Berita NTT

Dampak Musim Kemarau di Belu, Peternak Sapi Kesulitan Cari Pakan Rumput

Ini menjadi ujian bagi kami peternak, kami sulit mendapatkan rumput, kalaupun ada jumlahnya juga sangat sedikit

Editor: Nofri Fuka
POS-KUPANG.COM/AGUS TANGGUR
SAPI - Seekor sapi di Kabupaten Belu. Musim kemarau para peternak di Kabupaten Belu merasa kesulitan untuk mencari rumput yang biasa dijadikan pakan ternak. 

Laporan Reporter POS-KUPANG.COM, Agustinus Tanggur

POS-KUPANG.COM, ATAMBUA - Para peternak di Kabupaten Belu mulai merasakan dampak dari musim kemarau.

Pasalnya, di musim kemarau ini para peternak merasa kesulitan untuk mencari rumput yang biasa dijadikan pakan ternak. Selain itu peternak juga merasa kesulitan untuk mendapatkan air untuk pakan ternak.

Gabriel Ati Bili, salah seorang peternak sapi asal Dusun Fulanmonu RT08/ RW04, Desa Umaklaran, Kecamatan Tasifeto Timur mengaku, jika saat musim kemarau ini rumput sulit didapat.

Menurut dia, saat musim kemarau ini memang menjadi ujian bagi para peternak. Kondisi demikian sebenarnya sudah berlangsung dari tahun ke tahun.

Baca juga: Foto-foto Perjuangan Anak-anak Flores Mencari Air Bersih saat Musim Kemarau di NTT

 

"Ini menjadi ujian bagi kami peternak, kami sulit mendapatkan rumput, kalaupun ada jumlahnya juga sangat sedikit itupun di dapat dari areal yang memang jauh atau pun kita harus cari di hutan," ujar Gabriel yang memiliki 12 ekor sapi saat dihubungi Pos Kupang, Senin,11 September 2023.

Terpisah, hal yang sama pun dikeluhkan oleh Jorje da Silva, (62) RT/RW 03/01 Dusun Manubaun, Desa Kabuna, Kecamatan Kakuluk Mesak, salah satu peternak Sapi di Haliwen, Kelurahan Manumutin.

Jorje juga mengaku, setiap tahun saat musim kemarau sangat sulit untuk mendapatkan pakan yang baik. Selain itu juga ia mengaku kesulitan untuk mendapatkan air minum untuk ternak.

"Untuk sementara ini palingan ada sisa daun-daun hijau yang ada sekitar kebun, ada juga daun pisang maupun batangnya. Kalau rumput sangat susah, itu pun kita harus cari dihutan dan juga tidak banyak. Sementara untuk air minum kita pake air bak juga," ungkapnya.

Ia juga mengaku sistem pemeliharaan yang dilakukan selama ini masih bersifat tradisional. Sehingga upaya yang bisa dilakukan selain mencoba mencari dedaunan hijau ke hutan untuk makan ternak, bisanya selepas panen, ternak sapi piaraan dilepas di dalam ladang sawah sekedar bisa bertahan hidup.

Ia mengatakan, apabila memasuki puncak musim kemarau panjang yakni terhitung mulai dari bulan September hingga Oktober, cukup sulit memperoleh hijauan untuk makan ternak. (Cr23).

Berita TRIBUNFLORES.COM Lainnya di Google News

Berita Terkait

Ikuti kami di

AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved