Tembok Penyokong Roboh
2 Korban Tewas Tertimbun Tembok Penyokong di Lokoboko Ende Tetangga Rumah, Warga: Masih Keluarga
"Saat kami kerja tidak ada tanda-tanda, mereka dua ini masih keluarga, masih baku panggil eja, mereka dua ini eja kandung," ujar Henderikus.
Penulis: Albert Aquinaldo | Editor: Gordy Donovan

Laporan Reporter TRIBUNFLORES.COM, Albert Aquinaldo
TRIBUNFLORES.COM, ENDE - Patrianus Padi dan Philipus, dua warga Kelurahan Lokoboko, Kecamatan Ndona, Kabupaten Ende yang tewas tertimbun material batu dan tanah dari tembok penyokong Kapela Santo Petrus Lokoboko yang roboh, Rabu, 22 Mei 2024 sekira pukul 16.00 Wita masih ada hubungan keluarga atau masih bersaudara.
Pantauan TribunFlores.com, rumah kedua korban tewas saling bersebelahan atau bertetangga dekat.
Henderikus Rapa, salah satu saksi mata yang pada saat kejadian ada bersama kedua korban di lubang galian pondasi tembok penyokong Kapela Santo Petrus Lokoboko mengatakan, hari ini tugas mengerjakan tembok penyokong kapela tersebut merupakan umat Katolik dari lingkungan 2 Stasi Santo Petrus Lokoboko.
"Hari ini yang kerja kami dari tiga KUB tapi yang masuk di dalam galian pondasi ini kami sekitar 5-6 orang untuk gali, saya bagian pacul yang skop ini mereka dua yang ada di belakang saya, pas dengar bunyi tanah jatuh saya lompat dari bawah sudah tidak bisa hanya lari pake lutut saja pas saya toleh ke belakang tembok sudah jatuh," ungkap Henderikus.
Baca juga: BREAKING NEWS: Dua Warga Meninggal Ditimpa Tembok Penyokong Kapela di Lokoboko Ende
Saat bersamaan, lanjut Henderikus, kedua korban sudah tertimbun material berupa batu dan tanah dari bekas tembok penyokong Kapela Santo Petrus Lokoboko yang roboh ke dalam lubang galian pondasi tembok yang ukurannya kira-kira setinggi dada orang dewasa.
Mendengar adanya bunyi tanah longsor, warga di sekitar tempat kejadian langsung berdatangan guna mengevakuasi kedua korban yang masih ada hubungan keluarga yang dan diperkirakan berusia diatas 50 tahun.
"Saat kami kerja tidak ada tanda-tanda, mereka dua ini masih keluarga, masih baku panggil eja, mereka dua ini eja kandung," ujar Henderikus.
Sementara itu, saksi lain yang merupakan ibu-ibu yang juga ikut membantu pekerjaan tembok penyokong Kapela Santo Petrus Lokoboko yang enggan menyebutkan namanya mengatakan kedua korban diketahui sedikit mengalami gangguan pendengaran.
"Saya lagi duduk kan kami sementara istirahat, kedua korban ini kan agak sedikit terganggu dengan pendengarannya jadi tidak dengar jadi pada saat orang teriak mereka tidak bereaksi hanya karena lihat orang lari mereka dua ikut lari tapi yang diujung sana itu posisinya lagi gali jadi dia tidak sadar baru telinga juga agak terganggu," ujar ibu-ibu yang pada saat itu memakai baju hitam tersebut.
Dikatakannya, pada saat mendengar bunyi tanah longsor, salah satu korban bukan lari ke arah yang lebih aman tetapi malah lari ke arah longsoran hingga tertimbun material berupa batu dan tanah.
Berita TRIBUNFLORES.COM Lainnya di Google News
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.