Renungan Katolik

Renungan Harian Katolik Sabtu 25 November 2023, Bijaksana Menilai Tentang Hukum Kehidupan

Mari simak Renungan Harian Katolik Sabtu 25 November 2023.Tema renungan harian katolik yaitu Bijaksana Menilai Tentang Hukum.

Penulis: Gordy Donovan | Editor: Gordy Donovan
TRIBUNFLORES.COM / GG
SALIB IYD - Salib IYD diarak menuju Gereja Katedral Santu Yoseph Maumere. Mari simak Renungan Harian Katolik Sabtu 25 November 2023.Tema renungan harian katolik yaitu Bijaksana Menilai Tentang Hukum. 

Kebangkitan orang-orang mati sepanjang sejarah Israel menjadi perdebatan yang selalu menarik. Beberapa kelompok orang Yahudi percaya akan adanya kebangkitan, namun sebagian lain, orang Saduki salah satunya, tidak mengakui atau tidak percaya akan adanya kebangkitan badan.

Mereka juga tidak percaya perkara malaikat-malaikat dan roh, apalagi soal kebangkian setelah kematian. Ketidakpercayaan itulah yang menjadi konteks pertanyaan mereka pada Yesus. Mereka membayangkan kehidupan setelah kebangkitan sama seperti kehidupan saat ini. Dan pertanyaan mereka sangat relevan berkaitan dengan hukum levirat.

Saat ini kiranya juga menjadi pertanyaan bagi kita pada umumnya, bagaimana kehidupan setelah kematian. Kita yakin dan percaya bahwa ada kebangkitan dan kehidupan kekal.


Namun mengenai bagaimana persisnya, atau bagaiman teknik kebangkitan itu, kita hanya bisa mengira-ngira. Senada dengan pertanyaan orang-orang Saduki, saat ini yang sering menjadi perdebatan kita adalah bagaimana dengan orang yang sudah meninggal kemudian bukan dimakamkan, namun dikremasi.

Kekuatiran pemikiran dari banyak orang adalah salah satunya persoalan kebangkitan badan. Kalau badannya sudah hancur, bagaimana dia pada waktu bangkit lagi, menggunakan tubuh siapa?

Saat ini Gereja meyakini, kuasa Allah jauh melampaui perdebatan kita yang seperti itu. Allah punya jalan dan cara yang tidak pernah bisa kita mengerti. Seperti jawaban Yesus, kebangkitan setelah kematian adalah kebangkitan atau kehidupan yang sama sekali baru, dengan ketubuhan yang baru, bersama dengan malaikat-malaikat. Karena Allah kita adalah Allah orang-orang hidup, bukan Allah orang-orang mati.

Dialog antara Yesus dan orang-orang Saduki menunjukkan sebuat perdebatan antara hukum manusia, dalam konteks ini hukum Musa, dengan hukum Allah sendiri. Hukum Musa berbicara mengenai larangan dan pantangan apa yang boleh dan tidak boleh dilakukan oleh orang-orang Yahudi.

Patokannya adalah soal boleh dan tidak boleh. Hukum yang demikian ternyata berbeda dengan hukum baru yang dibawa oleh Yesus. Patokannya bukan mana yang boleh atau tidak boleh, namun yang kebih penting adalah soal keterbukaan hati pada kehendak Allah sendiri.

Yang jelas adalah bahwa hukum Allah itu menghendaki agar umat-Nya beroleh hidup, bukan beroleh kematian. Sedangkan hukum Musa lebih banyak membuat manusia mati.


Kita sebagai manusia, sebagai bagian dari masyarakat, hidup dengan aturan dan hukum-hukum yang disepakati bersama. Taat kepada hukum yang ada merupakan salah satu keutamaan yang perlu senantiasa diperjuangkan. Jangan sampai kita justru menjadi pelopor pelanggar hukum.

Namun demikian, pada hari ini Yesus mengingatkan kita untuk bisa dengan bijaksana menilai tentang hukum, apakah hukum itu menghidupkan, atau justru mematikan seseorang.

Berkaitan dengan ini, Gereja mempunyai perubahan sikap berkiatan dengan hukum-hukum. Salah satunya yang paling baru adalah mengenai penyederhanaan proses anulasi perkawinan.

Kiranya yang hendak diperjuangkan adalah supaya semakin banyak orang yang beroleh hidup dengan perubahan itu, bukan semakin dimatikan kehidupannya. Semoga kita juga berani melihat dengan lebih jeli, bukan hukum kematian yang kita bawa, namun hukum kehidupan. (sumber renungan katolik.com).

Berita TRIBUNFLORES.COM Lainnya di Google News

Halaman 4/4
Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved