Sekolah Dasar Ambruk di Sikka

Sedih, Sudah Tiga Tahun, Siswa SD di Sikka KBM di Rumah Warga 

Pasalnya, gedung sekolah mereka rubuh diterpa angin kencang pada tahun 2021 lalu dan hingga tak kunjung diperbaiki.

Penulis: Arnol Welianto | Editor: Hilarius Ninu
TRIBUNFLORES.COM/ ARNOLD WELIANTO
BELAJAR - Gedung sekolah ambruk, Siswa sekolah dasar (SD) Kelas Jauh Bura Bekor di kampung Borablupur Dusun Gade Desa Bura Bekor Kecamatan Bola Kabupaten Sikka terpaksa mengikuti kegiatan belajar mengajar (KBM) di rumah warga, Senin 24 Juli 2023. 

Laporan Reporter TRIBUNFLORES. COM, Arnold Welianto 

TRIBUNFLORES.COM, MAUMERE- Sudah tiga tahun Siswa sekolah dasar (SD) Kelas Jauh Bura Bekor di kampung Borablupur Dusun Gade Desa Bura Bekor Kecamatan Bola Kabupaten Sikka terpaksa mengikuti kegiatan belajar mengajar (KBM) di rumah warga.

Pasalnya, gedung sekolah mereka rubuh diterpa angin kencang pada tahun 2021 lalu dan hingga tak kunjung diperbaiki.

Untuk mendapatkan pelajaran, siswa kelas satu hingga kelas tiga, harus menggunakan tiga rumah warga sebagai tempat belajar mereka.

Sementara itu, Untuk siswa kelas empat SD di desa Bura Bekor, kecamatan Bola ini, harus berjalan kaki sejauh dua kilometer melewati bukit dan lembah.

 

Baca juga: Gedung Sekolah Ambruk Setahun Lebih di Sikka, Warga Sediakan 3 Rumah Bagi Siswa untuk Belajar

 

 

 

"Sudah 3 tahun siswa belajar di rumah warga sejak tahun 2021 hingga sekarang," kata Penjabat Desa Bura Bekor, Nolastus saat dihubungi TribunFlores.com, Senin 24 Juli 2023.

Ia menjelaskan, Sekolah tersebut berdiri pada tahun 2019 atas swadaya masyarakat setempat untuk pendekatan pelayanan untuk kegiatan pembelajaran jarak jauh di kampung Bora Blupur, Desa Bura Bekor.

Dikatakannya, sejak saat itu masyarakat langsung membangun tiga rumah darurat untuk kegiatan belajar mengajar siswa.

Namun, pada tahun 2021 gedung sekolah darurat tersebut rubuh diterpa angin kencang.

Lanjutnya, pada tahun 2022 pemerintah desa Wolonwalu dan pemerintah desa Bura Bekor sudah sepakat untuk membangun gedung secara swadaya namun hingga kini hanya sebatas fondasi dengan ukuran 18x4 yang direncanakan untuk tiga ruang kelas.

"Kami kumpul uang 2,5 juta untuk biaya sensor kelapa dan masyarakat serahkan kelapa 9 pohon, sementara masyarakat swadaya seng, satu Kepala keluarga satu lembar seng, Perangkat desa 2 lembar dan ketua BPD 10 lembar untuk kedepannya lanjutkan pembangunan sekolah" ujarnya

Dikatakannya, Kondisi ini sudah disampaikan kepada Dinas Pendidikan, Kebudayaan dan Olahraga Kabupaten Sikka dan rencananya Kadis PKO akan memanggil Kepala SDI Klotong untuk menangani hal ini.

Berita TRIBUNFLORES.COM Lainnya di Google News

 

 

Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved