Desa Pemana

Pemana, Dulu Disebut Nele-Pulau Besar dan Cerita Dua Bersaudara Yang Tidak Pulang Kampung

Setiap tempat dan desa pasti memilikki cerita yang unik dan menarik. Cerita tentang nama desa lalu artiitu pun kini datang dari Desa Pemana

Penulis: Hilarius Ninu | Editor: Hilarius Ninu
TRIBUNFLORES.COM/HO-DESA PEMANA
Desa Pemana, Kecamatan Alok, Kabupaten Sikka, Flores, NTT. 

Laporan Reporter TRIBUNFLORES.COM, Aris Ninu

TRIBUNFLORES.COM, MAUMERE-Setiap tempat dan desa pasti memilikki cerita yang unik dan menarik. Cerita tentang nama desa lalu artiitu pun kini datang dari Desa Pemana, Kecamatan Alok, Kabupaten Sikka.

Sesuai Data Profil Desa Pemana yang diperoleh TRIBUNFLORES.COM DARI Penjabat Kades Pemana, Martinus Mustari Ipir, Rabu, 1 November 2023 pagi menjelaskan, tentang sejarah Desa Pemana.

Pemberian nama Desa Pemana itu memiliki makna tersendiri. Yang mana nama Desa Pemana juga mempunyai makna filosofis yang wajib ditelusuri.

Menurut cerita lisan yang dituturkan oleh masyarakat setempat, bahwa Pemana sebenarnya berasal dari sebutan masyarakat Nele-Pulau Besar yaitu kata mana yang artinya menang.

 

Baca juga: Jalan Paving Blok Hampir Rampung, Waktu Tempuh dari Desa Gunung Sari Menuju Desa Pemana 15 Menit

 

 

 

Ini disebabkan karena pada saat itu masyarakat Nele- Pulau Besar berhasil membujuk dua bersaudara yang tinggal pertama kali di pulau ini agar tidak pulang ke kampung halamannya.

Oleh karena itu, masyarakat Nele-Pulau Besar dalam kesehariannya menyebut pulau ini dengan sebutan Pulau Mana.

Seiringnya waktu penyebutan kata Pulau Mana disingkat menjadi P. Mana dan lama kelamaan sebutan itu menjadi Pemana.

Pada mulanya wilayah Pemana ini adalah wilayah kekuasaan Kangae. Tetapi karena perkembangan masyarakat, wilayah Pemana mengalami perubahan status menjadi desa. Perubahan status menjadi desa tidak lain dipengaruhi oleh letak wilayah Pemana.

Secara geografis Pemana merupakan wilayah kepulauan. Ia bukan sedaratan dengan wilayah Kangae. Karena Pemana berada pada satu pulau sendiri, maka dalam aspek pelayanan kelihatan kurang maksimal.

Warga umumnya merasakan tidak ada efektivitas adan efesiensi dalam pelayanan publik. Karena setiap warga Pemana yang membutuhkan pelayanan administrasi maupun non administrasi dari pemerintah desa, harus mengeluarkan biaya tinggi. Ini terjadi, karena transportasi satu-satunya hanya menggunakan kapal motor.

Halaman
12
Berita Terkait

Ikuti kami di

AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved