Longsor di Ende
Warga Ende Diminta Waspada, Hampir Semua Kecamatan Rawan Bencana Alam
"Kadang-kadang masyarakat inikan yang penting ada tanah kosong kemudian dibangun tanpa mempertimbangkan resiko bencana," ujar Yulius.
Penulis: Albert Aquinaldo | Editor: Gordy Donovan
Laporan Reporter TRIBUNFLORES.COM, Albert Aquinaldo
TRIBUNFLORES.COM, ENDE - Hampir semua kecamatan di Kabupaten Ende yang berjumlah 21 kecamatan rawan terjadi bencana alam seperti banjir, longsor dan abrasi pantai.
Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Ende, Yulius Emanuel kepada TribunFlores.com, Selasa, 7 Mei 2024 mengatakan, selain banjir dan longsor, bencana alam meteorologi seperti kekeringan juga kerap terjadi di wilayah Kabupaten Ende.
"Selain longsor dan banjir, biasanya kekeringan juga karena kami sering mobilisasi tenki di musim panas karena ada permintaan dari warga itu biasanya di Detukeli dan beberapa wilayah lainnya," jelas Yulius.
Disebutkan Yulius, sejak Januari hingga April 2024 tercatat sudah tiga kali terjadinya longsor di wilayah Kabupaten Ende diantaranya pertama terjadi di wilayah Kecamatan Nangapanda, longsor kedua juga terjadi di wilayah Kecamatan Nangapanda dan Kecamatan Ende dan yang terakhir terjadi pada Sabtu, 4 Mei 2024 di tiga kecamatan yakni Kecamatan Nangapanda, Ende dan Ndona hingga menyebabkan korban jiwa.
Baca juga: Pohon Tumbang di Malaka, Rumah Dominikus Leki Berek Ambruk
Oleh karena itu, kata Yulius, selain menghimbau agar tetap waspada dan berhati-hati, dia juga menghimbau agar warga masyarakat Kabupaten Ende supaya memperhatikan kondisi wilayah yang rawan bencana.
"Kadang-kadang masyarakat inikan yang penting ada tanah kosong kemudian dibangun tanpa mempertimbangkan resiko bencana," ujar Yulius.
Selain banjir, longsor dan kekeringan, Yulius juga meminta masyarakat di pesisir Kabupaten Ende agar waspada terhadap abrasi. Yang tercatat dan perlu penanganan lanjutan yakni abrasi yang terjadi di wilayah Kecamatan Nangapanda, di sekitar pelabuhan ikan di wilayah Ende Selatan dan wilayah Ndori.
"Di Ndori sekarang itu kita tinggal tunggu penanganan saja karena kami sudah buat pengajuan ke BNPB untuk kita bangun tanggul penahan abrasi karena kalau andalkan ABPD Ende agak sulit karena dia butuh biaya besar sehingga kami coba ajukan ke BNPB dan mereka sudah setujui itu ada dua lokasi itu Ndori dan Ende Selatan dan itu sudah di tahapan verifikasi dokumen dan mereka berencana turun verifikasi faktual jadi anggaran yang diajukan kemarin itu sekitar Rp 20 miliar untuk 2 lokasi ini, yang Ende Selatan itu kira-kira Rp 5 miliar dan di Ndori itu sekitar Rp 14 miliar lebih," urai Yulius.
Berita TRIBUNFLORES.COM Lainnya di Google News
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.