Berita NTT

Teknologi Budidaya Tanaman Hortikultura di Oebelo Pakai Botol Bekas

Kendala di sini di musim kemarau itu air. Ketersediaan air juga kurang jadi ya musim kemarau itu kan tidak bisa produksi dengan volume besar.

Editor: Gordy Donovan
POS-KUPANG.COM/ASTI DHEMA
BOTOL BEKAS - Yerobeam Olang, A. Md Teknisi program studi TPH Politani Negeri Kupang menyuntikan cairan Petrogenol ke dalam botol perangkap lalat buah di perkebunan Poktan Tunas Harapan Oebelo Kabupaten Kupang pada Jumat, 2 Februari 2024. 

Laporan Reporter POS-KUPANG.COM, Asti Dhema

TRIBUNFLORES.COM, OELAMASI - Selama ini hanya mengejar hasil produksi tanpa memikirkan kesehatan tanah, merawat merawat tanaman yang baik, dan merawat tanah sehingga bisa berkelanjutan dengan hasil yang lumayan.

Selama ini dalam bertani dan pengolahan pertaniannya, Yance (30) Ketua Kelompok Tani (Poktan) Tunas Harapan di Desa Oebelo, Kabupaten Kupang dalam persiapan lahan kerap menggunakan pupuk dasar kimia dan juga pestisida.

Belum ada pengetahuan bagaimana mengolah dan menggunakan bahan-bahan organik dalam perkebunannya. Dari perkebunan ini juga selama ini memuaskan bahkan bisa menutupi biaya produksi khususnya tanaman hortikultura.

"Di sini kalau hasil pedagang datang ambil langsung di lahan begitu. Tanaman hortikultura ini kalau bagus bisa 10 kali dari modal begitu dan tergantung pada peluang pasar,"kata Yance Jumat 2 Februari 2024.

Baca juga: Tidak Ada Hujan Tanaman Hortikultura Milik Mama-mama di Manggarai Timur Mati, Rugi Ratusan Juta

 

Mengolah perkebunan hortikultura mendapatkan keuntungan lebih jika bisa dikelola dengan tepat dan disesuaikan dengan permintaan pasar serta kondisi cuaca apalagi kondisi geografis seperti di Nusa Tenggara Timur (NTT).

Pertanian menjadi salah satu sektor unggulan yang memiliki kontribusi besar terhadap PDRB serta mampu menyerap jumlah tenaga kerja yang signifikan pengembangan lapangan usaha pertanian, perikanan, dan subsektor peternakan di NTT masih menemui beberapa kendala atau hambatan.

Sebagai petani milenial, dalam pembudidayaannya selama ini masih menerapkan cara-cara tradisional tanpa memperhatikan kondisi cuaca dan juga kondisi kesehatan tanah. Selama musim kering para Poktan ini mengairi tanaman mereka dengan metode siram air menggunakan selang dengan bantuan dinamo listrik dengan biaya per bulan sebesar Rp200 ribu.

"Kendala di sini di musim kemarau itu air. Ketersediaan air juga kurang jadi ya musim kemarau itu kan tidak bisa produksi dengan volume besar, kalau musim hujan begini baru bisa dengan volume yang besar,"ungkapnya.

Kedatangan akademisi Politani ke Oebelo memberi harapan bagi mereka agar terus dikunjungi dengan membawa informasi-informasi yang membantu mereka untuk berkembang ke depannya. Sehingga para Poktan ini pun lebih mengerti cara bertani yang baik

Adanya risiko terjadinya cuaca/iklim yang ekstrem dapat berpengaruh secara langsung pada hasil produksi sektor pertanian yang merupakan sektor yang rentan terhadap perubahan iklim.

Program Studi Tanaman Pangan Hortikultura, Politeknik Pertanian Negeri Kupang. Penerapan IPTEK Masyarakat (PIM) Mandiri menggunakan Teknologi Budidaya Tanaman Pangan dan Hortikultura di Kampung Baru, Desa Oebelo, Kecamatan Kupang Tengah, Kabupaten Kupang pada Selasa, 30 Januari 2024.

Kegiatan ini dicanangkan oleh semua Program Studi (Prodi) yakni 14 prodi. Kegiatan ini merupakan tahap kedua dalam penerapan program ini. Tahap pertama telah dilakukan pada 22 Juli 2023 di Kelurahan Naioni.

"Tahun ini kita laksanakan kebetulan ini adalah prodi Tanaman Pangan hortikultura tentunya memilih petani tanaman pangan dan hortikultura dan di Oebelo ini yang mana para petani memang berkecimpung di bidang tanaman pangan dan hortikultura. Kegiatan ini kita dari kampus ingin berbagi pengalaman, pengetahuan-pengetahuan dari kampus itu kita berbagi dengan bapak ibu petani di sini sekaligus kami belajar tentang pertanian dari bapak ibu petani," ungkap Dr. Jacqualine A. Bunga pemateri dalam kegiatan ini.

Dalam diskusi juga membahas apa saja kebutuhan para petani di Oebelo Kabupaten Kupang ini mereka membutuhkan ilmu pengetahuan dalam pengolahan dan perawatan perkebunan mereka secara organik seperti pembuatan dan penggunaan pupuk organik, serta pengairan yang baik di musim panas dengan pengendalian hama penyakit dengan perangkap kuning dan perangkap lalat buah yang juga langsung dipasangkan di perkebunan Poktan Tunas Harapan, Oebelo ini untuk mencegah lalat buah menyerang tanaman tomat.

"Teknologi yang sebenarnya murah dan mudah didapat oleh petani kenapa? karena bahan-bahannya itu tersedia di sekitar petani yang pada awalnya tidak pernah diketahui bahwa itu sebenarnya bisa dimanfaatkan untuk menunjang kegiatan pertanian mereka. Nah, informasi-informasi inilah yang belum diketahui oleh petani dan kami ingin bagikan bahwa ternyata pertanian itu juga bisa murah karena bahan-bahannya itu tersedia tetapi dampaknya itu bisa memberikan dampak yang cukup positif bagi perkembangan pertanian mereka,"jelas Jacqualine pada Jumat, 2 Februari 2024.

Baca juga: Pengungsi Gunung Lewotobi Laki-laki Tak Lagi Cemberut, Air Bersih Sudah Tersedia

Melihat petani dan pertanian di NTT saat ini dengan isu El Nino, ia berharap dalam usaha pertanian ini Politani Negeri Kupang melakukan pertanian terpadu. Artinya tidak ada hal-hal yang terbuang dari usaha pertanian.

"Misalkan budidaya jagung nanti hasilnya kita dapatkan bulirnya tapi sisa daunnya bisa untuk ternak misalnya Sapi kemudian hasil kotoran sapi itu bisa kita pakai untuk menjadi pupuk yang nanti kita akan kembalikan. Jadi itu satu siklus yang terpadu,"lanjutnya.

Bertani ini juga berkonsep back to nature atau kembali ke alam, berusaha mengurangi penggunaan bahan kimia baik pupuk maupun pestisida kimia berangsur-angsur bersama-sama petani untuk memberdayakan hal-hal yang ada di lingkungan sekitar untuk mengolah dan menggunakan pupuk organik.

Perubahan Iklim

Dr. Vinni D. Tome koordinator Prodi Tanaman Pangan dan Hortikultura mengatakan, sekarang isu yang lagi booming adalah isu mengenai Global Climate Change artinya perubahan cuaca ini berdampak ke perubahan pertanian.
Hal-hal itu juga yang harus menjadi tanggung jawab dunia akademisi khususnya yang berkecimpung di dunia pertanian.

Hal itu bisa dimulai dari lingkungan sekitar dengan menggunakan bahan-bahan yang ada seperti bahan organik bisa membantu untuk daya tahan tanaman ketika kondisi cuaca berubah. Kemudian Bagaimana dunia akademis bisa menjadi mitra bagi petani sehingga ketika ada hal-hal baru yang mereka ketahui itu bisa menjadi bagian dari pembelajaran para akademisi.

"Kami bisa menjadi mitra mereka bahkan mereka juga bisa menjadi mitra belajar kami sehingga ketika ada hal-hal seperti tadi Global Climate Change itu kita hadapi bersama untuk pembangunan dan kemajuan pertanian kedepannya,"ungkap Vinni.

Poktan Tunas Harapan Oebelo dipilih sebagai implementasi program ini karena menurutnya Poktan ini membudidayakan tanaman tomat itu di musim hujan sehingga mendapat harga yang baik. Hal ini menurutnya para Poktan ini sudah memahami kondisi yang ada saat ini sehingga membudidayakan tanaman mereka sesuai kebutuhan.

Selain itu para petani ini juga mayoritas milenial, artinya petani-petani dengan usia produktif yang masih energik kemudian terbuka terhadap pembaruan atau perubahan yang menjadi salah satu kekuatan untuk para petani-petani muda. Hai ini menjadi sasaran dari program ini.

"Karena satu kilo sekarang itu Rp25.000 kalau di musim biasa kan 1 kilo paling Rp10.000 jadi mereka sudah tahu juga dengan melihat Pasar kebutuhan pasar itu pada saat kapan harga itu tinggi mereka tahu itu dan mereka membudayakan sesuai dengan kebutuhan,"tutupnya.

Aloysius N. Lende (pemateri sistem irigasi pertanian), menyampaikan rekomendasi yang bisa dilakukan para petani ketika musim kemarau datang adalah dengan menggunakan metode irigasi tetes. Metode ini juga akan mengurangi pengeluaran para petani.

Selain itu juga untuk ketersediaan air juga para petani bisa menyiapkan penampung. Dengan metode siram tidak terlalu efisien dalam penggunaan air.

"Jadi kalau kita mau bisa, satu-satunya jalan untuk efisien atau hemat air yang sudah kita naikkan dengan energi yang cukup besar dengan biaya yang besar maka salah satu jalan adalah penggunaan irigasi tetes,"ungkapnya.

Pasang Perangkap Hama

Pada kesempatan ini akademisi Politani memasang perangkat hama seperti perangkap kuning dan perangkap lalat buah pada tanaman tomat di perkebunan Poktan Tunas Harapan Oebelo Kabupaten Kupang.

Pertama perangkap kuning merupakan perangkap hama yang terbuat dari botol bekas air mineral yang dicat kuning. Cat kuning dipilih karena kuning sama dengan warna bunga pada saat mekar dan hama tertarik dengan warna cerah.

Perangkap kuning ini dibalur lem tikus yang bisa menangkap predator maupun parasitoid yang mengitari tanaman. Ketika menyentuh perangkap kuning ini, otomatis hama ini pun melekat dan mati.

Kemudian perangkap botol yang dikhususkan untuk lalat buah. Kita biasa melihat buah-buahan luarnya begitu mulus tapi di dalam rusak atau busuk, itu salah satu yang dilakukan lalat buah.

Menangkap lalat buah secara langsung tentunya tidak bisa, sehingga harus menggunakan perangkap. Perangkap ini khusus menangkap lalat buah jantan dengan maksud untuk memutuskan siklus reproduksi lalat buah ini sendiri dengan menggantungkan secuil kapas yang sudah disuntik cairan Petrogenol yang diletakan di tengah-tengah botol.

"Kenapa yang jantan karena yang jantan ini kalau kita sudah memutuskan siklusnya ya berarti otomatis dia tidak bisa berkembang lagi, yang betina itu dia jalan ke sana kemari tapi dia akan mati setelah itu, selesai. Tapi kalau yang jantan pasti dia akan kawin terus,"jelas Yerobeam Olang, A. Md Teknisi program studi TPH Politani Negeri Kupang.

Selama kegiatan ini juga hadir beberapa pemateri dari Politani Negeri Kupang yaitu Marsema Kaka Mone (pemateri sosial ekonomi pertanian), Aloysius N. Lende (pemateri sistem irigasi pertanian), Chatlyn Panjaitan (pertanian Organik), Jemrifs H. Sonbay (budidaya tanaman jagung), Nina Lapinangga (Hama dan penyakit tanaman), Lenny Mooy (Pupuk organik), dan Ester R. Jella (Proses fermentasi pupuk organik).

Kegiatan ini pun ditutup dengan kunjungan ke lahan pertanian Poktan Tunas Harapan Oebelo Kabupaten Kupang untuk memasang perangkat hama yang disaksikan langsung oleh para anggota kelompok tani.(dhe)

Berita TRIBUNFLORES.COM Lainnya di Google News

Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved