Berita NTT

Teknologi Budidaya Tanaman Hortikultura di Oebelo Pakai Botol Bekas

Kendala di sini di musim kemarau itu air. Ketersediaan air juga kurang jadi ya musim kemarau itu kan tidak bisa produksi dengan volume besar.

Editor: Gordy Donovan
POS-KUPANG.COM/ASTI DHEMA
BOTOL BEKAS - Yerobeam Olang, A. Md Teknisi program studi TPH Politani Negeri Kupang menyuntikan cairan Petrogenol ke dalam botol perangkap lalat buah di perkebunan Poktan Tunas Harapan Oebelo Kabupaten Kupang pada Jumat, 2 Februari 2024. 

Dalam diskusi juga membahas apa saja kebutuhan para petani di Oebelo Kabupaten Kupang ini mereka membutuhkan ilmu pengetahuan dalam pengolahan dan perawatan perkebunan mereka secara organik seperti pembuatan dan penggunaan pupuk organik, serta pengairan yang baik di musim panas dengan pengendalian hama penyakit dengan perangkap kuning dan perangkap lalat buah yang juga langsung dipasangkan di perkebunan Poktan Tunas Harapan, Oebelo ini untuk mencegah lalat buah menyerang tanaman tomat.

"Teknologi yang sebenarnya murah dan mudah didapat oleh petani kenapa? karena bahan-bahannya itu tersedia di sekitar petani yang pada awalnya tidak pernah diketahui bahwa itu sebenarnya bisa dimanfaatkan untuk menunjang kegiatan pertanian mereka. Nah, informasi-informasi inilah yang belum diketahui oleh petani dan kami ingin bagikan bahwa ternyata pertanian itu juga bisa murah karena bahan-bahannya itu tersedia tetapi dampaknya itu bisa memberikan dampak yang cukup positif bagi perkembangan pertanian mereka,"jelas Jacqualine pada Jumat, 2 Februari 2024.

Baca juga: Pengungsi Gunung Lewotobi Laki-laki Tak Lagi Cemberut, Air Bersih Sudah Tersedia

Melihat petani dan pertanian di NTT saat ini dengan isu El Nino, ia berharap dalam usaha pertanian ini Politani Negeri Kupang melakukan pertanian terpadu. Artinya tidak ada hal-hal yang terbuang dari usaha pertanian.

"Misalkan budidaya jagung nanti hasilnya kita dapatkan bulirnya tapi sisa daunnya bisa untuk ternak misalnya Sapi kemudian hasil kotoran sapi itu bisa kita pakai untuk menjadi pupuk yang nanti kita akan kembalikan. Jadi itu satu siklus yang terpadu,"lanjutnya.

Bertani ini juga berkonsep back to nature atau kembali ke alam, berusaha mengurangi penggunaan bahan kimia baik pupuk maupun pestisida kimia berangsur-angsur bersama-sama petani untuk memberdayakan hal-hal yang ada di lingkungan sekitar untuk mengolah dan menggunakan pupuk organik.

Perubahan Iklim

Dr. Vinni D. Tome koordinator Prodi Tanaman Pangan dan Hortikultura mengatakan, sekarang isu yang lagi booming adalah isu mengenai Global Climate Change artinya perubahan cuaca ini berdampak ke perubahan pertanian.
Hal-hal itu juga yang harus menjadi tanggung jawab dunia akademisi khususnya yang berkecimpung di dunia pertanian.

Hal itu bisa dimulai dari lingkungan sekitar dengan menggunakan bahan-bahan yang ada seperti bahan organik bisa membantu untuk daya tahan tanaman ketika kondisi cuaca berubah. Kemudian Bagaimana dunia akademis bisa menjadi mitra bagi petani sehingga ketika ada hal-hal baru yang mereka ketahui itu bisa menjadi bagian dari pembelajaran para akademisi.

"Kami bisa menjadi mitra mereka bahkan mereka juga bisa menjadi mitra belajar kami sehingga ketika ada hal-hal seperti tadi Global Climate Change itu kita hadapi bersama untuk pembangunan dan kemajuan pertanian kedepannya,"ungkap Vinni.

Poktan Tunas Harapan Oebelo dipilih sebagai implementasi program ini karena menurutnya Poktan ini membudidayakan tanaman tomat itu di musim hujan sehingga mendapat harga yang baik. Hal ini menurutnya para Poktan ini sudah memahami kondisi yang ada saat ini sehingga membudidayakan tanaman mereka sesuai kebutuhan.

Selain itu para petani ini juga mayoritas milenial, artinya petani-petani dengan usia produktif yang masih energik kemudian terbuka terhadap pembaruan atau perubahan yang menjadi salah satu kekuatan untuk para petani-petani muda. Hai ini menjadi sasaran dari program ini.

"Karena satu kilo sekarang itu Rp25.000 kalau di musim biasa kan 1 kilo paling Rp10.000 jadi mereka sudah tahu juga dengan melihat Pasar kebutuhan pasar itu pada saat kapan harga itu tinggi mereka tahu itu dan mereka membudayakan sesuai dengan kebutuhan,"tutupnya.

Aloysius N. Lende (pemateri sistem irigasi pertanian), menyampaikan rekomendasi yang bisa dilakukan para petani ketika musim kemarau datang adalah dengan menggunakan metode irigasi tetes. Metode ini juga akan mengurangi pengeluaran para petani.

Selain itu juga untuk ketersediaan air juga para petani bisa menyiapkan penampung. Dengan metode siram tidak terlalu efisien dalam penggunaan air.

"Jadi kalau kita mau bisa, satu-satunya jalan untuk efisien atau hemat air yang sudah kita naikkan dengan energi yang cukup besar dengan biaya yang besar maka salah satu jalan adalah penggunaan irigasi tetes,"ungkapnya.

Halaman 2 dari 3
Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved