Berita Ngada

Kisah Lain Soeratin Cup Ngada Cikal Bakal Terbentuknya Paguyuban Ende Lio Se Ate

Ende dan Lio adalah dua suku besar di Kabupaten Ende, sementara Se Ate berarti satu hati. Pengurus inti Ende Lio Se Ate

Penulis: Laus Markus Goti | Editor: Hilarius Ninu
TRIBUNFLORES.COM/ORIS GOTI
Bupati Ngada Andreas Paru saat menghadiri acara Tahun Baru Bersama Keluarga Besar Ende Lio di Lapangan SD Waepana, Kecamatan Soa, Kabupaten Ngada, Minggu 7 Januari 2024. 

Meski mendadak, Anis menyambut gembira. Dia merasa menemukan solusi dari kerinduan tak bertepi warga Ende Lio untuk punya wadah bersama. "Itu seperti mujizat, gayung bersambut," kata Anis disambut riuh tepuk tangan.

Dia katakan, orang Ende Lio yang menyebar hampir merata di wilayah Kabupaten Ngada tidak hanya datang untuk cari makan di Ngada tetapi mencintai Ngada dan dengan caranya masing-masing berkontribusi untuk pembangunan di Ngada.

"Kami tentunya mendukung program pembangunan di Kabupaten Ngada, saat ini yang sedang berjalan di bawah kepemimpin bapa Andreas Paru, Tante Nela Paris (Tani, Ternak, Nelayan dan Pariwisata)," ujar Anis Badu.

Sementara itu Bupati Andreas dalam sambutannya menekankan pentingnya sebuah wadah bersama. Menurutnya, wadah bersama seperti paguyuban punya banyak manfaat. Soeratin Cup Ngada, kata Bupati Andreas, dapat sukses salah satunya adalah karena kebersamaan, saling bahu - membahu sehingga hal yang terasa sulit bisa dikerjakan dengan sukses.

"Saya, empat puluhan tahun di Papua sewaktu masih bertugas di sana sebagai anggota Polri juga ada dalam paguyuban, Ngada dan Nagekeo. Saya menjadi ketua selama 15 tahun. Dan saya mengalami betul manfaat dari sebuah paguyuban," ujar Bupati Andreas.

Persoalan - persoalan yang dialami oleh orang Ngada dan Nagekeo baik dalam hal ekonomi dan lainya dapat diselesaikan atau diringankan dengan baik lewat paguyuban. Oleh karena itu Bupati, meminta agar Ende Lio Se Ate benar - benar memaknai pentingnya kebersamaan.

Dia mengakui keberadaan orang Ende Lio di Ngada memberi dampak pada pembangunan di Ngada. Dia mendorong anak - anak muda untuk kreatif dan inovatif dalam mengembangkan diri sehingga bisa berguna bagi sesama.

Soal sepak bola, lanjutnya, memang ada rivalitas, ketegangan namun ada pula keindahan dan kebersamaan. "Sepak bola itu menyatukan," ungkapnya.

Dia juga mengapresiasi Paguyuban Ende Lio Se Ate yang mendukung program Tante Nela Paris. Menurutnya pemerintah tidak bisa berjalan sendiri mewujudkan pembangunan di Ngada sehingga butuh dukungan dan partisipasi masyarakat.

Erson Hari salah satu tokoh Paguyuban Ende Lio Se Ate menyambut gembira dikukuhkannya para pengurus. Menurutnya, selama ini orang Ende Lio di Ngada terpencar. "Di Soa misalnya memang ada paguyuban namanya Kale Tau Mbale namun itu di wilayah Soa. Saya yang menginiasi waktu itu, sekitar tahun 2012" ujar Erson.

Erson dalam acara tersebut dipercayakan membawakan Sa Bhea menyambut Bupati Andreas. Berikut isi Sa Bhea:

Tombu tau mbotu kita we mera bou. Kale Tau Mbale we tau ola gare Sa wiwi, sa lema, sa boka,sa ate. O....Du' a gheta lulu wula. Ngga'e ghale wena tana. Kami rina oso masa, mai leka tana Ngada mera gha Soa Waepana.

Bupati ema mara Mai dari padhi no'o kami fai walu ana kalo, Ana lo'o o ngai ngongo,ngai ngura Ema tau si no ola gare, na'u si kami. We muri kami Ende Lio Sare Pawe. Kami simo gemi no ate masa. Paka sai nggo. Rete sai lamba.

Sa Bhea tersebut kata Erson, menceritakan paguyuban dari kecil menjadi besar dan satu suara, satu bahasa, jatuh bangun sama - sama dan satu hati. Minta permohonan kepada Tuhan dan leluhur untuk selalu jaga dan melindungi. "Bupati ema mara, lihat kami orang kecil dan ibu janda anak tidak punya orang tua. Bupati berikan kami kekuatan untuk lebih baik," jelasnya.

Berita TRIBUNFLORES.COM Lainnya di Google News

 

Berita Terkait

Ikuti kami di

AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved