Berita Lembata
Petani Desa Posiwatu Semangat Cari Benih Lokal yang Nyaris Punah
Warga juga semakin sadar akan pentingnya mengkonsumsi pangan lokal di tengah gempuran beras putih dan terigu impor.
Penulis: Ricko Wawo | Editor: Hilarius Ninu
Dia menyebut sejenis padi wangi yang sekarang sudah sulit ditemukan di kebun-kebun.
"Sekarang sudah tidak ada lagi, akhirnya hilang," katanya.
Perhimpunan Pendidik Untuk Keadilan (Perdikan) INSIST, Akhmad Mahmudi, yang jadi mentor para mahasiswa, sejak awal mengingatkan kepada warga dan orangtua asuh supaya tidak menyajikan makanan cepat saji kepada para mahasiswa. Ini merupakan bagian dari etika soal supaya mereka wajib mengkonsumsi makanan lokal.
"Mereka dididik dengan etika sosial, bahkan kalau pangan lokal tidak kita perjuangkan maka apalagi yang mau kita harapkan," kata Akhmad Mahmudi yang berpengalaman meneliti desa di Indonesia.
Lebih jauh, Akhmad berpesan kepada warga Posiwatu untuk melestarikan pangan lokal dan menjaga benih-benih yang nyaris punah.
Dia menjelaskan dalam skala nasional, benih di Indonesia sudah dimonopoli perusahaan asing.
"Kalau benih sudah dikuasai maka pangan juga dikuasai. Pangan lokal itu intisari dari kedaulatan pangan. Kita perjuangkan supaya berdaulat dan bermartabat," pungkasnya.
Risto Jamang, mahasiswa IFTK Ledalero, menambahkan kehadiran mereka memang bertujuan untuk menyadarkan masyarakat tentang pentingnya berdaulat pangan. Tanam apa yang dimakan, dan makan apa yang ditanam.
Risto berharap pemerintah desa dan kelompok tani untuk menelusuri lagi benih benih yang hilang dan juga yang nyaris di punah. Kalau ada benih yang sudah langka, maka perlu dibudidayakan lagi benih tersebut.
Berita TRIBUNFLORES.COM Lainnya di Google News
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.