Opini Kurikulum Merdeka
Implementasi Kurikulum Merdeka: Menuju Merdeka Belajar yang Sejati
Tahun ajaran baru 2024/2025 semakin dekat, gaung implementasi Kurikulum Merdeka (Kurmer) semakin menggema.
Kurikulum Merdeka adalah pendekatan pendidikan yang menekankan pada pemberdayaan peserta didik, kemandirian belajar, dan pengakuan akan keberagaman individu. Dalam konteks ini, komitmen pada tujuan berarti menetapkan target yang relevan dan bermakna bagi perkembangan peserta didik secara holistik. Tujuan dalam Kurikulum Merdeka tidak semata-mata terkait dengan pencapaian akademis, tetapi juga melibatkan pengembangan keterampilan, nilai-nilai, dan kepribadian yang memungkinkan peserta didik untuk menjadi individu yang mandiri, kreatif, dan berkontribusi secara positif kepada masyarakat.
Dalam pandangan Illich, komitmen pada tujuan berarti menempatkan kebebasan dan kemandirian individu sebagai prioritas utama dalam pembelajaran. Individu harus memiliki kontrol atas tujuan mereka sendiri dan dapat mengejar pembelajaran sesuai dengan kebutuhan, minat, dan kemampuan mereka sendiri, tanpa adanya tekanan dari struktur formal yang otoriter.
Bukan Sekadar Ganti Baju
Friedrich Nietzsche, filsuf Jerman menekankan pentingnya transformasi batin individu untuk mencapai kesempurnaan diri. Dalam konteks Kurikulum Merdeka, analogi "bukan sekadar ganti baju" dapat diartikan sebagai proses pendidikan yang tidak hanya terbatas pada perubahan fisik atau penambahan pengetahuan semata, tetapi lebih pada transformasi mendalam dalam cara individu memahami dan menghadapi dunia. Nietzsche menolak pendidikan yang hanya berfokus pada penambahan informasi atau pengetahuan kosong tanpa adanya refleksi dan pertimbangan filosofis yang mendalam. Sebaliknya, pendidikan seharusnya menjadi proses penemuan diri dan pengembangan potensi individu.
Kurikulum Merdeka bukan sekadar ganti baju, tetapi transformasi pendidikan. Transformasi ini membutuhkan perubahan paradigma dari semua pihak. Guru tidak lagi menjadi satu-satunya sumber pengetahuan, tetapi fasilitator yang membantu murid belajar. Guru perlu memiliki pedagogi yang tepat untuk menuntun murid belajar secara mandiri dan aktif.
Murid sebagai Agen Belajar
Dalam konsep Ivan Illich, murid sebagai agen belajar merujuk pada peran aktif yang dimiliki oleh individu dalam proses pendidikan mereka sendiri. Illich menekankan pemikiran bahwa pendidikan sejati terjadi ketika individu memiliki kontrol penuh atas proses pembelajaran mereka sendiri dan dapat mengatur pengalaman belajar mereka sesuai dengan kebutuhan, minat, dan aspirasi mereka sendiri. Pillar Murid sebagai agen belajar terletak pada beberapa hal berikut:
1. Kemandirian dalam Pembelajaran
Illich menekankan pentingnya membebaskan individu dari ketergantungan pada institusi formal seperti sekolah. Menurutnya, pendidikan yang benar-benar bermakna terjadi ketika individu memegang kendali atas proses pembelajaran mereka sendiri. Dalam konteks ini, murid bukanlah objek yang pasif dalam pendidikan, tetapi subjek yang aktif yang secara aktif terlibat dalam mengeksplorasi dan mengembangkan pemahaman mereka sendiri.
2. Kekuatan dalam Pengambilan Keputusan:
Murid sebagai agen belajar memiliki kekuatan untuk mengambil keputusan tentang apa, bagaimana, dan di mana mereka akan belajar. Mereka memiliki kebebasan untuk menentukan kurikulum mereka sendiri, menetapkan tujuan pembelajaran mereka sendiri, dan mengeksplorasi minat mereka sendiri. Hal ini memberi mereka kontrol penuh atas proses pembelajaran mereka sendiri dan memungkinkan mereka untuk memaksimalkan potensi pribadi mereka.
3. Pengakuan atas Keanekaragaman Individual:
Illich mengakui bahwa setiap individu memiliki keunikan, minat, dan kebutuhan mereka sendiri dalam pembelajaran. Oleh karena itu, pendidikan yang efektif harus mengakui dan menghormati keanekaragaman ini. Dalam konteks ini, murid sebagai agen belajar diberi kebebasan untuk mengeksplorasi minat dan bakat mereka sendiri tanpa adanya tekanan dari luar.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.