Bacaan Liturgi Katolik
Bacaan-bacaan Liturgi Sabtu 2 September 2023 Hari Biasa Pekan XXI
Mari simak bacaan-bacaan Liturgi Sabtu 2 September 2023.Bacaan-bacaan liturgi disiapkan Hari Biasa Pekan XXI.
Penulis: Gordy Donovan | Editor: Gordy Donovan
Flm 1:13 Sebenarnya aku mau menahan dia di sini sebagai gantimu untuk melayani aku selama aku dipenjarakan karena Injil,
Flm 1:14 tetapi tanpa persetujuanmu, aku tidak mau berbuat sesuatu, supaya yang baik itu jangan engkau lakukan seolah-olah dengan paksa, melainkan dengan sukarela.
Flm 1:15 Sebab mungkin karena itulah dia dipisahkan sejenak dari padamu, supaya engkau dapat menerimanya untuk selama-lamanya,
Flm 1:16 bukan lagi sebagai hamba, melainkan lebih dari pada hamba, yaitu sebagai saudara yang kekasih, bagiku sudah demikian, apalagi bagimu, baik secara manusia maupun di dalam Tuhan.
Flm 1:17 Kalau engkau menganggap aku temanmu seiman, terimalah dia seperti aku sendiri.
Flm 1:18 Dan kalau dia sudah merugikan engkau ataupun berhutang padamu, tanggungkanlah semuanya itu kepadaku?
Flm 1:19 aku, Paulus, menjaminnya dengan tulisan tanganku sendiri: Aku akan membayarnya?agar jangan kukatakan: "Tanggungkanlah semuanya itu kepadamu!" ?karena engkau berhutang padaku, yaitu dirimu sendiri.
Flm 1:20 Ya saudaraku, semoga engkau berguna bagiku di dalam Tuhan: Hiburkanlah hatiku di dalam Kristus!
Flm 1:21 Dengan percaya kepada ketaatanmu, kutuliskan ini kepadamu. Aku tahu, lebih dari pada permintaanku ini akan kaulakukan.
Flm 1:22 Dalam pada itu bersedialah juga memberi tumpangan kepadaku, karena aku harap oleh doamu aku akan dikembalikan kepadamu.
Flm 1:23 Salam kepadamu dari Epafras, temanku sepenjara karena Kristus Yesus,
Flm 1:24 dan dari Markus, Aristarkhus, Demas dan Lukas, teman-teman sekerjaku.
Flm 1:25 Kasih karunia Tuhan Yesus Kristus menyertai roh kamu!
Santo-Santa 2 September
Martir – martir dari Paris 1792
Tatkala Revolusi Prancis memuncak, semua rohaniwan dipaksa mengangkat sumpah setia kepada hukum negara yang bertentangan dengan keyakinan agama dan suara hati mereka. Banyak diantara mereka yang tidak mau bersumpah meskipun diancam dengan berbagai macam cara. Lebih dari 200 rohaniwan dan awam di tahan di Paris dan sebagian besar dibunuh pada bulan September 1792 oleh gerombolan penjahat dengan persetujuan pengadilan revolusi.
191 korban pembunuhan massal itu dinyatakan kudus, antara lain Uskup Agung Jean Marie du Lau, dua Uskup bersaudara Francois – Joseph dan Pierre – Louis La Rochefoucauld, 129 imam praja, 23 bekas imam Jesuit (diantaranya Joseph Bonnaud), 31 biarawan dan 5 orang awam.
Martir – martir Korea
Gereja Korea mempunyai sejarah awal yang khas. Agama Katolik masuk ke bumi Korea bukan oleh para misionaris asing, tetapi oleh kaum Korea sendiri. Pada zaman dahulu, para Raja Korea harus membayar upeti ke Peking.
Di Peking, para utusan itu berkenalan dengan imam – imam misionaris, antara lain Mateo Ricci. Bagi mereka, agama yang disebarkan oleh misionaris asing itu tidak jauh berbeda dengan ajaran leluhur mereka. Maka mereka tertarik untuk mempelajari agama itu seterusnya.
Mereka membawa beberapa buku pelajaran agama untuk dibaca. Tertarik pada ajaran agama baru itu, mereka mulai menyebarkannya diantara penduduk sekitar. Mulailah tumbuh benih iman Kristiani di tanah Korea.
Benih iman itu terus berkembang hingga menghasilkan suatu jumlah umat yang relatif banyak dalam waktu singkat beserta imam pribuminya sendiri. Semakin jelas bahwa agama baru itu berhasil menarik banyak penduduk Korea.
Menyaksikan perkembangan pesat agama baru itu, Raja Korea mulai melancarkan aksi penganiayaan terhadap para penganutnya. Dalam kurun waktu 1839 – 1846, para imam pribumi dan misionaris asing bersama 8000 orang beriman dianiaya dan dibunuh.
Tetapi warta injil tetap disebarluaskan ke seluruh negeri itu. Di antara mereka, 78 dinyatakan kudus pada tahun 1925. Mereka itu antara lain, Laurensius Yosef Maria Imbert (1797 – 1839), Peter Maubant, Yakobus Chustan dan imam pribumi Korea yang pertama Andreas Kim Tae Gon bersama dengan puluhan guru agama, pria dan wanita awam serta orang – orang muda.
Penganiayaan itu semakin menjadikan umat bertambah kokoh imannya. Setelah Rusia menduduki Korea Utara (1945), banyak orang beriman, imam pribumi dan misionaris disekap dalam penjara dan dibunuh oleh kaum komunis.
Berita TRIBUNFLORES.COM Lainnya di Google News
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.