Renungan Katolik Hari Ini
Renungan Harian Katolik Jumat 8 Maret 2024, Hukum Yang Utama
Mari simak renungan harian Katolik Jumat 8 Maret 2024.Judul Renungan Harian Katolik yaitu Hukum Yang Utama.
Penulis: Gordy | Editor: Gordy Donovan
Sekali peristiwa, datanglah seorang ahli Taurat kepada Yesus dan bertanya kepada-Nya, "Perintah manakah yang paling utama?"
Jawab Yesus: "Hukum yang terutama ialah: Dengarlah, hai orang Israel, Tuhan Allah kita, Tuhan itu esa. Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu dan dengan segenap kekuatanmu. Dan hukum yang kedua ialah: Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri.
Tidak ada hukum lain yang lebih utama dari pada kedua hukum ini." Lalu kata ahli Taurat itu kepada Yesus: "Tepat sekali, Guru, benar kata-Mu itu, bahwa Dia esa, dan bahwa tidak ada yang lain kecuali Dia.
Memang mengasihi Dia dengan segenap hati dan dengan segenap pengertian dan dengan segenap kekuatan, dan juga mengasihi sesama manusia seperti diri sendiri adalah jauh lebih utama dari pada semua korban bakaran dan korban sembelihan."
Yesus melihat, bagaimana bijaksananya jawab orang itu, dan Ia berkata kepadanya: "Engkau tidak jauh dari Kerajaan Allah!" Dan seorangpun tidak berani lagi menanyakan sesuatu kepada Yesus.
Demikianlah Injil Tuhan.
U. Terpujilah Kristus.
Renungan Katolik
Saudari/a yang terkasih dalam Kristus
Salam damai sejahtera untuk kita semua. Sebagai seorang Kristiani kita semua tahu bahwa hukum cinta kasih adalah hukum yang utama yang diturunkan oleh Yesus kepada kita pengikutNya. Hukum yang utama itu adalah mencintai Tuhan Allah dengan segenap hati, dengan segenap jiwa, dan dengan segenap akal budi. Dan hukum utama yang kedua adalah mencintai sesama seperti kita mencitai diri kita sendiri.
Saudari/a yang terkasih dalam Kristus
Di hari terakhir pekan prapaskah ketiga, kita kembali dihadapkan dengan pertobatan dan hukum kasih. Dalam bacaan pertama kita mendengar dari Nabi Hosea tentang pewartaannya kepada bangsa Israel agar mereka bertobat dari segala dosa dan kesalahan mereka. Dan pertobatan mereka itulah membuat Allah mengasihi mereka dan membiarkan mereka bertumbuh dan semarak seperti pohon zaitun dan anggur yang berbuah lebat. Karena Allah begitu mengasihi mereka asalkan mereka bertobat dari kesalahan dan kejahatan yang mereka lakukan. Mereka harus mentaati semua hukum dan ketetapan yang telah ada sesuai perjanjian yang telah terjadi antara Allah dan bangsa Israel itu.
Dan Yesus memberi penegasan tentang hukum yang utama dan terutama dari Taurat itu adalah hukum cinta kasih: “Kasihilah Tuhan Allahmu dengan segenap akal budi, dengan segenap kekuatanmu. Dan perintah kedua ialah kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sediri. Tak ada perintah laini daripada kedua hukum ini.” Kedua hukum ini menjadi hukum utama yang tak bisa terpisah satu dengan yang lainnya. Dari kedua hukum ini bergantunglah begitu banyak hukum yang lainnya yang dipakai untuk mengatur hidup manusia dalam persperktif ajaran kristiani. Dan Yesus memuji seorang ahli Taurat yang juga membicarakan hal yang sama. Itu artinya dia sudah mengerti tidak sekedar mengikuti saja hukum Taurat tetapi hukum Taurat itu adalah turunan dari hukum utama yaitu hukum cinta kasih kepada Allah dan kepada manusia.
Bagi Yesus pelaksanaan hukum pertama dengan segenap hati dan segenap kekuatan berarti memberikan seluruh diri kita kepada Allah. Ini hukumnya wajib. Penyerahan diri secara total kepada Allah adalah tuntutan utama seorang yang percaya kepadaNya. Karena hanya dengan begitu kita akan selalu mengarahkan seluruh diri dan hidup kita kepada penyelenggaraan Allah dalam kekuatan Roh Kudusnya. Namun semua itu tergambar dalam hukum yang kedua yakni mengasihi sesama seperti diri sendiri. Mengasihi Allah harus terlihat juga secara nyata dalam usaha mengasihi sesama dengan satu tuntutan utama adalah mengasihi sesama seperti mengasihi diri sendiri. Itu berarti sesama kita adalah juga subyek seperti kita. Karena kebanyakan dari kita melihat sesama bukan sebagai subyek tetapi sebagai obyek. Dan kalau sebagai obyek maka kita sebagai subyek melihat sesama kita sebagai obyek yang dapat dimanupulasi atau dipakai untuk kepentingan kita atau hanya untuk memuaskan ego diri kita sendiri.
Maka usaha untuk mengasihi Tuhan dan sesama adalah sebuah usaha keluar dari egoisme diri sendiri dan masuk dalam situasi kesadaran spiritual agar kita mampu memberi diri sepenuhnya kepada Allah dan juga kita secara penuh keluar kepada sesama yang lain di luar diri kita dan menemukan sesama kita sebagai subyek untuk bisa saling mencintai tanpa ada pertimbangan lain atau ada prasangka lain di dalamnya seperti kita sendiri mengasihi diri sendiri tanpa ada batas. Kita harus melihat sesama kita sebagai “aku yang lain” dan dengan begitu kita akan gampang sadar bahwa kita mencintai sesama kita itu seperti mencintai aku yang ego itu. Dan banyak di antara kita yang masih melihat Tuhan atau sesama kita sebagai obyek semata tempat kita mampu memanipulasi mereka sebagai obyek. Maka marilah kita mengubah cara pandang kita sendiri dan tidak menempatkan Tuhan dan sesama hanya sebatas obyek semata tetapi sebagai subyek untuk kita dapat berbagi dalam hidup. Dengan begitu kita layak disebut pengikut Yesus Kristus.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.