Renungan Katolik Hari Ini

Renungan Harian Katolik Kamis 8 Februari 2024, Makan Remah-remah yang Dijatuhkan

Mari simak Renungan Harian Katolik Kamis 8 Februari 2024.Tema renungan harian katolik yaitu Makan Remah-remah yang Dijatuhkan.

Penulis: Gordy Donovan | Editor: Gordy Donovan
TRIBUNFLORES.COM / HO-BRUDER
Br. Pio Hayon, SVD. Mari simak Renungan Harian Katolik Kamis 8 Februari 2024.Tema renungan harian katolik yaitu Makan Remah-remah yang Dijatuhkan. 

Ia mohon kepada Yesus supaya mengusir setan dari anaknya. Yesus lalu berkata kepadanya, “Biarlah anak-anak kenyang dahulu! Tidak patut mengambil roti yang disediakan bagi anak-anak dan melemparkannya kepada anjing.”

Tetapi ibu itu menjawab, “Benar, Tuhan! Tetapi anjing di bawah meja pun makan remah-remah yang dijatuhkan anak-anak.” Lalu Yesus berkata kepada ibu itu: “Karena kata-katamu itu, pulanglah, sebab setan itu sudah keluar dari anakmu.”

Ibu itu pulang ke rumah dan mendapati anaknya terbaring di tempat tidur, sedang setan itu sudah keluar.

Demikianlah Injil Tuhan.

U. Terpujilah Kristus.

Renungan katolik

Saudari/a yang terkasih dalam Kristus


Salam damai sejahtera untuk kita semua. Kita semua pasti pernah makan. Jenis makanan apa saja yang kita makan pasti akan selalu tertinggal remah-remah atau sisa-sisanya. Mereka yang biasa makan roti maka ungkapan remah-remah ini cocok dan bagi yang makan makanan jenis nasi atau lainnya menyisahkan sisanya dan bukan remah-remahnya. Namun apapun itu remah-remah atau sisa-sisa, mereka tetap makanan. Maka tindakan kita untuk menghormati makanan adalah bagian mendasar dari satu pola kehidupan manusia yakni dengan menghormati makananan yang kita makan.

Saudari/a yang terkasih dalam Kristus

Kembali lagi di hari baru ini, kita disegarkan dengan suguhan rohani dari bacaan-bacaan suci yang mengispirasi kita. Dari bacaan pertama dari kitab Raja-raja kita temukan Raja Salomon yang setelah masa jayanya dan dikagumi oleh banyak orang dan bangsa, dia “jatuh” dan berpaling dari Allah. Raja Salomon tidak lagi mengikuti jalan Tuhan tetapi berpaling ke dewa-dewi asing dan menyembah berhala kepada mereka dan lupa untuk menyembah Tuhan Allah Israel.

Maka murka Allah turun ke atasnya dan keturunannya. Ketika kita tidak lagi mengikuti jalan Tuhan tetapi lebih memilih untuk mengikuti jalan lain dengan menyembah berhala pada dewa-dewi atau yang lainnya maka Tuhan akan murka terhadap kita. Tuhan sebenarnya sudah memberi banyak hal dalam hidupnya Salomon dari apa yang dia minta sampai yang tidak diminta pun diberi oleh Allah. Maka seharusnya Salomon harus tetap berpegang teguh pada jalan, ketetapan dan kehendak Tuhan.

Tetapi karena dia telah berpaling muka terhadap Allah maka memang dia wajar mendapat hukuman dari Allah. Dan itu bertolak belakang dengan seorang ibu Siro – Fenisia yang dianggap sebagai orang asing itu dalam injil hari ini. Secara sosial maupun agama, dia bukan orang keturunan Yahudi, dia orang asing. Maka dia dianggap tidak punya kedudukan secara sosial di dalam masyarakat bahkan dalam kehidupan iman umat Israel yang eksklusif itu.

Kisah tentang ibu ini menarik. Ketika dia mendengar tentang Yesus, dia datang dan tersungkur di depan kaki Yesus dan memohon kepada Yesus untuk mengusir setan itu dari anaknya. Tindakan ibu itu memang sangat luar biasa dan itu terjadi pada orang-orang yang datang meminta bantuan kepada Yesus. Sikap dan tindakan mereka sama yakni “datang, tersungkur di depan kaki Yesus”. Tindakan ibui orang Yunani ini sebagai simbol kerendahan hati dan sekaligus mohon belaskasihan dari Tuhan. Itulah sikap yang ebnar di hadapan Yesus, Tuhan.

Namun tidak sampai di situ saja. Ternyata dia masih mendapat perlakuan atau sikap penolakan dari Yesus untuk mencobai imannya: “Biarlah anak-anak kenyang dahulu! Tidak patut mengambil roti yang disediakan bagi anak-anak dan dilemparkannya kepada anjing”. Jawaban dari Yesus itu sangat “radikal dan terkesan keras” karena Yesus mengangkat satu point penting tentang janji keselamatan yang hanya diperuntukan bagi bangsa Israel (yang dilambangkan dengan roti) dan harus diberikan kepada bangsa lain (dilambangkan dengan anjing). Penolakan ini tidak membuat ibu itu lari tetapi semakin meneunjukkan imannya. Yesus sebenanya mau melihat sikap dia untuk datang dan tersungkur yang melambangkan sikap iman itu lahir dari kedalaman imannya atau tidak. Maka jawaban perempuan itu: “Benar Tuhan.

Tetapi anjing di bawah meja pun makan remah-remah yang dijatuhkan anak-anak.” Sikap kerendahan hati yang ‘tahu diri’ inilah sebagai tanda dia benar-benar menunjukkan imannya kepada Tuhan. Sikap iman inilah yang dibenarkan oleh Yesus dan menyembuhkan anaknya. Bagaimana dengan kita? Kita banyak kali mengalami sakit, penderitaan, kematian, dan lain-lain yang membawa kita kepada kesesakan dalam hidup.

Halaman
1234
Berita Terkait

Ikuti kami di

AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved