Kalender Liturgi Katolik Hari Ini

Kalender Liturgi Katolik Senin 27 Maret 2023 Pekan V Prapaskah 2023

Mari simak Kalender Liturgi Katolik Senin 27 Maret 2023.Kalender liturgi katolik yaitu Pekan V Prapaskah 2023.

Editor: Gordy Donovan
TRIBUNFLORES.COM/MARIA MANGKUNG
GEREJA KATOLIK - Mari simak Kalender Liturgi Katolik Senin 27 Maret 2023.Kalender liturgi katolik yaitu Pekan V Prapaskah 2023. 

TRIBUNFLORES.COM, MAUMERE - Mari simak Kalender Liturgi Katolik Senin 27 Maret 2023.

Kalender liturgi katolik yaitu Pekan V Prapaskah 2023.

Warna Liturgi: Ungu

Bacaan I: T.Dan 13:1-9.15-17.19-30.33-62
Mazmur Tanggapan: Mzm 23:1-3a.3b-4.5.6
Bait Pengantar Injil: Yoh 33:11
Bacaan Injil: Yoh 8:1-11

Bacaan I

T.Dan 13:1-9.15-17.19-30.33-62
Sungguh, aku mati, meskipun aku tidak melakukan
sesuatu pun dari yang mereka tuduhkan.

Pembacaan dari Nubuat Daniel:

Adalah seorang orang diam di Babel, namanya Yoyakim.
Ia mengambil seorang isteri yang bernama Susana, anak Hilkia.
Isterinya itu amat sangat cantik dan takwa pada Allah.
Karena orang tuanya benar,
maka anak mereka dididik menurut Taurat Musa.

Yoyakim itu amat kaya.
Ia memiliki sebuah taman berdekatan dengan rumahnya.
Oleh karena ia paling terhormat di antara sekalian orang,
maka orang-orang Yahudi biasa berkumpul di rumahnya.
Dalam tahun itu ada dua orang tua-tua dari antara rakyat
yang ditunjuk menjadi hakim.

Tentang mereka itulah Tuhan telah berfirman,
"Kefasikan telah datang dari Babel,
dari kaum tua-tua, dan para hakim,
yang berlagak pengemudi rakyat."
Kedua orang tua-tua itu sering datang ke rumah Yoyakim,
tempat setiap orang yang mempunyai suatu perkara
datang kepada mereka.

Apabila menjelang tengah hari rakyat sudah pergi,
masuklah Susana untuk berjalan-jalan di taman suaminya.
Kedua orang tua-tua itu setiap hari mengintip Susana
apabila ia masuk dan berjalan-jalan di situ.
Maka timbullah dalam hati kedua orang tua-tua itu
nafsu berahi kepada Susana .
Mereka lupa daratan dan membuang muka,
sehingga tidak memandang Surga
dan tidak ingat kepada keputusan yang adil.

Sementara mereka menunggu saat yang baik,
datanglah Susana ke taman itu seperti yang sudah-sudah.
Ia hanya disertai dua orang dayang.
Karena cuaca panas, Susana mau mandi di taman itu.
Tiada seorangpun yang ada di sana kecuali kedua orang tua-tua itu
yang bersembunyi sambil mengintip Susana.
Kata Susana kepada dayang-dayangnya,
"Ambilkanlah aku minyak dan urap, dan tutuplah pintu taman,
supaya aku dapat mandi."
Segera setelah dayang-dayang itu keluar,
bangunlah kedua orang tua-tua itu
dan bergegas-gegas menuju Susana.
Berkatalah mereka,
"Pintu-pintu taman sudah tertutup
dan tidak ada seorangpun melihat kita.
Kami sangat cinta berahi kepadamu.
Berikanlah hati saja dan tidurlah bersama-sama dengan kami.
Kalau engkau tidak mau, pasti kami akan naik saksi terhadapmu,
bahwa seorang pemuda kedapatan padamu,
dan bahwa oleh karena itulah
maka dayang-dayang itu kausuruh pergi."
Berdesahlah Susana, lalu berkata,
"Aku terdesak sekeliling.
Sebab jika hal itu kulakukan, niscaya kematian menanti aku.
Jika tidak kulakukan, maka aku tidak lolos dari tangan kamu.
Namun
lebih baik aku jatuh ke tanganmu dengan tidak berbuat demikian
daripada berbuat dosa di hadapan Tuhan."
Lalu Susana berteriak-teriak dengan suara nyaring.
Tetapi kedua orang tua-tua itu berteriak-teriak pula
melawan Susana.
Dan salah satu dari mereka lari membuka pintu taman.

Demi teriak di taman itu didengar orang-orang
yang ada di dalam rumah,
bergegas-gegaslah mereka masuk lewat pintu samping
untuk melihat apa yang terjadi dengan Susana.
Setelah kedua orang tua-tua itu memberikan keterangan,
maka amat malulah para pelayan,
sebab belum pernah hal semacam itu dikatakan tentang Susana.

Keesokan harinya,
ketika rakyat berkumpul lagi pada Yoyakim, suami Susana,
datang pulalah kedua orang tua-tua itu
penuh angan-angan fasik untuk membunuh Susana.
Di depan rakyat mereka berkata,
"Suruhlah ambil Susana, anak Hilkia, isteri Yoyakim!"
Maka diambillah Susana.

Ia datang disertai orang tuanya, anak-anak dan kaum kerabatnya.
Sanak saudara dan semua yang melihat Susana, menangis.
Sementara kedua orang tua-tua itu berdiri di tengah rakyat
dan meletakkan tangan mereka di atas kepala Susana,
Susana menengadah ke Surga sambil menangis,
sebab hatinya tetap percaya pada Tuhan.

Halaman
123
Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved