Berita Manggarai Timur
Kisah Sisilia Warga Lamba Leda Selatan 30 Tahun Menderita Gondok, Kini Butuh Dana Operasi
Gejala awal terasa gatal di leher dan seiring berjalannya waktu ada benjolan kecil di leher. Benjolan itu semakin hari semakin besar hingga ia dewasa.
Penulis: Gordy | Editor: Gordy Donovan
TRIBUNFLORES.COM, LAMBA LEDA SELATAN - Sudah hampir 30 tahun, Sisilia Unut (46) menderita penyakit gondok.
Warga asal Kampung Wesang, Desa Compang Wesang, Kecamatan Lamba Leda Selatan, Kabupaten Manggarai Timur, Nusa Tenggara Timur itu kini pasrah karena gondoknya kini membesar.
Lehernya sudah seperti bola berukuran besar.
“Saya sudah 30 tahun memikul beban berat dengan sakit gondok di bagian leher ini. Saya sangat menderita sekali dengan kondisi sakit seperti ini," ujar Sisilia dikutip TRIBUNFLORES.COM dari Kompas.Com Kamis 26 April 2024.
"Apalagi saya bersama suami tetap merawat dan menghidupi 3 anak,” sambungnya.
Baca juga: Kisah Maria Tinggal Bersama 3 Anak di Gubuk Reyot, Hanya Makan Ubi di Lamba Leda Selatan
Sisilia menceritakan kronologi awal sakit yang dideritanya. Ia sudah mendapatkan sakit itu sejak masih gadis.
Gejala awal terasa gatal di leher dan seiring berjalannya waktu ada benjolan kecil di leher. Benjolan itu semakin hari semakin besar hingga Sisilia berkeluarga.
Saat ini Sisilia mengeluh karena kesakitan dan sekarang kondisi gondoknya sangat parah. Sebab, ukuran gondok membesar seperti bola.
“Saya hidup sangat menderita dengan sakit gondok ini. Apalagi saya seorang ibu rumah tangga merawat dan membiayai 3 anak bersama suami," ujarnya.
Sehari-hari, Sisilia bekerja sebagai petani. Dari kerja serabutan, ia memperoleh Rp 25.000 per hari.
Pun pula dengan suaminya, Titus Anggal. Penghasilan sang suami lebih tinggi yakni Rp 50.000 per hari, juga dari kerja serabutan di kebun tetangga.
Meski demikian, pendapatan dari kerja serabutan atau buruh tani tidak mampu memenuhi kebutuhan keluarganya.
Kondisi tersebut semakin parah karena saat ini dia tak bisa bekerja lagi. Rasa sakit akibat gondok membuat Sisilia harus istirahat.
Baca juga: Kisah Polisi Syamsuddin, Bangun Sekolah Gratis di Ruteng Manggarai
“Pengeluaran keluarga lebih besar dari pemasukkan dari hasil kerja serabutan atau buruh tani di kebun tetangga. Saya benar-benar menderita dengan sakit yang saya alami,” ujarnya.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.