Gunung Kelimutu Ende

Gunung Kelimutu Ende Meletus Pertama Tahun 1867, Interval Erupsi Berkisar 1-73 Tahun

Gunung Api Kelimutu Terletak di Kelimutu Kabupaten Ende, NTT. Gunung Kelimutu naik status dari normal ke waspda. Warga tidak boleh panik.

Penulis: Albert Aquinaldo | Editor: Gordy Donovan
TRIBUNFLORES.COM/HO-PETUGAS BALAI TN KELIMUTU
GUNUNG KELIMUTU- Lanskap Gunung Kelimutu di Kabupaten Ende, Provinsi Nusa Tenggara Timur, Mei 2024. 

Laporan Reporter TRIBUNFLORES.COM, Albert Aquinaldo

TRIBUNFLORES.COM, ENDE - Gunung Kelimutu merupakan gunung api tipe strato dengan ketinggian 1384,5 m di atas permukaan laut.

Secara geografis Gunung Kelimutu terletak pada posisi koordinat 08o45’30”LS dan 121o50’00BT. Secara administratif gunung ini berada di wilayah Kabupaten Ende, Provinsi Nusa Tenggara Timur.

Gunung Kelimutu diamati secara visual dan instrumental dari Pos Pengamatan (PGA) yang berlokasi di Kampung Kolorongo, Desa Koa Nora, Kabupaten Ende, Nusa Tenggara Timur.

Gunung Kelimutu memiliki 3 danau kawah, yaitu Kawah 1 (Tiwu Ata Polo), Kawah 2 (Tiwu Koofai Nuwamuri) dan Kawah 3 (Tiwu Ata Bupu).

Baca juga: Gunung Kelimutu Ende Status Waspada, Kunjungan ke Danau Kelimutu Tetap Dibuka

 

Dilansir dari siaran pers Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral, Gunung Kelimutu tercatat mengalami erupsi sejak tahun 1867 dan memiliki interval erupsi berkisar 1-73 tahun.

Erupsi terakhir terjadi pada bulan Juni tahun 1968 berupa erupsi freatik di Kawah 2 (Tiwu Koofai Nuwamuri) dengan didahului desisan suara dan semburan air coklat kehitaman di bagian barat danau.

Dilansir dari laman resmi Taman Nasional Kelimutu, asal-usul dan kondisi sekarang dari danau-danau di Kelimutu, Dr.G.G.L Kemmerling dalam Volcanoes of Flores menyatakan bahwa morfologinya rumit.

Diduga-duga Gunung Api Kelimutu lama menjadi kaldera dan kerucut puncak baru terbentuk di dalamnya, yang pada gilirannya sebagian hancur. Akhirnya, dua lubang kawah terbentuk di puncak bagian timur dan satu di bagian barat.

Danau merah memiliki diameter sekitar 400 meter dan kedalamannya sekitar 60 meter. Warna merah adalah hasil dari pengendapan besi merah di bagian bawah. Kawah tidak lagi menunjukan aktivitas vulkanik.

Danau hijau terletak tepat di sebelahnya memiliki tingkat danau yang sama dengan danau merah, tetapi berada pada tahap yang jauh lebih aktif. Kedua danau ini tingginya sekitar 1.410 meter, sedangkan puncak tertinggi Kelimutu adalah 1.639 meter di atas permukaan laut. Tepi kawah berada antara 1.500 meter dan 1.600 meter Meskpun solfatar mungkin berdaya lemah dengan adanya auman seperti lokomotif yang sedang berkerja berat,tetapi tiga kali saya mengunjungi danau tersebut terdengar hanya auman samar dimana letusan masih membawa banyak belerang, sehingga permukaan danau ditutupi dengan gumpalan busa belerang kering, dan dinding di atas solfatara telah memutih dengan warna yang cerah (gbr.8).

Sedimen yang menyebabkan kekeruhan air terdiri dari belerang, yang diduga terbentuk oleh aksi reduksi hidrogen sulfida pada asam belerang. Airnya sangat asam dan memiliki efek korosif pada kulit. Danau ini berukuran hampir sama dengan danau merah, tetapi kedalamannya hampir dua kali lipat.

Baca juga: BREAKING NEWS: Sebelum Naik Status, Air Danau Ata Polo di Gunung Kelimutu Berubah Warna Hitam

Danau biru hijau ketiga memiliki ketinggian danau sepuluh meter lebih rendah, dan terbatas pada pancaran hidrogen sulfida atau gas yang cukup kuat. Airnya kurang asam di bandingkan dengan danau kedua, tetapi masih lebih asam daripada danau merah. Lubang ledakan terjadi dimana danau itu berada dengan memiliki diameter sekitar 300 meter. Tidak banyak diketahui tentang bekas aktivitas Kelimutu. Menurut tradisi, punggungan sempit dan tajam antara danau hijau keruh dan danau merah itu pernah menjadi setinggi bibir kawah.

Sekitar 80 tahun yang lalu, letusan kuat solfatar dari danau hijau airnya keruh sebagian besar akan menghancurkan pada dindingnya. Dan ini, menurut saya akan meringkas fitur vulkanik utama. Dan terakhir tentang Kelimutu sebagai obyek pelestarian alam (object voor natuurbescherming).

Halaman
12
Berita Terkait
  • Ikuti kami di

    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved