Berita Labuan Bajo

Ada 3.396 Komodo di TN Komodo, Begini Cara BTNK Menghitungnya

Populasi komodo di Taman Nasional Komodo, Manggarai Barat, Nusa Tenggara Timur (NTT) mencapai 3.396 ekor pada tahun 2023. Jumlahnya meningkat dari tah

Penulis: Berto Kalu | Editor: Ricko Wawo
TRIBUN-FLORES.COM/BERTO KALU
DESTINASI- Loh Buaya di Pulau Rinca, Taman Nasional Komodo, Labuan Bajo, Nusa Tenggara Timur. 

Laporan Reporter TRIBUN-FLORES.COM, Berto Kalu

TRIBUN-FLORES.COM, LABUAN BAJO - Populasi komodo di Taman Nasional Komodo, Manggarai Barat, Nusa Tenggara Timur (NTT) mencapai 3.396 ekor pada tahun 2023. Jumlahnya meningkat dari tahun 2022 sebanyak 3.156 ekor.

Balai Taman Nasional Komodo (BTNK) menggunakan dua metode untuk menghitung populasi kadal raksasa itu di lahan seluas 173.300 hektar itu.

"Ada dua metode penghitungan populasi yang digunakan oleh Balai Taman Nasional Komodo, yang mana kedua metode tersebut saling melengkapi," kata Kepala Balai Taman Nasional Komodo (BTNK) Hendrikus Rani Siga, Rabu 7 Agustus 2024.

Metode pertama adalah penghitungan dengan pendekatan Site Occupancy, dengan menggunakan camera trap dan ekstrapolasi kepadatan terhadap habitat potensial.

Metode kedua, lanjut Hendrikus, adalah Capture Mark Recapture (CMR), yaitu penghitungan berulang sekelompok individu di suatu lokasi sampling dengan menggunakan penandaan permanen dengan microchip atau pit-tag (pasive integrited responder taging) untuk keperluan identifikasi masing masing individu.

Baca juga: Ini Penyebab Warna Merah Muda pada Pasir Pink Beach di Pulau Komodo Labuan Bajo

Microchip itu sebelumnya ditanam di tubuh komodo.

Penjelasan lengkap dua metode penghitungan populasi itu disampaikan oleh Arif, staf BTNK.

Menurut dia, penghitungan populasi komodo secara umum menggunakan metode Site Occupancy. 

"Site occupancy itu metodenya. Camera trap alat yang digunakan," jelasnya.

Ia menjelaskan ada sampel lokasi dalam penghitungan populasi Komodo menggunakan metode Site Occupancy. Luas Masing-masing lokasi sampel sekitar 500m2. Camera trap diletakkan di sejumlah titik di masing-masing lokasi yang sudah ditentukan. 

"Titik lokasi ini tidak berubah sejak tahun 2020 sampai sekarang, untuk mencegah terjadinya bias data. Titik yang ada saat ini lebih dari 100 titik pemantauan. Ini untuk mengestimasi. Kalau manusia bisa sensus kalau Komodo tidak bisa pakai sensus. Makanya kita pakai estimasi menggunakan sampel tadi," jelas Arif.

Kamera trap, lanjut dia, akan melihat Komodo datang atau tidak. Petugas juga mengumpan untuk memperbesar peluang kehadiran komodo di lokasi sampel tersebut, ada komodo atau tidak.

"Pemantauan camera trap ini selama tiga hari, enam sesi, masing-masing sesi jam 6 pagi sampai jam 12. Lalu jam 12 sampai jam enam sore. Nanti akan dilihat Komodo yang hadir di masing-masing camera tersebut. Ketika ada kehadiran di situ maka Komodo dianggap present, hadir," terang Arif.

Baca juga: TNI AL Dorong Nelayan-Kapal Wisata di Labuan Bajo Gunakan Peta Laut saat Navigasi

 

Halaman
12
Berita Terkait

Ikuti kami di

AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved