Festival Tedo Tembu Wesa Wela 2024

Ritual Joka Ju, Tolak Bala Sambut Musim Tanam 2024 di Kampung Pemo Kelimutu Ende, NTT

Masyarakat adat Kampung Pemo di Desa Pemo, Kecamatan Kelimutu, Kabupaten Ende, Nusa Tenggara Timur kembali melaksanakan ritual Nggua Bapu Joka Ju.

Editor: Gordy Donovan
TRIBUNFLORES.COM/GG
RITUAL JOKA JU- Masyarakat Desa Pemo, Kecamatan Kelimutu, Kabupaten Ende, Flores, Nusa Tenggara Timur saat menjalankan upacara adat Teda Tembu Wesa Wela, Joka Ju, Minggu, 20 Oktober 2024. 

Laporan Reporter Magang TRIBUNFLORES.COM, Risna Ase

TRIBUNFLORES.COM, EENDE -  Masyarakat adat Kampung Pemo di Desa Pemo, Kecamatan Kelimutu, Kabupaten Ende, Nusa Tenggara Timur kembali melaksanakan ritual Nggua Bapu Joka Ju atau tolak bala menjelang musim tanam 2024.

Ritual ini dimulai Minggu, 20 Oktober 2024 pagi. Dalam ritual ini lembaga adat Kampung Pemo, yaitu 11 Mosalaki dan para Aji Ana Mosalaki (keluarga) berperan penting.Mereka melakukan ritual ini sekali setahun pada bulan Oktober. Sebelumnya ditentukan melalui ritual So Bhoka Au atau bakar tunas bambu aur. 

Ritual tolak bala memiliki tujuan yaitu untuk menolak bala, mengusir roh jahat yang merusak tanaman, menimbulkan wabah penyakit, mencegah segala bencana dan lainnya. Ritual ini juga diikuti masyarakat adat Pemo yang disebut ana kalo fai walu tana pemo. 

Ritual Joka Ju ini dimulai dengan penyembelian babi oleh Aji Ana untuk diambil hatinya. Hati babi ini diberikan kepada Mosalaki untuk menerawang terkait kehidupan masyarakat Pemo. Kemudian dilanjutkan dengan kula atau persembahan yang dibawakan oleh masyarakat adat kepada Mosalaki. 

Baca juga: Ritual So Bhoka Au, Festival Tedo Tembu Wesa Wela di Pemo Kelimutu Ende Siap Digelar 20 Oktober 2024

 

Persembahan itu disimpan pada sebuah bakul  kecil. Berisi beras merah dan ayam kampung sebagai simbul dari hasil kebun mereka yakni padi ladang dan hasil peternakan yang disebut kula.

Arnoldus Evensius Lengo (56), selaku aji ana mengatakan, bahan persembahan yang diberikan bukan merupakan pajak atau pungut melainkan sebagai bentuk upacara adat masyarakat.

“Dan mosalaki hari ini mendapat syukur dari semua ajang mosalaki untuk memberi sesuatu pada pekerja yang bekerja di tanah pemo ini, masyarakat memberikan persembahan, ini bukan pajak atau pungut tapi ini adat punya acara untuk memberikan rasa syukur setahun sekali.”ujarnya.

Ia menjelaskan, hati babi yang dilihat itu merupakan tanda awal untuk joka ju dan untuk melihat kemampuan masyarakat adat kedepannya.

“Mosalaki, mereka semua ini merupakan awal untuk joka ju beberapa hari kedepan, dan mosalaki maunya dari hati babi yang dilihat itu, untuk kemakmuran semua masyarakat adat,”ujarnya.

Ia menjelaskan, upacara yang dilakukan masyarakat ini bertujuan untuk kemakmuran, dan kesehatan masyarakat adat dengan berbagai larangan yang harus diikuti.

“Masyarakat adat itu untuk ekonomi meningkat, kemakmuran, kesehatan intinya hari ini semua adalah awal dari acara adat joka ju ini untuk beberapa hari kedepan. Itu maknanya untuk kemakmuran dan kebahagiaan semua masyarakat. dengan larangan-larangan yang ada dan harus diikuti,”imbuhnya.

“Ritual hari ini disebut dengan kula, kula artinya memberikan/ antar ke rumah adat berupa beras merah dan ayam. Ini merupakan awal, awal kula itu untuk beberapa hari kedepan,”ujar perwakilan aji ana sekaligus ketua BPD Desa Pemo tersebut.

Upacara adat hari ini merupakan awal dan akan dilanjutkan pada beberapa hari kedepannya.

Berita TRIBUNFLORES.COM Lainnya di Google News

Berita Terkait

Ikuti kami di

AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved