Breaking News

Pekerja asal Sikka Meninggal

Padma Serukan Masyarakat Sipil dan Pemerintah Ambil Langkah Extraordinary Tindak TPPO di NTT

Dikatakan Gabriel, kasus TPPO di NTT itu unik karena ada yang disebut perdagangan orang melalui  kemauan sendiri (tradisi)

Penulis: Charles Abar | Editor: Hilarius Ninu
TRIBUNFLORES.COM/HO-IST
Keluarga korban sedang menyiapkan liang lahat kemudian akan dilakukan ritual penguburan batu korban meninggal dunia dugaan kasus TPPO di Desa Hoder, Kecamatan Waigete, Kabupaten Sikka, Sabtu 27 April 2024.   

Laporan Reporter TRIBUNFLORES.COM,Charles Abar 

TRIBUNFLORES.COM,BAJAWA- Berdasarkan data Pemerintah Provinsi NTT,  185 orang dengan rincian perempuan 39 orang dan laki -laki 146 orang (ada 20 kategori anak-anak & 120 orang kategori dewasa)  telah menjadi korban Tindak Pidana Perdagangan Orang (TPPO) pada 2023.

Data kasus yang ditangani BP3MI NTT, sejak tahun 2017 – 2022 atau sebanyak 2.689 kasus pekerja migran  NTT , hanya 120 pekerja migran atau 4,46 persen  saja yang berproses dan bekerja sesuai ketentuan yang berlaku.

Menurut Nukila Evanty,Ketua Koalisi Lawan Kejahatan Terorganisir dan Perdagangan Orang ( the Coalition) dan juga direktur eksekutif Women Working Group (WWG) , adapun korban-korban  di NTT pada khususnya merupakan anggota masyarakat yang direkrut oleh jaringan sindikat kejahatan melalui kedok perusahaan untuk bekerja di luar negeri tanpa dilengkapi dokumen resmi.

Lebih gawat, malah banyak terjadi circle of victims seperti pelaku perekrut, masih  keluarga  sendiri termasuk paman, tante, sepupu dan sebagainya. Perekrut pekerja migran tersebut juga tidak sadar kalau mereka itu juga korban yang di disewa oleh sindikat sebagai perekrut lapangan.

 

 

Baca juga: BREAKING NEWS : Keluarga Korban Dugaan TPPO di Kaltim Gelar Upacara Penguburan Batu di Hoder Sikka

 

 

 

 

 

Menurut Nukila, jaringan  sindikat kejahatan  begitu kuat dengan model rantai terputus dengan pelaku berbeda pada saat merekrut dan memindahkan korban. Bahkan mereka sudah punya target korban  dan difasilitasi oleh oknum-oknum.  

Menurut Gabriel Goa, Ketua Dewan Pembina Padma Indonesia dan Ketua Advokasi  Masyarakat Sipil untuk Revisi UU TPPO , jumlah masyarakat miskin, butuh kerja.

“Penghasilan  dan kurang pendidikan serta  informasi tentang TPPO dari  NTT  untuk bepergian ke daerah lain di luar Nusa Tenggara Timur dan Luar Negeri , memang  jumlahnya sedikit dibanding pekerja migran yang direkrut dari  daerah Jawa atau Kalimantan, tetapi  jumlah korban dari NTT yang mengalami serangkaian penyiksaan dan meninggal adalah terbanyak dari NTT,” kata Gabriel, kepada TRIBUNFLORES. COM,Sabtu (27/04/2024).

Halaman
12
Berita Terkait
  • Ikuti kami di

    AA

    Berita Terkini

    Berita Populer

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved