Renungan Katolik Hari Ini
Renungan Harian Katolik Sabtu 13 Juli 2024, Tetapi Takutilah Dia
Mari simak renungan harian katolik Sabtu 13 Juli 2024.Tenungan harian katolik yaitu tetapi takutilah dia.
Penulis: Gordy | Editor: Gordy Donovan
Dan janganlah kalian takut kepada mereka yang dapat membunuh tubuh tetapi yang tidak berkuasa membunuh jiwa.
Tetapi takutilah Dia yang berkuasa membinasakan baik jiwa maupun tubuh di dalam neraka. Bukankah burung pipit dijual seduit dua ekor? Namun tak seekor pun akan jatuh tanpa kehendak Bapamu.
Dan kalian, rambut kepalamu pun semuanya telah terhitung. Sebab itu janganlah kalian takut, karena kalian lebih berharga daripada banyak burung pipit.
Barangsiapa mengakui Aku di depan manusia, dia akan Kuakui juga di depan Bapa-Ku yang di surga.
Tetapi barangsiapa menyangkal Aku di depan manusia, dia akan Kusangkal di hadapan Bapa-Ku yang di surga.”
Demikianlah Injil Tuhan.
U. Terpujilah Kristus.
Renungan Katolik
Saudari/a yang terkasih dalam Kristus
Salam damai sejahtera untuk kita semua. Setiap kita pasti pernah mengalami merasa takut dan dampaknya adalah orang bisa saja mengalami tekanan secara psikologis. Merasa takut itu wajar, tapi ketika ketakutan menjadi berlebihan maka kita bisa mengalami goncangan secara psikologis dan membuat kita trauma akan pengalaman ketakutan itu yang pada akhirnya berdampak pada kesehatan fisik dan psikis kita. Namun kita juga perlu untuk ada rasa takut untuk hal-hal yang benar agar kita selalu menjadi waspada dalam bertingkah laku.
Saudari/a yang terkasih dalam Kristus
Di akhir pekan biasa ke XIV kita kembali merenungkan kisah Nabi Yesaya dalam tugas perutusan yang langsung dia dapatkan dari Tuhan dalam penglihatan yang dialminya. Kisah perutusan nabi Yesaya ini menjadi satu gambaran akan kebesaran Allah sekaligus menjadi berkat bagi Yesaya atas kesiapan dirinya menerima tugas perutusan yang diberikan Allah kepadanya: “Lalu aku mendengar suara Tuhan bersabda: “Siapakah yang akan Kuutus? Dan siapakah yang akan pergi atas namaKu?” Maka aku menjawab: “Ini aku, utuslah aku!” Yesaya dengan penuh keberanian menyatakan kesiapannya untuk siap menjadi utusan Tuhan.
Keberanian ini juga muncul atas berkat yang diperolehnya lewat sentuhan bara api pada mulutnya: “Lihat, bara api ini telah menyentuh bibirmu, maka kesalahanmu telah dihapus dan dosamu telah diampuni.” Bagi Yesaya, tindakan Tuhan lewat malaikatNya ini menjadi berkat baginya sekaligus menjadi gambaran akan kesucian sebagai utusan Tuhan. Menjadi utusan Tuhan juga dituntut satu kesucian karena dia harus selalu berhadapan dengan Tuhan yang adalah Kudus dan suci. Maka hanya orang yang sucilah yang bisa berhadapan dengan Allah untuk bisa mendengar titah SabdaNya untuk kemudian disampaikan kepada umatNya.
Kita pun perlu sadar akan satu tuntutan kekudusan ini agar hidup dan karya kita selalu diarahkan kepada Tuhan dan mulut kita pun layak untuk mampu mewartakan firmanNya. Maka dalam Injil hari ini, kita masih merenungkan kisah pengajaran Yesus bagi para rasulNya yang mau diutusNya ke tempat-tempat perutusan. Yesus memberi peneguhan kepada mereka agar mereka tidak menjadi takut baik itu secara psikis bahkan fisik seperti usaha pembunuhan baik karakter maupun tubuh. Ketakutan itu harus disingkirkan karena cuma satu yang harus mereka takutkan adalah takut akan Allah: “Dan janganlah kalian takut kepada mereka yang dapat membunuh tubuh tetapi yang tidak berkuasa membunuh jiwa. Tetapi takutilah Dia yang berkuasa membinasakan baik jiwa maupun tubuh di dalam neraka.” Hal ini dikatakan Yesus untuk memberi peneguhan bagi para rasulNya agr tidak perlu takut tapi takutlah kepada Allah saja. Takut kepada Allah ini bukan sekedar satu posisi batin dengan rasa takut manusiawi tetapi takut kepada Allah adalah satu posisi takut secara batiniah dalam kesucian.
Inilah ketakutan suci atau dalam konteks ini adalah ketaqwaan kepada Allah. Maka ketakutan yang suci atau sikap takwa kepada Allah lebih penting dan kuat dibandingkan dengan ketakutan lainnya apalagi takut akan manusia yang hanya mampu meyebarkan ketakutan semata tapi mereka sendiri takut akan diri mereka sendiri. Maka dalam permenungan ini, kita diajak untuk harus belajar menjadi orang yang takut akan Allah yaitu satu ketakutan yang suci di hadapan Allah yang memampukan kita untuk bertakwa kepadaNya dengan rasa takut yang suci itu. Dan memohon Tuhan agar kita pun menjadi suci mulai dari mulut kita sendiri seperti Yesaya agar kita pun mampu berhadapan dengan Tuhan untuk mendengarkan sabdaNya dan mampu mewartakan firmanNya kepada semua orang dan bukan mewartakan diri kita apalagi mengagungkan diri kita di hadapan orang dan apalagi di hadapan Tuhan. Karena kecenderungan kita sekaligus kelemahan kita adalah selalu mau dipuji dan disanjung serta menyombongkan diri padahal kita hanyalah utusan saja.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.