Injil Katolik
Injil Katolik Minggu 7 Juli 2024 Lengkap Mazmur Tanggapan
Mari simak Injil Katolik Minggu 7 Juli 2024.Injil Katolik lengkap mazmur tanggapan dan Renungan Harian Katolik.
Penulis: Gordy | Editor: Gordy Donovan
Memiliki keyakinan bahwa ada pengharapan yang pasti di dalam Tuhan akan meneguhkan kita dalam mempertahankan iman di tengah penghinaan.
Penghinaan bagian hidup Kristen. Inilah “risiko” menjadi murid Kristus yang mendapatkan perlakukan yang sama dari dunia yang membenci-Nya. Kesadaran ini mempersiapkan kita dalam menghadapi penghinaan dan sambutan kurang ramah dari orang-orang yang kita layani atau lingkungan kita.
Anugerah-Nya cukup bagi kita, sehingga kita memiliki hikmat untuk menyelami pikiran dan kebutuhan mereka. Kerinduan untuk memenangkan mereka bagi Kristus akan menumbuhkan kerelaan menerima penghinaan yang layak bagi kita.
Paulus dalam bacaan kedua mengajarkan, Kekuatan dalam kelemahan
Jika aku lemah, maka aku kuat” (10b). Pernyataan yang paradoks ini, kita kenal dalam perjalanan rasul Paulus setelah melampaui banyak penderitaan dalam upaya penyebaran Injil. Walau Paulus merasa tidak perlu untuk mengungkapkannya kembali, ia bermaksud agar terhindar dari sikap tinggi hati. Meskipun Paulus punya banyak alasan untuk bermegah diri (11-13).
Walaupun telah mengalami peristiwa pertobatan yang hebat (1), Paulus tidak ingin membanggakannya. Sewaktu dia mengungkapkan kembali penglihatannya, ia memperhalus pernyataannya dengan kalimat \’ada seorang Kristen\’ dan bukan \’sewaktu saya bertemu Tuhan empat belas tahun yang lalu\’.
Disebutkan juga \’entah di dalam tubuh, entah di luar tubuh, aku tidak tahu\’, selanjutnya ditegaskan `hanya Allah yang mengetahuinya\’ (2, 3). Lalu Paulus tiba-tiba terangkat ke Firdaus dan mendengar kata-kata yang tak terkatakan, yang tidak boleh diucapkan kembali oleh manusia (4).
Para ahli menafsirkan bahwa peristiwa ini adalah kisah perjumpaan Paulus dengan Kristus, waktu Paulus berada dalam perjalanan ke Damaskus. Ada juga yang menyebutnya sebagai peristiwa pewahyuan dalam penglihatan akhir zaman.
Bagi Paulus semua pengalaman adikodrati tersebut tidak melahirkan kebanggaan diri. Ia malah membanggakan kelemahannya, dengan berpendapat `supaya aku jangan meninggikan diri karena pernyataan-pernyataan yang luar biasa itu, maka aku diberi suatu duri di dalam dagingku, yaitu suatu utusan iblis\’ (7).
Berulang kali Paulus memohon kepada Tuhan agar beban itu diangkat dari dirinya. Namun Paulus kembali harus tunduk pada otoritas Tuhan, karena dalam hambatan inilah kuasa Tuhan semakin disempurnakan di dalam diri Paulus (8, 9).
Refleksi
Apakah saat ini Anda sedang merasa teraniaya dalam pelayanan? Ingatlah bahwa dalam kelemahan manusia, kuasa pemulihan Tuhan yang cukup menghasilkan ketaatan, berlimpah. “Yang rapuh yang dipilih.”
Injil hari ini, Sudah beriman?
Tak ada tempat seistimewa Nazaret. Selama tiga puluh tahun Anak Allah tinggal di kota itu. Selama itu pula penduduk Nazaret menyaksikan bagaimana Dia hidup.
Yesus meninggalkan Nazaret sebagai tukang kayu. Ia kembali ke sana sebagai seorang rabbi, lengkap dengan murid-murid. Saat Yesus mengajar di rumah ibadat pada hari Sabat mungkin merupakan saat pertama kali orang-orang di daerah itu mendengar Dia mengajar.
Bagaimana reaksi mereka? Mereka heran dan bertanya-tanya. Sepengetahuan mereka, Yesus adalah anak tukang kayu. Di dalam budaya Yahudi pada waktu itu, anak seorang tukang kayu akan diajar untuk menjadi tukang kayu juga. Lalu dari mana Yesus mendapat kemampuan dan kuasa untuk mengajar?
Pengenalan mereka terhadap keluarga dan kehidupan Yesus sebelumnya membuat mereka sulit menerima bahwa Ia bukan manusia biasa. Keheranan mereka bukanlah wujud kekaguman melainkan suatu gugatan karena tidak dapat menerima kenyataan itu.
Bagaimana reaksi Yesus? Yesus menerima penolakan itu sebagai bagian dari harga yang harus dibayar (ayat 4). Penolakan orang Nazaret untuk percaya pada Yesus membuat Yesus tidak mengadakan banyak mukjizat di tempat itu (ayat 5-6a). Ketidakpercayaan mereka membuat Tuhan tidak berkarya. Karya Tuhan bukan untuk ditonton, tetapi untuk diimani.
Salah satu tekanan dalam Injil Markus adalah Yesus melakukan mukjizat sebagai respons terhadap iman dalam diri seseorang (band. Kis. 14:9-10). Yang dimaksud bukanlah orang yang belum percaya, melainkan orang yang menolak untuk percaya.
Orang-orang semacam ini bukan belum mengenal Yesus sama sekali. Mereka sudah mendengar pengajaran Yesus. Mereka juga sudah mendengar berita-berita tentang mukjizat yang Dia lakukan.
Namun respons mereka adalah tidak mau percaya. Lalu untuk apa Tuhan menunjukkan karya dan kuasa-Nya terhadap orang semacam itu? Bila berharap mukjizat-Nya terjadi atas diri kita, mari kita tanya diri sendiri: makin berimankah kita pada Yesus?
Doa Penutup
Roh Kudus Allah, nyatakanlah kepada kami betapa dalam kami membutuhkan iman yang mempercayai, berharap dan yakin akan kasih Allah itu.
Ampunilah kami untuk ketidakpercayaan kami. Oleh rahmat-Mu, berdayakanlah kami agar dapat merangkul kepenuhan hidup yang telah dimenangkan Yesus bagi kami. Amin. (sumber the katolik.com).
Berita TRIBUNFLORES.COM Lainnya di Google News
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.