Renungan Katolik Hari Ini
Renungan Harian Katolik Jumat 14 Juni 2024, Kasih dan Kesetiaan
Mari simak Renungan Harian Katolik Jumat 14 Juni 2024. Tema renungan harian katolik yaitu Kasih dan Kesetiaan.
Penulis: Gordy | Editor: Gordy Donovan
Tetapi disabdakan juga, ‘Barangsiapa menceraikan isterinya harus memberi surat cerai kepadanya.’ Tetapi Aku berkata kepadamu, ‘Barangsiapa menceraikan isterinya, kecuali karena zinah, dia membuat isterinya berzinah. Dan barangsiapa kawin dengan wanita yang diceraikan, dia pun berbuat zinah.'”
Demikianlah Injil Tuhan.
U. Terpujilah Kristus.
Renungan Katolik
Meditatio:
Pengalaman memberikan Kursus Persiapan Perkawinan (KPP). Ketika
mendampingi peserta KPP, ada diskusi dan tanya jawab. Salah satu topik
yang dibicarakan adalah soal pisah ranjang dan perceraian antara calon
pasangan suami istri. Terdapat kelompok yang pro dan juga yang kontra,
dengan argumennya masing-masing. Perdebatan itu berakhir dengan
rangkuman dari pembicara.
Dia menegaskan bahwa prinsip dasar sebuah perkawinan Katolik adalah kesepakatan. Kesepakatan untuk bersatu dan bersama-sama membangun keluarga yang bahagia dan sejahtera.
Bersama-sama menghadapi segala kemungkinan yang akan terjadi demi
menciptakan keluarga bahagia dan sejahtera. Jika sebelum pernikahan
sudah ada kesepakatan untuk „perjanjian pisah ranjang maka lebih baik
jangan menikah.
Salah satu topik yang menjadi perhatian Yesus dalam kotbah di bukit
adalah hal panggilan hidup berkeluarga. Perikop ini mengangkat isu
perzinahan, penyesatan, dan perceraian. Sudah pasti bahwa zina dilarang
oleh Yesus. Namun, mengapa masih banyak orang yang jatuh atau malah
menikmati perbuatan terlarang itu?
Jawabannya pasti beragam. Cara memandang penuh napsu, memfungsikan tangan secara salah, niat hati
yang jahat dan kesempatan. Semua ini dapat menciptakan peluang bagi
manusia untuk berbuat dosa. Apa pun alasannya, hentikan perbuatan itu
dan kembalilah pada jalan yang dikehendaki Tuhan. Dengan tegas, Yesus
tidak menghendaki umat-Nya berzina. Jangankan tidur dengan pasangan
orang lain, mengingininya saja sudah dianggap zina.
Mengapa Yesus sangat tegas dan cenderung keras akan hal ini?
Tampaknya karena pada masa itu orang-orang Yahudi tidak melihat zina
sebagai dosa yang serius.
Banyak orang melakukannya dengan sengaja, yang lain menganggap hal ini sebagai sesuatu yang wajar dan biasa. Yesus menegaskan bahwa perkawinan adalah sesuatu yang sangat
berharga. Pasangan suami istri secara mutlak harus setia satu sama lain.
Kasih dan kesetiaan memang tidak bisa dipisahkan. Omong kosong kalau
ada orang yang selalu berkata, “I love you” kepada pasangannya, tetapi
yang bersangkutan merasa cepat tua di rumah, selalu muda di jalan,
keluar rumah setiap hari.
Omong kosong pula kalau ada yang bilang cinta, tetapi dalam keseharian selalu menyakiti hati keluarganya dengan tindakan dan perkataan yang kasar. Sekali lagi, kasih dan kesetiaan tidak
bisa dipisahkan. Suami-istri sudah menjadi satu sejak awal. Demikianlah
janji perkawinan itu suci, sakral, dan kudus, sebab pada saat itu, dua
pribadi berjanji di altar yang suci, di hadapan Tuhan dan para saksi yang
hadir. Jangan melukai hati pasangan dengan mengumbar hawa nafsu,
kemarahan, dan rasa benci.
Lebih dari itu semuanya, kita sungguh sangat bersyukur melihat ada
pasangan suami istri yang terus-menerus mengusahakan keharmonisan
dalam biduk rumah tangga mereka. Memang banyak orang berkata
bahwa memperjuangkan hidup perkawinan zaman sekarang sungguh
tidak mudah.
Namun, saya yakin, semuanya kembali pada pribadi masing-masing. Ketika keluarga dalam keadaan guncang dan seolah-olah tidak dapat dipertahankan lagi, saya yakin masih ada banyak cara yang
bisa dilakukan agar prahara itu segera berlalu. Semoga doa-doa kita
dapat mendorong berseminya cinta kasih di antara keluarga-keluarga
kristiani, termasuk merajut kembali kasih yang sempat retak. Kita terus
menerus memperjuangkan kasih dan kesetian sampai akhir, apa pun
jalan hidup yang kita pilih.
Hendaknya seluruh anggota tubuh kita, digunakan untuk tujuan yang baik
dan positif, bukan sebaliknya, yakni menyesatkan orang lain atau juga
diri sendiri. Karena itu, alangkah baik dan bijak tidak menciptakan sekecil
apapun cela dan peluang untuk „pisah‟ dalam hidup berkeluarga. Kita
belajar untuk mawas diri, dan mengendalikan panca indra kita untuk
kebahagiaan kini dan kelak.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.