Berita Sikka
Kisah Mejeng Penjual Kue di Kota Maumere, Bangun Subuh Buat Adonan demi Biaya Sekolah Anak
Mejeng (40) sudah menjual kue selama 2 tahun di pinggir Jalan Don Slipi, Kota Maumere, Kabupaten Sikka. Pekerjaan ini ia lakoni setiap pagi hari.
Laporan Reporter TRIBUNFLORES.COM, Maria Mangkung
TRIBUNFLORES.COM, MAUMERE- Mejeng (40) sudah menjual kue selama 2 tahun di pinggir Jalan Don Slipi, Kota Maumere, Kabupaten Sikka. Pekerjaan ini ia lakoni setiap pagi hari untuk memenuhi kebutuhan anak-anaknya yang masih di bangku sekolah.
Mejeng harus bangun lebih pagi sekitar pukul 03.00 subuh wita. Ia harus bergegas untuk menyiapkan adonan kue yang akan dijualnya.
Target yang setiap hari sekitar 400 potong kue. Butuh waktu yang lama untuk membuatnya tetapi selain itu agar kue jang ia jual masih hangat.
Ibu tiga orang anak ini berkisah, setiap pagi hari ia berjualan kue dengan gerobaknya. Rupiah demi rupaih yang ia dapatkan dari hasil menjual kue-kuet tersebut ia sisihkan biaya sekolah anak-anak dan membeli peralatan sekolah.
Baca juga: Percepatan Transisi Energi, PLN Buka Kolaborasi Pengembangan 9 Wilayah Kerja Panas Bumi, 3 di NTT
Wanita yang menetap di Kelurahan Wuring, Kecamatan Alok Barat, Kabupaten Sikka, ini setiap pagi sudah menjajakan kue miliknya untuk dijual, dengan harga Rp 1 ribu rupiah per potong kue.
"Ada tiga orang anakku. Anak pertama masih SMA kelas XI, Keduanya masih SMP dan yang ketiga masih SD," jawabnya saat dijumpai TribunFlores.com, Senin 27 Maret 2023 pagi.
Wejeng menjelaskan, ia membuat dan menjual delapan jenis kue. Mulai dari kue cucur, molen, dadar, wajik, lapis, roti goreng, roti bakar dan roti kukus.
Setiap hari Wejeng membuat berbagai jenis kue ini dengan 50 potong tiap jenisnya. Total kue yang ia buat semuanya sejumlah 400 potong kue.
Dari hasil menjual kue ini, Mejeng bisa meraup omset sebesar Rp 300 ribu hingga Rp 400 ribu setiap harinya. Namun, tak setiap hari Mejeng bernasib mujur kadang banyak kuenya tak habis terjual. Kue yang tak laku ini ia bawa kembali ke rumah untuk dimakan dan dibagikan ke tetangga.
Baca juga: Percepatan Transisi Energi, PLN Buka Kolaborasi Pengembangan 9 Wilayah Kerja Panas Bumi, 3 di NTT
"Kalau tidak laku saya bawah pulang semua, kadang hanya dapat Rp 100 ribu saja, tapi kalau laku biasa sampai Rp 300 hingga Rp 400 ribu per hari," kata wanita berkedung hitam ini sambil tersenyum kepada para pembeli kuenya.
Kondisi yang tak selalu menguntungkan sering ia alami. Tapi hal ini tidak membuat Mejeng patah semangat untuk membuat kue dan berjualan setiap harinya. Menurutnya berjualan itu harus ada untung dan rugi.
Mejeng bersukur lantaran pekerjaan yang ia geluti halal. Ia masih meyakini bahwa usaha dan kerja kerasnya akan diberikan kelimpahan rejeki dari Tuhan Sang Maha Kuasa.
"Tidak ada yang bisa kita harapkan selain harus bekerja keras, dengan mengandalkan diri kita sendiri. Setiap pekerjaan kita harus dijalani dengan keyakinan, selagi itu halal maka Allah pasti buka jalan," pungkasnya sambil tersenyum.
Berita TribunFlores.Com lainnya di Google News
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.