Renungan Katolik Hari Ini

Renungan Harian Katolik Sabtu 6 Juli 2024, Berpuasa yang Tulus Bukan Karena Paksaan

Mari simak Renungan Harian Katolik Sabtu 6 Juli 2024.Tema renungan harian katolik yaitu Berpuasa yang Tulus Bukan Karena Paksaan.

Penulis: Gordy | Editor: Gordy Donovan
TRIBUNFLORES.COM / GG
PATER JOHN LEWAR SVD - Sosok Pater John Lewar, SVD.Mari simak Renungan Harian Katolik Sabtu 6 Juli 2024.Tema renungan harian katolik yaitu Berpuasa yang Tulus Bukan Karena Paksaan. 

Renungan Katolik

Meditatio:

Injil pada hari kemarin, mengisahkan tentang Matius dipanggil menjadi murid
Yesus. Matius mengadakan suatu jamuan besar bagi Yesus yang dihadiri oleh
rekan-rekan sesama pemungut cukai dan para murid. Nampaknya Yesus dijamu
dalam sebuah pesta yang mewah meriah di rumah Matius. Jamuan makan itu
dihadiri cukup banyak tamu.

Orang Farisi dan ahli Taurat mengamati-amati
Yesus dengan cermat dan mencari cara untuk mengkritik-Nya demi
mendapatkan simpati publik. Mereka berkeberatan dengan tindakan Yesus
makan-minum dengan para pendosa. Keberatan ini ditanggapi Yesus dengan
mengatakan bahwa Dia datang sebagai seorang tabib untuk menyembuhkan
orang sakit, sehingga tidaklah mengherankan jika Dia menghabiskan waktu
bersama para pendosa. Dia datang dan bersatu dengan orang-orang berdosa
untuk membawa mereka keluar dari kedosaan itu.

Dalam perikop injil yang kita renungkan hari ini, murid-murid Yohanes datang
kepada Yesus dan bertanya mengenai puasa. Yang dipermasalahkan mereka
kali ini adalah murid-murid Yesus yang tampaknya tidak pernah berpuasa.
Hanya murid-murid Yohanes yang rajin berpuasa dan bermatiraga. Mereka pun
bertanya kepada Yesus:” “Mengapa kami dan orang Farisi berpuasa, tetapi
murid-murid-Mu tidak?”

Puasa yang dipertanyakan oleh murid-murid Yohanes adalah puasa yang
merupakan bentuk kesalehan pribadi, bukan puasa yang diwajibkan pada satsaat khusus. Orang Yahudi berpuasa dua kali seminggu, yakni Senin dan Kamis.
Murid-murid Yohanes tidak bisa menerima bahwa mereka telah melakukan
kewajiban puasa, sementara murid Yesus tidak. Secara implisit mau dikatakan
bahwa Yesus dan para pengikutNya tidak sesaleh Yohanes Pembaptis dan orang
Farisi.

Semua kritikan ditanggapi oleh Yesus dengan berkata, “Dapatkah sahabat
mempelai laki-laki disuruh berpuasa, sedang mempelai itu bersama mereka?
Tetapi akan datang waktunya, apabila mempelai itu diambil dari mereka, pada
waktu itulah mereka akan berpuasa.” Tanggapan ini tampaknya ingin
mengatakan bahwa sama seperti mereka tidak akan berpuasa ketika menjadi
tuan rumah dalam perayaan pernikahan, demikian juga para murid Yesus tidak
akan berpuasa ketika Dia mewartakan Kerajaan Allah. Pada saatnya, muridmurid Yesus akan berpuasa, yakni pada waktu penyaliban dan kematian-Nya.

Jadi para murid tidak perlu berpuasa selagi ada bersama Yesus. Tujuan orang
berpuasa ialah agar mereka dapat mendekatkan diri, bersatu dengan Yesus. Jika
seseorang sudah bersatu dengan Yesus maka dia tidak perlu lagi berpuasa.
Jawaban Yesus tadi menyiratkan bahwa puasa para murid Yesus itu
berbeda dengan yang lain. Maknanya jauh lebih dalam dan lebih luas; saatnya
pun tidak sama dengan jadwal orang Farisi.

Sebagian besar masyarakat kita mengenal puasa. Ada yang tujuannya untuk
kesehatan, ada yang berpuasa sebagai persiapan diri untuk tugas tertentu, atau
karena punya suatu keinginan dan menaruh harapan penuh kepada Yang
Mahakuasa.

Umat Katolik menjalani puasa sebagai silih atas dosa, tobat, serta pemurnian
hati dari kelekatan kita pada hal-hal buruk. Selama berpuasa kita menyatukan
diri dengan Yesus yang menderita dan wafat demi keselamatan manusia.
Bersama Yesus kita solider dan berkorban bagi orang yang menderita. Puasa
tidak hanya untuk diri kita sendiri, tetapi terarah pada kepedulian bagi orang
lain.

Apa pesan Tuhan bagi kita hari ini? Pesan yang mau disampaikan oleh Yesus
melalui perikop ini cukup jelas. Pertama, Sabda Tuhan hari ini mengajak kita
untuk tidak mudah menghakimi orang lain yang tidak melakukan ritual agama
sesuai dengan standar dan peraturan religius hidup kita.

Kita juga diajak untuk tidak melakukan kesalehan dalam hidup beragama seperti orang munafik yang
melakukannya untuk mendapatkan pujian dan penghormatan dari orang lain.
Kedua, puasa yang kita lakukan hendaknya dijalankan dengan tulus, bukan
karena paksaan. Ketiga, apa pun yang kita lakukan hendaknya kita sadari untuk
menjadikan hidup kita lebih suci, dekat dengan Tuhan, dan kelak beroleh hidup
bahagia bersama Yesus.

Missio:

Hari ini kita mau hidup jujur dan setia kepada Yesus dan tidak mau menghakimi
orang lain.

Doa:

Tuhan Yesus, semoga puasaku membantu aku untuk semakin menjalin relasi
mesra dengan Dikau dan solider dengan sesamaku...Amin.

Sahabatku yang terkasih, Selamat Hari Sabtu Imam. Salam doa dan berkatku
untukmu dan keluarga di mana saja berada: Bapa dan Putera dan Roh
Kudus...Amin.

Berita TRIBUNFLORES.COM Lainnya di Google News

Berita Terkait
  • Ikuti kami di

    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved