Renungan Katolik
Renungan Katolik Kamis 21 November 2024, Harga Sebuah Tangisan
Mari simak renungan Katolik Kamis 21 November 2024.Tema Renungan Katolik yaitu harga sebuah tangisan.Renungan katolik disusun oleh Pastor John Lewar.
Penulis: Gordy | Editor: Gordy Donovan
Andaikan engkau tahu apa yang perlu untuk damai sejahteramu!
Pada waktu itu, ketika Yesus mendekati Yerusalem dan melihat kota itu, Ia menangisinya, katanya, “Wahai Yerusalem, alangkah baiknya andaikan pada hari ini juga engkau mengerti apa yang perlu untuk damai sejahteramu! Tetapi sekarang hal itu tersembunyi bagi matamu.
Sebab akan datang harinya, musuhmu mengelilingi engkau dengan kubu, lalu mengepung dan menghimpit engkau dari segala jurusan. Dan mereka akan membinasakan dikau beserta semua pendudukmu.
Tembokmu akan dirobohkan dan tiada satu batu pun akan dibiarkan terletak di atas batu yang lain. Sebab engkau tidak mengetahui saat Allah melawati engkau.”
Demikianlah Injil Tuhan.
U. Terpujilah Kristus.
Renungan Katolik
Meditatio:
“Menangis" selalu dihubungkan dengan perasaan sedih ataupun
kekecewaan. Air mata sering kali dimaknai sebagai ungkapan kesedihan
dan kekecewaan seseorang. Begitulah tema bacaan-bacaan hari ini. Rasul
Yohanes dalam Kitab Wahyu mensharingkan penglihatannya bagaimana
ia begitu sedih karena orang-orang tidak mampu membuka gulungan
Kitab, "Menangislah aku dengan amat sedihnya, karena tidak seorang pun
yang dianggap layak untuk membuka gulungan kitab itu ataupun melihat
sebelah dalamnya" (Why. 5:4).
Ada kesedihan, ada kekecewaan terekspresi dari kutipan ini: semua orang dianggap tidak layak. Tetapi hati Yohanes berubah menjadi sukacita ketika dinyatakan bahwa Singa
dari suku Yehuda, yaitu tunas Daud telah menang sehingga la dapat
membuka gulungan Kitab itu dan membuka ketujuh meterainya (Why. 5:
5). Siapa sosok tunas Daud itu? Tidak lain adalah Yesus sendiri. Dialah
yang layak membuka gulungan kitab itu. Dialah yang menghalau segala
kesedihan dan air mata.
Dalam Injil Lukas (19:41-44) dikisahkan bahwa ketika Yesus mendekati
Yerusalem dan melihat banyaknya rumah di sekitar Bait Suci, Ia
menangisinya karena penduduknya tidak “mengetahui hal-hal yang
mendatangkan perdamaian” (Luk. 19:42). Mengapa Yesus menangisi
Yerusalem? Yerusalem artinya kota damai, namun tak mudah mencari
damai di sana. Herodes Agung, yang pernah bertakhta di sana,
memerintahkan pembunuhan anak-anak di bawah usia dua tahun di
Betlehem dan sekitarnya (Mat. 2:16). Banyak ibu meratap di Rama,
karena raja takut kehilangan singgasana.
Peristiwa itulah yang menyebabkan Maria, Yusuf, dan kanak-kanak Yesus mengungsi ke Mesir.
Bagaimana bisa dikatakan damai, jika orang dapat dibunuh kapan saja
dengan atau tanpa alasan? Yohanes Pembaptis mati bukan karena
khotbah, bukan pula akibat tindakan makar, namun hanya karena raja
malu menarik titahnya (Mat. 14:1-12). Dan kepalanya terpenggal di
talam, menjadi sajian bagi Herodias untuk permaisuri tercinta. Padahal,
sebagai raja, Herodes bisa tidak mengabulkan permintaan itu. Tak mudah
menemukan damai di Yerusalem.
Ahli Taurat dan orang Farisi sibuk menafsirkan Taurat sesuka hati mereka dan menuntut setiap orang menaatinya, walau mereka sendiri mengabaikannya (Mat. 23:24).
Yesus tahu bahwa kota Yerusalem akan hancur dalam waktu yang tidak
lama lagi. Maka, Ia menyerukan pertobatan dan pengampunan untuk
mengingatkan umat Israel akan hari depan mereka. Yesus mengajak
umat Israel untuk bertobat.
Tetapi seruan tobat dan pengampunan dosa tidak mereka anggapi, bahkan mereka menyalibkan dan membunuh Yesus. Yesus menangisi kebebalan Yerusalem. Yesus mencintai mereka, tetapi mereka membalas dengan menghukum mati Yesus. Ini yang membuat Yesus sedih, sampai Dia menangis. Jangan-jangan kita pun termasuk orang-orang yang ditangisi oleh Yesus, karena Yesus menemukan kebebalan hati kita, Yesus melihat kita yang sering kali mengklaim diri sebagai muridYesus, membanggakan diri sebagai aktivis, tetapi sering kali pula kegiatan dan aktivitas kita hanya untuk menutupi kekurangan dan dosa kita.
Yesus yang meskipun Tuhan tetapi masih menangisi diri kita yang tak mau bertobat
Pengalaman Yerusalem dapat juga menjadi pengalaman kita. Banyak kali
kita menutup hati kita dan tidak terbuka pada Tuhan. Betapa kasih
karunia dari Tuhan terkadang sia-sia saja karena kita tidak menyadari
bahwa Allah melawati kita melalui Yesus Kristus.
Tuhan juga sabar dengan kita tetapi banyak kali kita menutup diri. Mungkin kita malu
karena kita orang berdosa. Padahal justru Tuhan datang untuk
menyelamatkan kita yang tersesat. Sikap berjaga-jaga yang perlu kita
bangun adalah sikap rendah hati di hadapan Tuhan. Dia mengenal kita
dari luar dan dalam.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.