Berita Manggarai Timur
Ibu di Colol Manggarai Timur Tinggal di Pondok Reyot Rawat 3 Anaknya
Semenjak sang suami merantau ke Kalimantan namun tak berkabar, Yustina harus mencari cara demi mengisi perut ketiga anaknya.
Penulis: Gordy | Editor: Gordy Donovan
TRIBUNFLORES.COM, LAMBALEDA - Yustina Titi Nurbaya (43), seorang ibu rumah tangga asal Desa Colol, Kecamatan Lambaleda Timur, Kabupaten Manggarai Timur, Provinsi Nusa Tenggara Timur harus membanting tulang seorang diri demi merawat tiga orang anaknya.
Yustina dan tiga anaknya tinggal di pondok reyot atau tak layak huni di tengah perkebunan kopi berukuran 3x4 meter.
Pondok tersebut hanya beratapkan seng, berdinding bambu.
Semenjak sang suami merantau ke Kalimantan namun tak berkabar, Yustina harus mencari cara demi mengisi perut ketiga anaknya.
Baca juga: Teks Misa Hari Kamis 28 Maret 2024 Perayaan Kamis Putih Lengkap Renungan Harian Katolik
Dia pun akhirnya menjadi seorang buruh tani serabutan.
“Kami sudah sejak tahun 2011 tinggal di pondok ini. Pondok ini juga milik saudara saya. Kami tidak punya tanah untuk bangun rumah. Suami saya merantau di Kalimantan sejak tahun 2020, sampai saat ini dia tidak pernah berkabar, dan tidak pernah mengirimkan uang," ungkap Yustina dikutip dari Kompas.com, Selasa (26/3/2024).
Anak putus sekolah
Penghasilannya sebagai buruh tani serabutan tak menentu. Upah yang diperoleh Yustina hanya cukup untuk membeli beras.
Uang itu tidak cukup digunakan untuk keperluan lain seperti membeli seragam, buku tulis, sepatu, atau tas.
Sehingga seorang anaknya, JL (12) terpaksa harus putus sekolah. JL kini membantu ibunya demi mencari sesuap nasi.
"Untuk memenuhi kebutuhan saya kerja harian yang membutuhkan tenaga saya, bahkan terpaksa anak saya berumur 12 tahun rela putus sekolah untuk cari uang,” jelas Yustina.
Gubuk yang ditinggali oleh Yustina dan anak-anaknya belum dilengkapi fasilitas listrik. Setiap malam mereka masih menggunakan lampu pelita dengan bahan bakar minyak tanah.
Yustina mengatakan selama ini pemerintah telah mendata mereka sebagai penerima bantuan rumah layak huni. Namun dia mengaku keluarganya tidak terdata sebagai penerima bantuan pangan non tunai (BPNT) bahkan bantuan PKH.
“Saya hanya terima bantuan beras dari pemerintah berupa bantuan beras El-Nino,” jelasnya.
Baca juga: Semana Santa 2024 Larantuka, Peziarah Harus Perhatikan Kapasitas Kapal saat Ikuti Prosesi Laut
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.