Berita Flores Timur

Kisah Ibu-ibu Pedagang Ubi di Pasar Larantuka, Tak Pulang Jika Belum Laku

Kisah Ibu-ibu Pedagang Ubi di Pasar Larantuka, Tak Pulang Jika Belum Laku. Pedagang sayur di Larantuka bersyukur jika ada yang beli jualan mereka.

Editor: Gordy Donovan
TRIBUNFLORES.COM/PAUL KABELEN
JUAL SAYUR - Pedagang sayur dan umbi singkong di Pasar Inpres Larantuka, Kabupaten Flores Timur, Pulau Flores, Kamis 20 April 2023. 

Laporan Reporter TRIBUNFLORES.COM, Paul Kabelen

TRIBUNFLORES.COM, LARANTUKA - Theresia Bota Oyan (51) tampak sumringah saat dua kumpul umbi singkong disambar pembeli di pelataran depan Pasar Inpres Larantuka, Kabupaten Flores Timur, Pulau Flores, Kamis 20 April 2023.

Dengan sarung tenun motif Lamaholot di pinggangnya, ibu tiga anak ini membungkuk lalu menaruh umbi singkong dalam kantong kresek. Ia melebarkan senyum ramah setelah menerima dua lembar pecahan Rp 10.000 dari pembeli.

Theresia adalah pribadi yang disiplin waktu. Tepat pukul 03.00 Wita, ia sudah beranjak dari ranjang tidur. Bersama pedagang lainnya, mereka lalu menumpang mobil pikap dari Kampung Leworok menuju Larantuka dengan jarak tempuh sekitar 35 kilo meter.

"Yang saya jual ini petik dari kebun sendiri. Suami saya petani. Kami juga punya tanaman kelapa tapi tidak banyak," katanya kepada wartawan.

Baca juga: Wisata Flores, Melihat Hamparan Bunga Teratai Rana Tonjong, Tempat Wisata Unik di Manggarai Timur

 

Bagi Theresia, mencari rejeki memang bukan perkara mudah. Saat jualan tak laku, dia rela menginap bersama temannya, Maria Muko Wruin (56) di dalam lapak pasar.

Sejauh ini tidak ada bahaya yang mengintai, ataupun kasus pencurian dan tindak kriminal sejenisnya. Ia percaya bahwa moral dan budaya masyarakat Flores Timur masih dijunjung tinggi.

"Tunggu sampai habis dulu baru kami pulang, kadang kami dua nginap di sini. Tapi lebih sering nginap itu ibu Maria Wruin," tuturnya.

Keduanya merupakan warga Leworok, sebuah kampung yang secara administrasi berada di Desa Leraboleng, Kecamatan Titehena yang terkenal dengan geliat petani madu hutan.

Theresia punya tiga anak dan salah seorang dari mereka sedang menimbah ilmu di Politeknik Negeri Kupang. Ia berkomitmen agar anaknya bergelar sarjana meski harus berjemur seharian penuh.

"Dia masih semester tiga. Saya tetap berusaha cari uang untuk ongkos dia," ucapnya sambil tersenyum bangga.

Baca juga: Tanggapan Kabid Humas Polda NTT soal Kerusuhan di GOR Oepoi Kupang

Sementara itu, Maria Muko Wruin tampak sibuk melayani pembeli. Matahari kian terik tak membuatnya gusar kendati wajahnya sudah dilumuri butir-butir keringat. Ia tangguh dengan baju kaos lengan pendek dan celana kain kotak-kotak.

Maria duduk sebangku dengan Theresia Oyan. Di depannya ada tiga buah karung kusam, tempat menjajakan pepaya, labu jepang dan umbi singkong. Dia tak sungkan menyapa semua calon pembeli yang melintas.

"Kami sudah biasa panas-panasan. Di kebun juga biasa bantu suami tanam sayur sampai panen," katanya.

Halaman
12
Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved