Universitas Nusa Nipa

Dosen Unipa Ajak Warga Bijak Bermedia Sosial, Jangan Sebar HOAX hingga Ujaran Kebencian

Gunakan media sosial untuk hal-hal yang positif. Hindari Hoax atau berita palsu dan tidak melakukan ujaran kebencian.

Penulis: Gordy | Editor: Gordy Donovan
TRIBUNFLORES.COM / GG
BAWAKAN MATERI - Dosen Universitas Nusa Nipa (Unipa), Mayelus Dori Bastian, S.Sos., M.A (Pegang Mic) saat membawakan materi pada FGD di Nangahure Lembah, Kelurahan Wuring, Kecamatan Alok Barat, Sikka, NTT, Sabtu 21 September 2024. 

TRIBUNFLORES.COM, MAUMERE - Dosen Universitas Nusa Nipa (Unipa), Mayelus Dori Bastian, S.Sos., M.A mengajak warga untuk bijak menggunakan media sosial. 

Gunakan media sosial untuk hal-hal yang positif. Hindari Hoax atau berita palsu dan tidak melakukan ujaran kebencian.

Dosen yang akrab disapa Bastian ini, menyebutkan tak dapat dipungkiri, perkembangan dunia digital telah menyasar ke segala sisi kehidupan. 

Saat ini, rasanya hampir tidak ada sisi kehidupan manusia yang tidak terpengaruh proses digitalisasi.

Baca juga: Dies Natalis ke 19 Unipa, Ketua Senat Ajak Raih Prestasi Gemilang, Harus Mampu Bersaing 

 

Namun, masih banyak pengguna internet yang hanya mampu menerima informasi tanpa kemampuan memahami dan mengolah informasi tersebut secara baik, sehingga masih banyak masyarakat terpapar oleh informasi yang tidak benar.

"Tanpa saring, tapi langsung diteruskan atau share. Kita beramai-ramai meneruskan tanpa cek fakta dan kebenarannya. Mesti lihat atau baca sumber beritanya. Jangan terkecoh dengan judul yang bombastisnya. Siapa narasumbernya, cek hari tanggal berita tersebut ditayang. Kita harus jeli melihat hal tersebut. Sehingga kita tidak terjebak dalam berita Hoax atau berita palsu, "ujar Bastian saat Focus Group Discussion (FGD) di MTS Muhammadiyah Nangahure Lembah, Kelurahan Wuring, Kecamatan Alok Barat, Kabupaten Sikka, NTT, Sabtu 21 September 2024.

FGD itu bertemakan hukum pers sebagai rekayasa sosial meningkatkan literasi masyarakat suku pelaut di Maumere yang rentan terhadap berita hoax dan ujaran kebencian. 

Bastian juga membeberkan bahaya atau dampak dari Hoax dan ujaran kebencian.

Dampaknya terjadi konflik sosial di masyarakat. 

"Jika menyerang pihak tertentu dengan fitnah, pasti akan memecah belah persatuan,"ujarnya.

Selain itu, ada pergeseran nilai budaya. Ada begitu banyak informasi yang masuk setiap hari Ketika tidak dicerna secara utuh akan berdampak buruk. 

Selain itu ada dampak sosial ekonomi terhadap masyarakat. 

Ia menyebutkan ujaran kebencian merupakan pelanggaran terhadap hak asasi manusia, khususnya hak atas kebebasan berekspresi dan hak atas kesetaraan. 

Baca juga: Cerita Mayelus Dori Bastian dari Jurnalis Menjadi Dosen Unipa Indonesia di Maumere Sikka

Ujaran kebencian dapat menyebabkan individu atau kelompok merasa terintimidasi, terancam, dan bahkan dibungkam.

"Kita harus bijak gunakan HP, bijak menggunakan media sosial. Orang bilang dulu mulutmu harimau mu, tapi sekarang, jarimu harimau mu. Jangan sampai kita berurusan dengan hukum, akhirnya mengganggu aktivitas kita,"pesan Bastian.

Sementara itu, jurnalis TribunFlores.Com, Kristin Adal, S.Ikom menjelaskan masyarakat pesisir sebagian besar berprofesi sebagai nelayan, mereka juga rentan terhadap arus informasi Hoax yang muncul di media sosial. 

Informasi yang mereka dapatkan mungkin terkait laut, perubahan cuaca, arah angin, gelombang, ikan dan lainnya atau fenomena perairan sering kali dimanfaatkan pihak tertentu untuk menakut-nakuti.  

Mereka sering kali dihadapkan dengan informasi fenomena perairan, seperti kelompok ikan-ikan yang terdampar, abrasi dan lainnya. 

"Untuk itu masyarakat pesisir mesti melek dengan informasi di media massa yang terpercaya,"ujar Kristin.

Sementara itu, Lurah Kelurahan Wuring, Paskalis Nong Roby, mengapresiasi pelaksanaan kegiatan FGD Dosen Unipa di Nangahure Lembah tersebut. 

Menurut Paskalis, kegiatan tersebut sangat berguna bagi kehidupan masyarakat. Masyarakat sering menjadi korban akibat Hoax dan ujaran kebencian.

Paskalis mengatakan masyarakat di Kelurahan Wuring sangat pluralis. Berbagai suku, ras dan agama ada disana. Hidup berdampingan satu dengan yang lainnya.

Hidup rukun ini tetap terjalin dari dulu hingga saat ini. Masyarakat kini semakin cerdas untuk membaca fenomena sosial yang terjadi. 

"Misalkan jika ada informasi miring disini, ada warga yang koordinasi dan cek langsung ke saya sebagai lurah. Mereka kontak dan tanya, pak lurah apakah informasi itu benar atau tidak. Maka kami dari pihak kelurahan memberitahu bahwa informasi itu tidak benar, warga harus tenang dan jangan panik. Itu yang sering terjadi selama ini, warga cek kebenaran informasinya langsung dari pihak berwenang atau kami sebagai pemerintah,"ujar dia.

Sementara itu warga Nangahure Lembah, Husni Labungku (50) mengaku bangga sudah diundang mengikuti FGB Bersama dosen Unipa.

Menurut Husni kegiatan tersebut harus ditingkatkan kedepannya sehingga masyarakat melek terhadap teknologi baru dan semakin sadar akan pentingnya mengkofirmasi berita sebelum disebarkan. 

Diketahui, FGD itu merupakan rangkaian penelitian Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Kemenrsitek Dikti yang dilaksanakan oleh Dosen Hukum Unipa.

Dosen yang terlibat yaitu, Theresia E.B. Da Cunha, S.Kom.,MH, Dr.Yonas Klemens Gregorius Dori Gobang, S.Fil.,MA dan Yosefina Daku, SH.,MH.

Hadir saat kegiatan, pemateri dosen Unipa, Mayelus Dori Bastian, S.Sos., M.A, Jurnalis TribunFlores.Com, Kristin Adal, S.Ikom dan Gordi Donofan, peneliti Theresia E.B. Da Cunha, S.Kom.,MH, Yosefina Daku, SH.,MH, lurah Kelurahan Wuring, Paskalis Nong Roby serta sejumlah masyarakat Nangahure Lembah.

Kegiatan berjalan aman dan lancar hingga usai.

Berita TRIBUNFLORES.COM Lainnya di Google News

Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved