, berkelindan dengan kondisi geografis dan permukiman Suku Bajo.
"Rumah-rumah nelayan Suku Bajo dibangun di atas laut karena hidupnya bergantung dari hasil laut. Mayoritas warga adalah pemeluk Islam. Suku Bajo yang berimigrasi di Kampung Wuring semua beragama Islam," kata Idris.
Bangunan masjid kokoh berdiri di atas laut dengan dinding tembok didominasi warna putih.Tampak kubah masjid dengan motif galvalum berdiameter 6 dan corak warnanya orange dan hijau. Sebuah bedug kayu berada di serambi masjid tepatnya di dekat pintu masuk.
"Bedug ini salah satu ciri khas bahwa Masjid Terapung An-Nur merupakan masjid NU. Basis jamaah masjid adalah NU," ungkap Takmir Masjid Terapung An-Nur ini.
Di sisi kiri dan kanan masjid terdapat 14 tiang pagar tembok berwarna kemasan sedikit garis biru. Pada serambi kiri masjid, terlihat jelas deretan pemukiman nelayan dan aktivitasnya. Rumah-rumah mereka dibangun di atas laut dengan tiang-tiang kayu setinggi kurang lebih 3 meter.
Baca juga: Romanus Reklamasi Pantai Wuring Pasca Bencana 1992 Menghimpun Bekal Kelak DipanggiNya
Sementara itu, serambi kanan masjid terlihat hamparan laut lepas. Lalu-lang perahu dayung maupun perahu motor nelayan menjadi pemandangan yang indah. Hawa di dalam masjid pun sangat sejuk.
Air laut di area masjid tenang tak menderu tapi sedikit keruh. Kondisi air keruh tak lain karena padatnya permukiman di sekitar masjid. Sementara keberadaan pemecah ombak sekitar 10 meter dari masjid. Pemecah ombak ini dibangun warga dari batu besar pegunungan untuk meredam gelombang.
Idris juga menghisahkan, sebelum Masjid Terapung An-Nur berdiri, tahun 2008 warga swadaya membangun sebuah mushola. Ukuran mushola itu 12×12, tak jauh dari masjid jaraknya kurang lebih 20 meter di bagian utara.
"Mushola dibangun sekitar 2008. Ambruk ke laut karena konstruksi bangunan yang tidak kuat. Makluma kami warga tidak memiliki pengalaman yang mumpuni tentang konstruksi bangunan yang baik," ujar Idris.
Setelah mushola ini ambruk, Idris dan beberapa tokoh penting di Kampung Wuring berkumpul. Melakukan musyawarah untuk membangun kembali sebuah masjid yang dekat dengan pemukiman warga.
Akhirnya pada tahun 2010, warga berjibaku membangun masjid dengan luas 20x14 dengan tinggi 3 meter di atas laut. Bangunan masjid dikerjakan bersama, baik laki-laki maupun perempuan. Pembangunan masjid selesai tetapi tak langsung digunakan untuk kegiatan kerohanian, kurang lebih empat tahun.
" Mulai tahun 2015, masjid resmi digunakan sebagaimana fungsinya untuk kegiatan kerohanian seperti sholat, pengajian, bimbingan serta pembinaan kaum muda. Masjid Terapung An-Nur pun pernah menjadi tuan rumah MTQ tingkat Kabupaten Sikka," jelas Idris.
Masjid Terapung An-Nur mampu menampung 800 jamaah. Berdiri kokoh di atas air laut dengan kekuatan 99 tiang beton penopang masjid. Sementara pada bangunan utama Masjid Terapung An-Nur terdapat 4 tiang beton berwarna hijau lumut.
" 99 tiang beton ini kami hitung ternyata melambangkan Asmaul Husna, nama-nama Allah yang indah dan baik yang tertulis di dalam Al-Quran. 4 tiang di dalam masjid melambangkan 4 sahabat Nabi Muhammad SAW yaitu Abu Bakar, Umar bin Khattab, Utsman bin Affan dan Ali bin Abi Thalib," ungkap pria asal Ende ini.
Bangunan masjid ini memiliki serambi yang luas. Serambi juga digunakan untuk kegiatan rohani. Serambi bagian kanan masjid sering dipakai sebagai tempat kaum laki-laki bercerita usai menuaikan ibadah solat.
Pengurus masjid pun menyediakan makanan dan minuman ringan untuk menemani cerita atau diskusi kaum laki-laki.
Di serambi kanan masjid telah dibangun kamar untuk para musafir. Kamar ini dibangun untuk membantu mereka yang berkunjung ke Wuring dan tidak memiliki penginapan. Sementara area wuduh berada di sisi barat masjid.
Jamaah yang beribadah di masjid ini tak hanya warga Kampung Wuring. Ada pula jamaah dari luar Kampung Wuring melaksanakan solat di masjid ini.
Takmir Masjid Terapung An-Nur, Idris Bhoka mempercayai, kehadiran masjid ini layaknya benteng pertahanan untuk warga Kampung Wuring. Membentengi warga dari bencana, penyakit dan hal gaib yang datang dari laut.
Berita TribunFlores.Com lainnya di Google News
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.