Pemakaman Uskup Kherubim Pareira

Ribuan Umat Lintas Agama Hadiri Misa Pemakaman Uskup Kherubim Pareira di Maumere

Setelah itu, mereka mengikuti perarakan menuju tempat pemakaman di belakang Kantor Pusat Pastoral Keuskupan Maumere. 

Editor: Hilarius Ninu
TRIBUNFLORES.COM/HO-IST
Misa Pemakaman Uskup Emeritus Keuskupan Maumere, Mgr. Gerulfus Kherubim Pareira, SVD, 11 Oktober 2024, di Gereja Katedral Maumere. 

Laporan Reporter Magang TRIBUNFLORES.COM, Ernestina Jesica Toji 

TRIBUNFLORES.COM, MAUMERE - Ribuan Umat lintas agama menghadiri misa pemakaman Uskup Emeritus Keuskupan Maumere. Mgr. Gerulfus Kherubim Pareira, Jumat, 11 Oktober 2024. 

Sebelumnya ribuan umat yang hadir mengikuti misa yang dimulai sekira pukul 10.00 wita hingga selesai di Gereja Katedral Keuskupan Maumere, tempat jenazah Uskup Kherubim disemayamkan selama 2 malam. 

Setelah itu, mereka mengikuti perarakan menuju tempat pemakaman di belakang Kantor Pusat Pastoral Keuskupan Maumere. 

Adapun urutan perarakan menuju tempat pemakaman dimulai dari, pembawa karangan bunga, penabuh gong waning, para penari hegong,  misdinar, para keluarga, jenazah, dan terakhir umat. 

 

Baca juga: Uskup Kherubim Pareira Wafat, Ketua Stasi Katedral St. Yoseph Maumere: Kami Kehilangan Sosok Gembala

 

 

Pantauan TRIBUNFLORES.COM, umat yang datang pun dari berbagai kalangan mulai dari kaum mudah hingga para lansia. 

Salah satu kaun muda, Yani Loe menyampaikan bahwa kedatangannya pada misa pemakaman ini yakni ingin bertemu Uskup Kherubim Parera untuk pertama dan terakhir kalinya. 

"Saya ingin mengikuti misa pemakaman bapa uskup sekaligus mengantar bapa uskup untuk terakhir kalinya. Ini adalah pertemuan pertama kali saya bertemu bapa uskup dan menjadi awal dan akhir pertemuan," ujarnya kepada TRIBUNFLORES.COM.

Sementara itu, Yovina Etta, salah satu umat yang tergabung dalam legio maria keloangpopot mengaku sangat kehilangan sosok Mgr. Gerulfus Kherubim Pareira. Oleh karena itu ia ingin hadir melihat Uskup Kherubim untuk yang terakhir kalinya.

"Begitu saya dengar berita meninggal saya bersama kelompok rohani legio maria saya merasa bahwa ini keharusan saya untuk hadir bertemu uskup untuk yang terakhir kali," ungkapnya.

Ia menyebut Uskup Kherubim Pareira adalah sosok yang rendah hati.

“Uskup selalu jalan ke desa-desa sampai kolangpopot. Ini kedua kalinya saya bertemu uskup. Dia adalah uskup yang sederhana dan mau menulusri desa-desa terpencil,” ujarnya kepada TRIBUNFLORES.COM

Tiga Uskup dan 150 Imam Ikuti Misa Pemakaman

Tiga uskup diketahui hadir mengikuti misa pemakaman Uskup Emeritus Kherubim Pareira, ketiga uskup itu yakni Uskup Agung Ende, Mgr. Paulus Budi Kleden, Uskup Larantuka, Mgr. Fransiskus Kopong Kung, dan Uskup Maumere, Mgr. Edwaldus Martinus Sedu.

Mgr. Edwald bertindak sebagai pemimpin misa pemakaman Uskup Emeritus Kherubim Parera.

Sementara para imam berjumlah sekitar 150 orang.

Selain para imam, ribuan umat Katolik Keuskupan Maumere maupun dari luar Keuskupan Maumere terpantau menghadiri misa pemakaman itu.

Panti Umat maupun halaman Gereja Katedral dipadati umat lintas agama yang datang untuk melepas jenazah Mgr. Kherubim Parera ke tempat peristirahatan Terakhir.

Profil Mgr. Gerulfus Kherubim Pareira SVD 

Kherubim Pareira atau Bubing, demikian ia biasa dipanggil pada masa kecilnya.

Kherubim Parera dilahirkan pada 26 September 1941 dari pasangan Aloysius Yulius Pareira dan Elisabeth da Iku Pareira. Ia anak kelima dari 12 bersaudara. 

Ayahnya, pemilik Sekolah Dasar wilayah II di Kabupaten Flores Timur dan meninggal dunia pada tahun 1963, sedangkan ibunya meninggal dunia pada tahun 1999.

Tahun 1947 hingga 1950, Pareira menjalani pendidikan di ALS (Algemene Lagere School) di Maumere, kemudian dilanjutkan di Ndao. 

Ia meneruskan pendidikan di Sekolah Rakyat, Lela sampai kelas V tahun 1951 hingga 1953. Kemudian kembali berpindah ke Larantuka dan meneruskan sekolah rakyat di sana sampai kelas VI tahun 1954.

Ia mulai masuk ke seminari sejak tahun 1954 hingga tahun 1957 ia menjalani pendidikan di SMP Seminari Menengah San Dominggo, Hokeng, dilanjutkan hingga tahun 1961 di SMA Seminari Menengah Santo Yohanes Berchmans, Mataloko. 

Sejak tahun 1961 hingga 1963 ia menjalani novisiat di STFK Santo Paulus, Ledalero. Pada 20 Agustus 1963, ia mengucapkan Kaul Pertama di STFK Santo Paulus, Ledalero.

Setelah itu, ia mulai menjalani studi Filsafat di STFK Santo Paulus, Ledalero hingga tahun 1965. Ia menjalani Tahun Orientasi Pastoral (TOP) di Seminari Menengah Pius XII, Kisol sejak 1965 hingga 1967. 

Ia mengucapkan Kaul Kekal sebagai seorang biarawan dari Kongregasi Serikat Sabda Allah pada tanggal 8 Desember 1970 di STFK Santo Paulus, Ledalero.

Setelah ditahbiskan menjadi Diakon, ia pernah mengajukan pengunduran diri. Ia kemudian tetap bertahan setelah mendapat dorongan dari pembinanya.

Pareira ditahbiskan menjadi seorang imam Serikat Sabda Allah pada 22 Agustus 1971 di Lela oleh Donatus Djagom, SVD, Uskup Agung Ende. Ia memilih moto imamat, yakni "Tuhanlah kekuatanku, madahku dan keselamatanku" (Mzm 118:14). 

Setelah tahbisan, ia ditugaskan sebagai Pembantu Prefek SMP Seminari Pius XII Kisol sejak 1972 hingga 1973, di mana sejak 1973 hingga 1974, ia melanjutkan studi di Universitas Kepausan Salesian di Roma. Ia kemudian meneruskan pendidikannya sejak 1974 hingga 1976 di Universitas Kepausan Antoniano di Roma pada jurusan Psikologi Pendidikan dan Paedagogik.

Ia menjadi Prefek SMA Seminari Pius XII Kisol tahun 1977 hingga 1978. Ia kemudian menjadi Rektor dan Direktur Seminari Menengah Pius XII Kisol pada tahun 1978 hingga tahun 1981. Pada tahun yang sama, ia terpilih menjadi Wakil Provinsial SVD Ruteng hingga tahun 1982. 

Sejak tahun 1981 hingga 1982, ia juga merupakan Direktur APK Ruteng. Pareira kemudian terpilih menjadi Provinsial SVD Ruteng pada tahun 1982.

Pada 21 Desember 1985, ia diangkat menjadi Uskup Weetebula berdasarkan keputusan penetapannya dari Tahta Suci Vatikan, Roma. Gregorius Manteiro, SVD, Uskup Kupang menjadi Penahbis Utama. Uskup Atambua, Anton Pain Ratu, SVD dan Uskup Ruteng, Eduardus Sangsun, SVD. Penahbisan berlangsung pada 25 April 1986.

Ia memilih moto episkopal, "Ut Omnes Unum Sint" (Yoh 17:21), yang berarti "supaya mereka semua menjadi satu". Hal ini lahir dari kenyataan masyarakat Sumba yang beraneka ragam, baik dari segi budaya maupun agama.

Pada 23 April 2006, Pareira menjadi Penahbis Pendamping bagi Mgr. Vincentius Sensi Potokota sebagai Uskup Maumere dan bagi Mgr. Dominikus Saku sebagai Uskup Atambua pada 21 September 2007.

Ia kemudian terpilih menjadi Uskup Maumere pada tanggal 19 Januari 2008. Hal ini pasca kekosongan tahta Keuskupan Maumere pasca diangkatnya Mgr. Vincentius Sensi Potokota sebagai Uskup Agung Ende pada 14 April 2007. Ia diinstalasi pada 25 April 2008. Pada penahbisan Mgr. Silvester Tung Kiem San sebagai Uskup Denpasar pada 19 Februari 2009, Pareira kembali menjadi Penahbis Pendamping.

Kepemimpinan Keuskupan Weetebula kemudian dilanjutkan oleh Mgr. Edmund Woga, CSsR yang diangkat menjadi Uskup Weetebula pada tanggal 4 April 2009. Pareira kemudian menjadi Penahbis Utama bagi Woga pada 16 Juli 2009, dan juga menjadi Penahbis Utama bagi Mgr. Hubertus Leteng sebagai Uskup Ruteng pada 14 April 2010.

Pada 27 September 2016, secara resmi Tahta Suci menerima pengunduran dirinya sebagai Uskup Maumere secara nunc pro tunc. Hal ini sebagai tanggapan atas surat pengunduran dirinya yang telah dikirimkan sejak Januari 2016 silam, dan mendapat jawaban pada awal September. 

Pada 14 Juli 2018, Gerulfus resmi mengakhiri tugasnya sebagai Uskup Maumere dengan penunjukkan Mgr. Ewaldus Martinus Sedu sebagai penerusnya. 

Mgr. Pareira bertindak sebagai Uskup Penahbis Utama bagi penerusnya tersebut pada 26 September 2018. Mgr. Pareira didampingi oleh Mgr. Vincentius Sensi Potokota, Uskup Agung Ende dan Mgr. Fransiskus Kopong Kung, Uskup Larantuka.

Berita TribunFlores.com Lainnya di Google News

Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved