Renungan Katolik Hari Ini

Renungan Harian Katolik Selasa 20 Agustus 2024, Apakah yang akan Kami Peroleh?

Mari simak renungan harian Katolik Selasa 20 Agustus 2024.Tema renungan harian katolik yaitu Apakah yang akan Kami Peroleh?.

Penulis: Gordy | Editor: Gordy Donovan
TRIBUNFLORES.COM / HO-BRUDER
Br. Pio Hayon, SVD. Mari simak renungan harian Katolik Selasa 20 Agustus 2024.Tema renungan harian katolik yaitu Apakah yang akan Kami Peroleh?. 

Lalu Petrus menjawab dan berkata kepada Yesus: “Kami ini telah meninggalkan segala sesuatu dan mengikut Engkau; jadi apakah yang akan kami peroleh?” Kata Yesus kepada mereka: “Aku berkata kepadamu, sesungguhnya pada waktu penciptaan kembali, apabila Anak Manusia bersemayam di takhta kemuliaan-Nya, kamu, yang telah mengikut Aku, akan duduk juga di atas dua belas takhta untuk menghakimi kedua belas suku Israel.

Dan setiap orang yang karena nama-Ku meninggalkan rumahnya, saudaranya laki-laki atau saudaranya perempuan, bapa atau ibunya, anak-anak atau ladangnya, akan menerima kembali seratus kali lipat dan akan memperoleh hidup yang kekal. Tetapi banyak orang yang terdahulu akan menjadi yang terakhir, dan yang terakhir akan menjadi yang terdahulu.”

Demikianlah Injil Tuhan.

U. Terpujilah Kristus.

Renungan Katolik

Saudari/a yang terkasih dalam Kristus

Salam damai  sejahtera untuk kita semua. Semua orang yang bekerja akan pasti ingin mendapatkan hasil yang baik. Itu bagian dari sebuah proses dalam satu tindakan bekerja. Banyak orang berlomba-lomba mendapatkan hasilnya dan sedapat mungkin mendapatkan yang terbaik. Namun bisa jadi ada juga orang yang bekerja memang hanya untuk satu tugas khusus yang tidak menuntut banyak hal. Karena yang mau dikejar adalah bukan sekedar sebuah hasil saja tetapi lebih dari itu yakni pelayanan. Maka bisa saja akan muncul pertanyaan ini: “apakah yang akan kami peroleh?”

Saudari/a yang terkasih dalam Kristus

Hari ini gereja sejagad memperingati santo Bernardus, Abbas dan Pujangga Gereja. Bernardus dari Claivaux  lahir pada tahun 1090, dekat Dijon, Perancis. Putera dari Tescelin Sorrel dan Aleth Montbard ini digelari Pujangga Gereja dan dikenal juga sebagai Bapa Gereja Terakhir. Sepeninggal ibunya, Bernardus menjalani satu gaya hidup tak beraturan selama beberapa tahun. Tetapi ia kemudian membaharui cara hidupnya dan bersama beberapa orang temannya masuk biara pertapaan Citeaux yang dipimpin oleh Santo Stefanus Harding. Keputusannya untuk memasuki hidup membiara ini ditentang keras oleh ayah dan kedua kakaknya. Meskipun demikian Bernardus tetap teguh pada pendiriannya. Kepada ayah dan saudara-saudara dan iparnya, ia menjelaskan hasrat hatinya dengan segala alasan yang mendorong dia mengambil keputusan itu. Penjelasannya ini berhasil meyakinkan ayah dan saudara-saudaranya, dan beberapa orang temannya, hingga mereka pun ikut bersamanya memasuki biara pertapaan itu.

Di bawah bimbingan Abbas Santo Stefanus, Bernardus mempelajari Kitab Suci dan giat menulis banyak buku. Bernardus sendiri dikenal luas sebagai seorang pewarta, pembawa damai dan penegak kebenaran. Bernardus diutus ke Jerman dan Prancis untuk berkhotbah menentang ajaran sesat Albigensia. Khotbah-khotbahnya sangat berpengaruh dan tulisan-tulisannya mengilhami mistisisme Abad Pertengahan. Ia meninggal dunia pada tahun 1153; dinyatakan ‘kudus’ pada tahun 1174 dan diakui sebagai Pujangga Gereja, bahkan Bapa Gereja terakhir pada tahun 1830. Kisah perjalanan hidup Santo Bernardus menarik untuk kita refleksikan akan keteguhan imannya kepada Allah lewat jalan menjadi imam membawa berkat bagi banyak orang yang dilayaninya walaupun pada awalnya dia ditolak oleh keluarganya sendiri. Santo Bernardus benar-benar mengikuti ajaran Yesus yang kita dengar hari ini tentang jalan panggilan untuk mengikutiNya: “Dan setiap orang yang demi namaKu meninggalkan rumahnya, saudara-saudaranya, bapa atau ibunya, anak-anak atau ladangnya akan menerima kembali seratus kali lipat dan akan memperoleh hidup yang kekal.” Yesus memberi gambaran kepada Petrus yang telah bertanya kepadaNya: 

“Kami ini telah meninggalkan segala sesuatu dan mengikuti Engkau; jadi apakah yang akan kami peroleh?” Pertanyaan Petrus ini  langsung dijawab Yesus dengan tegas untuk tidak pernah takut akan apa yang akan diperoleh ketika mengikutiNya dengan meninggalkan segala sesuatunya. Karena bagi Yesus yang paling penting adalah kesediaan untuk berkarya demi namaNya. Proses meninggalkan segala sesuatu itu adalah bagian penting untuk bisa meninggalkan keterikatan kita baik itu secara sosial atau budaya bahkan ekonomi agar kita benar-benar memusatkan perhatian kita pada rencana dan kehendak Allah sendiri. Dalam pengajaran Yesus ini memang terlihat seperti lebih fokus pada panggilan khusus namun sebenarnya juga berlaku untuk kita semua yakni supaya kita pertama-tama bukan untuk mendapatkan pahala yang diberikan Tuhan tetapi dimulai dari diri kita sendiri dalam mengikutiNya yakni siap meninggalkan segala sesuatu untuk mengikutiNya.

Karena bagi Yesus, mengosongkan diri dari segala macam keterikatan menjadi syarat utama dalam mengikutiNya. Konsekwensi dari mengkutiNya itu sudah menjadi bagian tak terpisahkan dan itu hak prerogatif Tuhan sendiri yang tak bisa diganggu gugat oleh siapapun juga. Namun yang paling penting itu adalah kita sudah siap untuk meninggalkan segala sesuatunya untuk mengikutiNya karena banyak dari antara kita yang masih sulit untuk meninggalkan segala sesuatu sebelum mengikutiNya bahkan kita yang sudah mengikuti Yesus pun masih saja sulit untuk meninggalkan segala sesuatunya. Kita masih tetap mendua. 

Saudari/a terkasih dalam Kristus 

Pesan untuk kita, pertama: semua kita telah menjadi murid atau pengikut Yesus atas cara yang berbeda-beda. Kedua, namun kita masih juga belum sepenuhnya untuk meninggalkan segala sesuatunya karena kita masih juga terikat akan hal-hal duniawi. Ketiga, maka kita butuh pertobatan untuk bisa siap meninggalkan segala sesuatunya demi kerajaanNya. (gg).

Berita TRIBUNFLORES.CO Lainnya di Google News

Berita Terkait

Ikuti kami di

AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved