Destinasi Wisata

Mengenal Desa Wisata Tebara Sumba Barat, Masuk dalam 75 Besar ADWI 2023

Desa Tebara yang berada di Kecamatan Kota Waikabubak, Kabupaten Sumba Barat menjadi satu-satunya Desa Wisata di NTT masuk dalam 75 besar ADWI 2023.

Editor: Cristin Adal
TRIBUNFLORES.COM/HO-KEMENPAREKRAF
ADWI 2023- Kampung dengan rumah adat di Desa Wisata Tebara, di Kecamatana Kota Waikabubak, Kabupaten Sumba Barat, Nusa Tenggara Timur. 

TRIBUNFLORES.COM, WAIKABUBAK- Desa Tebara yang berada di Kecamatan Kota Waikabubak, Kabupaten Sumba Barat menjadi satu-satunya Desa Wisata di Nusa Tenggara Timur yang masuk dalam 75 desa wisata terbaik dalam anugerah ADWI 2023.

Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekaf) Indonesia sebelumnnya mengumumkan pada 30 Januari 20234 lalu ADWI 2023 ditargetkan akan diikuti 4.000 desa wisata dari 34 provinsi di Indonesia.

Menparekraf/Kabaparekraf, Sandiaga Salahuddin Uno pada Jumat 24 Maret 2023 mengumumkan 75 besar desa wisata yang telah lolos proses kurasi dalam Anugerah Desa Wisata Indonesia (ADWI) 2023. Adapun 75 besar ADWI 2023 yang berhasil terpilih dari 4.573 desa yang mendaftar di tahun 2023.

Dilansir dari laman jadesta.kemenparekraf.go.id, Desa Wisata Tebara masuk dalam 75 besar ASWI 2023. Tebara masuk dalam kategori desa wisata maju.

Baca juga: Prosesi Semana Santa Larantuka 2023 di Flores Timur, Ini Rekomendasi Tempat Wisata Bagi Peziarah

 

Tebara memiliki beberapa kampung adat tradisional dengan budaya megalitikumnya. Seperti halnya desa desa lain di Pulau Sumba, Kampung dengan rumah adat yang memiliki menara yang menjulang tinggi ke langit, khas adat Sumba.

Kampung-kampung tersebut berdiri kokoh di atas perbukitan yang tinggi. Berdasarkan sejarah dari tua-tua adat setempat, bangunan ini didirikan di atas bukti guna menghindari serangan musuh di jaman dahulu.

Rumah Adat Sumba yang berbentuk rumah panggung dan memiliki menara bertanduk terbagi menjadi tiga tingkat. Tingkat Pertama (Sali Kabungnga), tempat memelihara hewas (secara filosofi melambangkan kehidupan manusia di dunia yang masih kotor),

Tingkat Kedua, tempat hunian manusia dengan perapian tepat di jantung rumah. Tingkat kedua terbagi menjadi 2 bagian besar, yaitu "Bali Katuonga" (Ruang Tamu, tempat pria bertemu dan terlarang/pamali bagi wanita yang di belis).

Bagian kedua adalah "Kere Padalu" (Ruang memasak dan tempat wanita bekerja), terdapat "Padalu" (gentong) tempat menyimpan air minum dan untuk kebutuhan memasak. Secara filosofi tingkat Kedua melambangkan Api Penyucian Jiwa (Purifying) sebelum menuju dunia "Ma Rappu" (Dunia Arwah).

Baca juga: Pesona Si Cantik Pulau Mules, Destinasi Wisata Menjanjikan di Ujung Selatan Pulau Flores

Tingkat Ketiga (Umma Daluka/Toko Umma) adalah Menara Bertanduk, tempat menyimpan makanan dan barang budaya. Secara filosofi melambangkan Nirvana (Surga), sehingga bentuk menara itu seperti telapak tangan terkatup sebagai simbol memuja Sang Pencipta Semesta.

Dua tanduk di Puncak Menara melambangkan Wanita dan Pria sebagai Master Piece Kisah Penciptaan. Peninggalan budaya Megalitikum (Batu Kubur besar dan Sarkofagus) adalah pemandangan yang sangat familiar jika berkunjung ke Pulau Sumba dan khususnya ke Kampung Adat Tradisional.

Konsep Batu Kubur Megalitikum melambangkan Perahu yang berlayar ke dunia arwah. Di sinilah konsep "Ma Rappu" (Jiwa yang sudah pergi ke dunia arwah/Prai Ma Rappu) menjadi inti/pusaran budaya Sumba.

Bahwa kehidupan "Afterlife" adalah bagian terpenting dalam misteri kisah penciptaan Sang Pencipta Alam Semesta. Bahwa kehidupan di dunia ini hanya sementara, yang harus dipenuhi dengan segala perbuatan/amal kebaikan demi paripurna nya kisah kelahiran masing-masing individu.

Rumah Adat Menara Sumba sebagai simbol Kelahiran dan Batu Kubur Megalitikum sebagai simbol Kematian raga yang fana menuju kepada kehidupan keabadian.

Halaman
12
Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved