Wisata di Manggarai

3 Destinasi Wisata Kampung Adat di Manggarai Flores, Perpaduan Budaya & Panorama Alam

Beberapa perkampungan adatnya menjadi situs budaya yang dilestarikan di Manggarai, Flores, NTT.

Penulis: Cristin Adal | Editor: Cristin Adal
TRIBUNFLORES.COM / HO-FANNY AKONG
BUDAYA- Kampung Wisata Compang Todo, di Kecamatan Satar Mese Utara, Kabupaten Manggarai, Flores, NTT. 

TRIBUNFLORES.COM, RUTENG- Selain alam yang indah, wilayah Kabupaten Manggarai, di Pulau Flores, NTT kaya akan warisan budaya.

Saat berkunjung ke desa-desa di Manggarai, Tribuners akan menjumpai rumah-rumah adat atau disebut rumah gendang.

Beberapa perkampungan adatnya menjadi situs budaya yang dilestarikan. Anda bisa mengunjungi Kampung Adat Todo, Kampung Ruteng Pu'u dan Kampung Adat Wae Rebo.

1. Compang Ruteng atau Ruteng Pu'u

Baca juga: 6 Tempat Wisata Populer di Flores NTT yang Wajib Dikunjungi, Indah & Tak Membosankan

 

 

Kampung Ruteng Pu'u salah satu kampung tradisional tertua di Manggarai. Kampung adat ini berada di Kelurahan Golo Dukal, Kecamatan Langke Rembong, Kabupaten Manggarai.

Jarak kampung adat ini sekitar 4 kilometer arah barat Kota Ruteng dan ditempuh dengan kendaraan.

Ruteng Pu'u menjadi tempat wisata budaya yang syarat makna di Kabupaten Manggarai. Arsitektur rumah adanya berbentuk kerucut dan masih menjaga keasliannya.

DESTINASI- Kampung tardisional Ruteng Pu'u di
DESTINASI- Kampung tardisional Ruteng Pu'u di (TRIBUNFLORES.COM/CHARLES ABAR)

 

Situs budaya yang paling dekat dengan kota ini mewakili arsitektur bangunan rumah adat Manggarai.

Kampung adat ini memiliki dua rumah adat yakni Rumah Gendang dan Rumah Tambor yang berdiri kokoh di tengah kampung.

Di halaman tengah rumah adat ini terdapat mezbah batu dalam bahasa Manggarai disebut compang. Kampung Ruteng Pu'u sangat bersih, batu-batu yang tersusun rapi mengeliling halaman tengah kampung adat ini.

Saat sore hari atau pun pagi hari, Kampung Ruteng Pu'u kian cantik karena kabut menyelimuti rumah-rumah adatnya.

2. Kampung Wae Rebo

Terletak di ketinggian 1100 meter di atas permukaan air laut. Orang-orang kerap menyebut kampung di atas awan.

Memiliki rumah adat yang unik disebut Mbaru Niang yang mengandung filosfi kehidupan masyarakat Manggarai.

Rumah adat ini tinggi dan berbentuk kerucut.Yang pertama ada yang paling umum di kenali wisatawan adalah Waerebo di Kabupaten Manggarai. Berada di atas ketinggian, kampung ini sering tertutup kabut dan udaranya sangat dingin.

PESONA- Kampung tradisional Wae Rebo di Kecamatan Satarmese Selatan, Kabupaten Manggarai, Provinsi Nusa Tenggara Timur
PESONA- Kampung tradisional Wae Rebo di Kecamatan Satarmese Selatan, Kabupaten Manggarai, Provinsi Nusa Tenggara Timur (TRIBUNFLORES.COM/HO-YOHAN HAPDIJAYA)

 

Terdapat 7 rumah utama atau Mbaru Niang di Wae Rebo yang melingkari batu yang tersusun rapi di tengan kampung dan dalam bahasa Manggarai disebut sebagai compang. Compang atau altar ini sebagai pusat aktivitas masyarakat untuk meletakan sesajian atau persembahan kepada leluhur.

KAMPUNG ADAT- Pesona Kampung Adat Wae Rebo saat siang hari.
KAMPUNG ADAT- Pesona Kampung Adat Wae Rebo saat siang hari. (Kompas.com)

 

Desa tradisional Wae Rebo di distrik Manggarai di pulau Flores, Nusa Tenggara Timur, telah menerima Top Award of Excellence dari UNESCO dalam Penghargaan Warisan Asia Pasifik UNESCO 2012, yang diumumkan di Bangkok pada 27 Agustus 2012. Pada tahun 2024 ini, Waerebo dinobatkan sebagai desa tercantik di dunia.


3. Kampung Adat Compang Todo

Perkampungan tradisional ini menjadi daya tarik wisata budaya di Kabupaten Manggarai selain Kampung Wae Rebo yang dijuluki "negeri di atas awan". Kampung Todo berada di Desa Todo, Kecamatan Satar Mese Utara, Kabupaten Manggarai, Pulau Flores, Nusa Tenggara Timur.

BUDAYA-  Kampung Wisata Compang Todo, di Kecamatan Satar Mese Utara, kabupaten Manggarai
BUDAYA- Kampung Wisata Compang Todo, di Kecamatan Satar Mese Utara, kabupaten Manggarai (TRIBUNFLORES.COM / HO-FANNY AKONG)

 

Kampung Todo menyimpan sejarah peradaban di Manggarai Raya dan dikenal sebagai pusat kerajaan di Manggarai Raya pada zaman dahulu. Hal ini diungkapkan dalam penuturan lisan masyarakat Manggarai Raya.

Berkunjung ke Kampung Adat Todo, anda akan menjumpai lima meriam yang terletak di pintu halaman kampung. Lima meriam ini diperkirakan peninggalan Bangsa Belanda.

MERIAM- Lima buah meriam di halaman Kampung Adat Todo Manggarai, diperkirakan meriam ini peninggalan Belanda.
MERIAM- Lima buah meriam di halaman Kampung Adat Todo Manggarai, diperkirakan meriam ini peninggalan Belanda. (TRIBUNFLORES.COM/HO-KEMENPAREKRAF)

 

Pengunjung kemudian akan menapaki jalan batu yang tersusun rapih dari pintu kampung. Jalan batu ini juga mengelilingi halaman kampung hingga ke rumah utama atau niang mbowang.

Dilansir dari kebudayaan.kemdikbud.go, pada bagian atas compang tersebut terdapat delapan buah makam yang merupakan tokoh-tokoh adat terdahulu (keturunan langsung dari raja) di Kampung Todo.

Sebuah menhir (batu tegak) dengan motif kedok muka, serta tujuh buat menhir yang terletak di halaman kampung. Di sisi utara compang terdapat sebuah makam dari Dalu Todo (jabatan setingkat di bawah raja) dengan nisan yang berbentuk salib.

KAMPUNG ADAT-
KAMPUNG ADAT TODO- Kampung Todo. (TRIBUNFLORES.COM/HO-KEMENPAREKRAF)

 

Di sini pengunjung melihat keindahan aristektur rumah adat Kampung Todo. Rumah tersebut dinamai Niang Todo yakni rumah adat panggung dengan bentuk bundar dan atapnya kerucuyt.

Atap Niang Todo beratap ijuk dan alang-alang. Diketahui merupakan istana raja Todo terdahulu. Rumah adat ini hampir sama seperti rumah adat Manggarai pada umumnya.

Bentuk atapnya kerucut di dalamnya rangka bambu yang diikat menggunakan ijuk, kerangka atap ini menggambarkan jaring laba-laba. Di sini terdapat rumah adat induk dan empat bangunan rumah adat serupa dengan ukuran lebih kecil dari rumah induk.


Berita Wisata TribunFlores.Com lainnya di Google News

 

Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved