Renungan Katolik Hari Ini

Renungan Harian Katolik Jumat 19 Juli 2024, Belas Kasihan dan Bukan Persembahan

Mari simak renungan harian katolik Jumat 19 Juli 2024.Tema renungan harian katolik yaitu Belaskasihan dan Bukan Persembahan.

Penulis: Gordy | Editor: Gordy Donovan
TRIBUNFLORES.COM / HO-BRUDER
Br. Pio Hayon, SVD. Mari simak renungan harian katolik Jumat 19 Juli 2024.Tema renungan harian katolik yaitu Belaskasihan dan Bukan Persembahan. 

Jika memang kamu mengerti maksud firman ini: Yang Kukehendaki ialah belas kasihan dan bukan persembahan, tentu kamu tidak menghukum orang yang tidak bersalah. Karena Anak Manusia adalah Tuhan atas hari Sabat."

Demikianlah Injil Tuhan.

U. Terpujilah Kristus.

Renungan Katolik

Saudari/a yang terkasih dalam Kristus

Salam damai sejahtera untuk kita semua. Ada banyak kebajikan Kristiani yang telah diajarkan kepada kita. Salah satu kebajikan utamanya adalah berbelaskasih kepada orang lain secara khusus mereka yang menderita dan yang berkekurangan. Inilah tuntutan utama sebagai seorang Kristen merujuk pada Allah yang berbelas kasih kepada kita manusia. Karena di dalam belas kasihan itulah cinta dan korban disatukan inkarnasi, Allah menjadi manusia sampai pada puncak Salib. Untuk itu, kebajikan ini menjadi kebajikan utama seorang kristen yang percaya kepada Kristus.

Saudari/a yang terkasih dalam Kristus

Di hari ini kita mendalami dan merenungkan bacaan-bacaan suci yang masih berkutat dengan nabi Yesaya yang mengangkat tokoh Hizkia raja Yehuda yang berdoa kepada Allah di saat-saat akhir hidupnya: “Ya Tuhan, ingatlah kiranya, bahwa aku telah melakukan apa yang baik di hadapanMu”. Doa raja Hizkia ini pun di dengarkan oleh Allah dan berfirman: “Pergilah dan katakanlah kepada Hizkia beginilah sabda Tuhan, Allah Daud, bapa leluhurmu:

‘Telah kudengar doamu dan telah Kulihat air matamu. Sungguh Aku akan memperpanjang hidupmu lima belas tahun lagi, dan Aku akan melepaskan engkau dan kota ini dari tangan raja Asyur dan Aku akan melindungi kota ini.” Belas kasih Allah bagi bangsa Israel dan para rajanya berjalan sepanjang masa karena janji keselamatan yang telah dirancangkanNya sejak keabadiaan. Dan belas kasih Allah itu nampak secara nyata dalam diri Yesus sebagai tanda belas kasih Allah paling sempurna bagi manusia. Kisah injil ini dimulai dengan para murid Yesus yang makan gandum pada hari Sabat.

Kejadian ini sontak mendapat perhatian orang Farisi karena dilakukan pada hari Sabat. Lalu mereka mempertanyakan apa yang dibuat oleh para murid Yesus itu: “Liatlah murid-muridMu berbuat sesuatu yang tidak diperbolehkan pada hari Sabat.” Perbuatan para murid memang dianggap telah melanggar hukum hari Sabat yaitu tak diperbolehkan melakukan satu kegiatan lain pada hari Sabat selain berdoa atau beribadah. Tindakan para murid yang lagi kelaparan dan memakan bulir gandum itu telah dianggap melanggar hukum Sabat oleh orang Farisi.

Dan Yesus menjawab orang Farisi itu: “Tidakkah kalian baca apa yang dilakukan Daud ketika ia dan para pengikutnya lapar? Ia masuk ke dalam bait Allah dan mereka semua makan roti sajian yang tidak boleh dimakan kecuali oleh imam-imam?” Yesus mengajarkan orang Farisi itu dengan mengambil contoh sejarah yang dilakukan oleh Daud ketika mereka kelaparan dan akhirnya makan roti sajian di dalam bait Allah. Yesus sebenarnya mengajarkan orang Farisi itu untuk melihat nilai manusia harus lebih tinggi dari hukum itu sendiri. Hukum boleh saja ditaati dan dihormati ataupun dilaksanakan, namun yang paling penting di sini adalah tindakan kita terhadap manusia yang sedang membutuhkan kebaikan maka kita harus lebih mengutamakan perbuatan kasih dan kebaikan bagi orang lain.

Jika kita hanya berpengan saja pada hukum semata maka kita akan kehilangan nilai diri kita sebagai manusia. Hukum itu dibuat oleh manusia dan itu bisa salah sesuai konteksnya, namun nilai kemanusian itu lebih tinggi dibandingkan hukum itu sendiri. Hukum itu dibuat oleh manusia untuk melayani manusia dan bukan sebaliknya. Karena bagi Yesus: “Yang Kukehendaki ialah belas kasihan dan bukan persembahan, tentu kalian tidak akan menghukum orang yang tidak bersalah. Sebab Anak Manusia adalah Tuhan atas hari Sabat.”

Anak Manusia itu lebih tinggi nilainya dibandingkan hukum itu sendiri. Maka nilai kemanusiaan itu akan selalu bersifat universal dan lebih tinggi dari hukum itu sendiri. Maka hari ini kita diajak untuk terus belajar untuk selalu mementingkan nilai kemanusiaan dibandingkan hukum itu sendiri. Namun dalam praktek hidup kita, kita sangat cenderung memperhatikan hukum dibandingkan nilai kemanusiaan itu dan bahkan lebih buruk lagi, orang menggunakan hukum itu untuk memenangkan kepentingan politik, bisnis, uang, kedudukan atau jabatan dan demi hukum itu manusia menjadi korban. Pola inilah yang mau dikikis oleh Yesus. Maka marilah kita semakin rendah hati belajar untuk lebih meningkatkan belaskasihan kita bagi orang lain.

Saudari/a terkasih dalam Kristus

Pesan untuk kita, pertama: kita semua adalah pengikut Yesus yang telah dipanggil untuk mewartakan kebenaran. Kedua, maka tugas kita adalah selalu siap untuk mewartakan kebenaran. Ketiga, karena dalam kebenaran itu belas kasihan akan selalu menang mengalahkan egoisme diri kita. (gg).

Berita TRIBUNFLORES.COM Lainnya di Google News

Berita Terkait
  • Ikuti kami di

    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved