Danau Kelimutu Berubah Warna
Danau Kelimutu Berubah Warna, Don Watu Sebut Ada Kepercayaan Masyarakat Adat Ende-Lio
Peristiwa-peristiwa yang terjadi menurut kepercayaan masyarakat adat setempat menunjukkan kekuatan alam Kelimutu sangatlah dahsyat.
Penulis: Albert Aquinaldo | Editor: Gordy Donovan
Laporan Reporter TRIBUNFLORES.COM, Albert Aquinaldo
TRIBUNFLORES.COM, ENDE - Dua bulan belakangan ini, fenomena perubahan warna air kawah Ata Polo Danau Kelimutu di Desa Pemo, Kecamatan Kelimutu, Kabupaten Ende, Pulau Flores, Provinsi Nusa Tenggara Timur menjadi trending topik pemberitaan di media-media mainstream dan menjadi cerita hangat pengunjung serta masyarakat Ende-Lio.
Tidak sedikit juga wisatawan dari berbagai penjuru dunia datang ke Tiwu Telu untuk melihat langsung perubahan warna air kawah Ata Polo Danau Kelimutu dari biru tua ke hitam dan saat ini menjadi warna coklat.
Dibalik eksotisme dan keindahan panorama Danau Kelimutu dengan perubahan warna air di tiga kawah yang kerap berubah warna yakni pada Tiwu Ata Polo, Tiwu Koo Fai Nuwa Muri, dan Tiwu Ata Bupu, Danau Kelimutu menyimpan begitu banyak misteri, mitos dan juga kepercayaan yang hingga saat ini dipegang teguh masyarakat adat Kelimutu dan seluruh masyarakat adat Ende-Lio.
Baca juga: Bhabinkamtibmas Kurulimbu Ende Sering Dikritik Warga, Aipda Rasyidi: Harus Terima
Menurut Yohanes Don Bosko Watu, Ketua Komunitas Adat Kelimutu dan Ketua Komunitas Adat Kabupaten Ende, Danau Tiga Warna Kelimutu merupakan danau yang memiliki kekuatan alam yang menjadi kepercayaan masyarakat setempat yakni tempat bersemayamnya arwah leluhur yang telah meninggal dunia.
Terkait dengan perubahan warna air kawah Ata Polo Danau Kelimutu dan dua kawah lainnya merupakan peristiwa yang sudah berulang sejak ditemukan dan dipublikasikan pertama kalinya pada tahun 1915 Van Such Telen (1915) dan Pater Bauman (1929).
"Yang menjadi persoalan perubahan warna danau kali ini menjadi trending topik dan ramai dibicarakan karena jarak antara bulan dan hari perubahan warna di tahun 2024 ini begitu dekat terjadi dan banyak kalangan yang mengatakan bahwa perubahan warna itu terjadi karena perubahan cuaca dan iklim yang berubah secara signifikan disana tetapi kepercayaan masyarakat yang ada di kawasan penyangga Kelimutu adalah hal yang biasa dan perubahan ini terjadi sejak keberadaan Gunung Kelimutu ditemukan," jelas Yohanes Don Bosko Watu kepada TribunFlores.com saat ditemui di kediamannya, Rabu, 12 Juni 2024.
Namun lebih dari pada itu, menurut kepercayaan masyarakat adat di kawasan penyangga Kelimutu, kata Don Watu, ada peristiwa-peristiwa yang sudah, sedang dan akan terjadi seperti kelaparan, meninggal dunia dan lebih dipercaya masyarakat adat setempat bahwa kekuatan alam Kelimutu membawa pertanda akan terjadi peristiwa secara Nasional.
Dengan kondisi perubahan warna air kawah Ata Polo Danau Kelimutu, lanjut Don Watu, akan terjadi bencana alam seperti longsor, banjir dan bencana alam lainnya.
"Tetapi kalau airnya turun, kami melihat kemarin di tahun 1998 itu lengsernya Presiden Soeharto, itu pernah airnya turun dan kami melihat ini kejadian secara nasional bahkan internasional, meninggalnya para tokoh nasional yang datang, begitu mereka datang ke Ende, tiba-tiba air di Danau Kelimutu turun dan tidak lama kemudian mereka meninggal," ungkap Dosen di Universitas Flores Ende ini.
Peristiwa-peristiwa yang terjadi menurut kepercayaan masyarakat adat setempat menunjukkan kekuatan alam Kelimutu sangatlah dahsyat.
Siklus kehidupan manusia dipercaya tidak terlepas dari perubahan air Danau Kelimutu itu sendiri.
"Kami menganggap perubahan ini biasa dan kami percaya pasti akan terjadi hal-hal yang akan terjadi di kehidupan manusia," tambah Don Watu.
Dalam kaitannya dengan hubungan komunikasi politisi-politisi besar di negara ini yang saat ini dinilai sedang tidak baik-baik saja oleh sebagian besar kalangan, Don Watu meyakini masih berkaitan dengan perubahan warna air Ata Polo Danau Kelimutu.
"Hubungan antara tokoh-tokoh besar di negara ini tidak seakur yang kemarin, saya yakin pasti akan terjadi sesuatu tapi kita tidak tahu dan kita tidak sedang mendahului kehendak Tuhan," ujar Don Watu.
Meski demikian, Don Bosko Watu selaku Ketua Komunitas Adat Kelimutu dan Ketua Komunitas Adat Kabupaten Ende menghimbau kepada seluruh masyarakat baik di Kabupaten Ende, NTT dan Indonesia pada umumnya tidak perlu mengkuatirkan pertanda alam dan peristiwa yang bakal terjadi nantinya namun harus bergandeng tangan dan mencintai alam dan budaya terutama khususnya bagi masyarakat adat dan Pemerintah Kabupaten Ende tetap memberikan sesajian kepada leluhur di Danau Kelimutu terutama pada upacara adat Pati Ka yang digelar setiap tanggal 14 Agustus setiap tahun sejak tahun 2009.
Don Bosko Watu berkeyakinan selama adat istiadat dan budaya itu tetap dilestarikan dan tetap mencintai alam maka alam pun tidak akan murka.
Berita TRIBUNFLORES.COM Lainnya di Google News
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.